Chapter Seven

230 36 2
                                    


Tercium semilir aroma bunga yang bermekaran disiram embun pagi. Seorang anak laki-laki berambut pendek duduk menghadap langit biru dengan berhiaskan gumpalan awan putih, berarak dengan penuh kedamaian nun jauh di angkasa sana. "Yoon Jeonghan," gumam laki-laki itu tidak jelas. Pikirannya menerawang ke kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu.

"Hayo! Melamun, saja!" suara tepukan keras membangunkan lamunan Seungcheol. Ia menoleh, tampak seorang siswa laki-laki bule sedang tersenyum memamerkan deretan giginya yang rapi. Seungcheol hanya menarik napas lalu kembali melamun. "Memikirkan apa, sih?"

"Entahlah," jawab Seungcheol sekenanya. Hansol yang berdiri di sebelahnya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Diambilnya secarik kertas yang ada di kantong jaketnya, disodorkannya kertas itu kepada Seungcheol. "Apa ini?"

"Aku dengar kamu berantem lagi dengan Chaerin. Pamanku kemarin mendapatkan dua tiket masuk taman ria. Karena aku tidak membutuhkannya jadi kuberikan saja padamu. Yah, hitung-hitung cara untukmu berbaikan dengan Chaerin," jawab Hansol sambil meletakkan tiket itu di depan meja Seungcheol.

"Kalau misalnya aku sudah tidak menyukainya lagi bagaimana?" Seungcheol berkata dengan dingin. Ia menatap kosong dua lembar tiket yang berada tepat di depan wajahnya.

"APA?!" suara teriakan Hansol menyebabkan keduanya menjadi pusat perhatian siswa. Hansol segera memelankan suaranya, "Kau gila?"

"Tidak, entahlah.. aku merasa bahwa sebenarnya aku hanya memaksakan diri berpacaran dengannya," Seungcheol memijat keningnya yang nyeri. Hansol hanya menghembuskan napas.

"Lantas kau mau bagaimana?"

"Aku... tidak tahu,"

"Tidak tahu? Hhh.. kau ini kenapa sih, Seungcheol? Apa ini semua ada kaitannya dengan siswa baru itu? Yoon Jeonghan?" Seungcheol diam mendengar perkataan Hansol, walaupun dalam hati ia mengiyakannya.

"Aku.. tidak tahu,"

"Jangan jawab tidak tahu, terus! Ah lama-lama kau bisa membuatku gila!" Hansol mengacak-acak rambutnya. Ia duduk di depan Seungcheol. Mendorong tiket itu mendekat ke