Anggia

137 6 2
                                    


Sore itu suasana sebuah mall terlihat cukup ramai. Aldi terlihat santai bersandar dipinggiran pagar kaca di lantai 3 Central Mall. Tatapannya tidak bisa berpaling pada arena Ice Skating. Dilihatnya seorang gadis yang cukup lihai meluncurkan kakinya, berputar-putar meluncur dengan anggunnya.
Bukan. Aldi bukan terkagum-kagum dengan kelihaiannya. Tapi ia terpana dengan kecantikannya. Ini ketiga kalinya bertemu. Hanya menatap, terpana, terpesona. Tanpa mengetahui siapa dia, tanpa pula mendekatinya, tanpa tahu siapa namanya. Setiap kali bertemu, ia selalu merasakan ada getaran indah yang menjalar diseluruh aliran darahnya.
" Tak pernah aku melihat indahnya ciptaan Tuhan,bergerak-gerak dengan keanggunan siluetnya. Bayangannya saja sudah cukup menyitaku ". Ia berguman sendiri.
Aldi tak ingin menyimpan kekaguman ini sendirian. Diajaknya Suryo teman akrabnya yang memiliki sikap lebih ekspresif timbang dirinya.
"Beneran Fren, ini gadis tidak sembarangan. Ibarat mutiara dilindungi cangkang yang kuat di dasar laut. Ibarat permata dikedalaman lapisan bumi .ibarat bunga ditepian jurang.menggoda, mempesona, tapi tidak terjangkau".
Dua pemuda ini menempati titik yang sama. Ditepi pagar kaca lantai 3 Central Mall . ini kali ke empat dan Aldi tidak sendirian. Ia ingin membagi keterpesonaannya.
"sebentar lagi, teman. Ia akan tampak dan meluncur dengan anggunnya". Tukas Aldi.
Dan benar saja, tak lama kemudian, Si Gadis Anggun meluncur saja dengan mulusnya. Memakai sweater ungu, rok pendek dan celana Legging. Syal pinknya bergerak melambai-lambai.
"waah ! seleramu oke juga, sobat!. Tapi apa artinya jika kau hanya bisa memandangnya saja. Apa kenikmatannya jika ia hanya bisa ditatap dikejauhan. Tidakkah kau ingin berkenalan dengannya ? hanya sekedar menyapa ? mengetahui namanya ? mengetahui alamat rumahnya ? ". Suryo memberondong banyak pertanyaan dan Aldi hanya terpaku nyaris putus asa.
"iya juga sih ! siapa juga yang tidak mau berkenalan dengannya . cuman, gimana caranya ? ".
Suryo tersenyum simpul. Ia paham sobatnya ini memang tipikal cowok pendiam, pemikir dan pandai menyembunyikan perasaan. Dan baru kali ini dia mengungkapkan perasaannya. Maka ini sungguh langka. Seorang Aldi yang pendiam, pemikir, pekerja keras, harus kalut dan bingung lantaran terkagum-kagum dengan seorang cewek.
"Gini, Al. Kita lihat setelah dia main Ice Skating dia kemana. Kita ikuti dia". Usul Suryo.
"Lalu, apa yang kita lakukan "
"Ya kita sapa dia. Kita ajak dia bicara".
"Kalo dia menolak, bagaimana ?". Aldi pesimis.
"Kita coba dulu, ntar aku temenin, biar kamu gak canggung ". Ujar Suryo menenangkan sahabatnya.
Tak berapa lama kemudian Si Gadis Anggun sudah berganti kostum, terlihat lebih elegan dengan celana jeans dan kaos sederhananya. Wajahnya yang putih bersih, bibir di poles lipstik warna peach tak begitu menyala namun cukup serasi. Ia berjalan ditemani seorang wanita, tak kalah cantik. Mungkin mamanya. Tangannya menggandeng erat lengan si gadis. Seperti induk ayam melindungi anak-anaknya agar tidak diganggu. Dan Si Gadis Anggun ia laksana permata. Ia berjalan, pandangannya lurus tidak beredar kemana - mana.
makhluk indah itu berlalu. Keduanya tak mampu berkata apa-apa.
Tapi, si gadis dan mamanya ternyata tidak berlalu. Keduanya masuk disebuah cafe. Si Gadis duduk sendirian sambil mengutak-atik smartphone. Sementara mamanya, rupanya sedang memesan suatu minuman.
"Al ! ini kesempatan. Kita kan tidak bermaksud jahat. Cuma ingin mengenalnya. Yuk kita ke cafe sana. Kita dekati dia. " Suryo malah bersemangat.
Segera saja dua laki-laki muda ini mengambil tempat duduk. Tak jauh dari si Gadis Anggun. Aldi salah tingkah sendiri. Sementara itu Suryo memesan minuman.
Sungguh pandangan Aldi tak bisa lepas. Untuk menyamarkan gerak-geriknya, ia membaca sebuah buku sesekali memencet layar HP. Sekedar pengalih perhatian. Pandangan matanya sejatinya hanya pada dia, Si Gadis Anggun.
Si Gadis mulai mengedarkan pandangan . lalu matanya beradu dengan dengan kedua mata Aldi. Tap!
Waktu seakan berhenti dan semua seakan berhenti bergerak. Hanya dua manusia ini yang saling memandang. Entah berapa detik. Tapi cukup membuat Aldi bergetar. Dan si Gadis, ia menganggukkan kepala dan tersenyum padanya.
Seyum itu, ya Tuhan. Bagi Aldi laksana cairan salju di padang pasir. Memberi seribu kesejukan taman-taman surga. Laksana melayang di Nirwana.
Terlihat Suryo datang dan mendekati Aldi.
"Bagaimana ? kamu sudah menyapanya ?".
"Belum, Sur. Kami Cuma saling melihat dia tersenyum kepadaku." Ucap Aldi setengah ragu-ragu. Ia hanya menyimpulkan sendiri. Bisa jadi dia GR. Tapi biarlah. Anggap saja begitu.
Mata Suryo terbelalak.
"Waah. Ini kesempatan,Al !.itu tandanya ia membuka diri. Dia mau berkenalan denganmu".
Suryo segera bertindak. Spontan ia mengajak Aldi berdiri, berpindah tempat duduk satu meja dengan si Gadis. Ia masih duduk sendirian disana. Dan mamanya entah ada dimana.
"Boleh kami duduk di sini ?" tanya Suryo dengan santunnya.
Si Gadis hanya mengangguk. Maka duduklah mereka bertiga di satu meja. Si Gadis, Aldi dan Suryo.
Suryo membuka perbincangan.
"Mbak aslinya mana ?"
Si Gadis tersenyum tidak menjawab. Ia hanya menatap sayu dan tetap menahan bibirnya dalam bentuk senyum.
"oke deh. Saya perkenalkan diri, ya mbak. Kami berdua ini asli sumatera, tepatnya Palembang. Merantau ke Jakarta ini karena diterima di sebuah Universitas . perkenalkan, saya Suryo, dan ini teman saya, Aldi".
Si Gadis menyimak. Mengerjap-ngerjap mata beningnya. Sambil mengangguk dan terus menyimak.
"Sebenarnya temanku Aldi ini sudah lama melihat mbak. Di arena Ice Skating itu. Cuma, belum berani kenalan sama mbak".
Si Gadis memalingkan muka ke arah Aldi dengan ekspresi muka seakan bicara, "Oh,ya?".
Aldi tersenyum. Inilah senyuman paling membahagiakan. Ia bisa dekat, menatap dan berkenalan dengan gadis pujaannya. Sementara itu ia biarkan Suryo menjalankan perannya.
Gadis ini hanya tersenyum saja. Sampai datang mamanya dengan membawa minuman dan Snap. Melihat dua pemuda yang mendekati anaknya wanita cantik ini tersenyum. Dan berkata ,
"wah,wahh!. Hari ini Anggi sudah dapat teman baru, ya".
Oh! Namanya Anggi. Seanggun orangmya.batin Aldi.
"Mas-mas ini dari mana?"
Lagi-lagi Suryo yang menjawab. Sudah biarlah memang Suryo mudah membuka perbincangan dan mencairkan suasana.
" Kami jalan-jalan tante dan pengen kenalan sama putri tante. Kami asli Palembang dan kuliah di Jakarta ini."
Mamanya malah lebih ramah. Tidak seperti Anggi yang pendiam dan senyum-senyum saja.
"Jadi sudah berapa lama di Jakarta ?"
"kira - kira sudah dua tahun, tante". Jawab Suryo.
Tiba-tiba saja. Mama Anggi tampak menatap jam tangannya. Terlihat seperti buru-buru. Dan dengan bahasa isyarat tangannya pada Anggi. Seperti mengajak pergi.
Suryo dan Aldi menatap janggal.
Dan suara dari bibir Anggi terdengar.
"bubabuu tatu tatuu biubuu...". Anggi berbicara dengan mamanya .
Suryo dan Aldi tertegun.tanpa bicara. Keduanya telah melihat Anggi mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa di pahami.
Suryo segera mengajak pergi Aldi. Menarik tangannya pergi segera sejauh-jauhnya.
Sementara itu Si Gadis Anggun,ia terkulai.
---000--

Kumpulan Cerpen Where stories live. Discover now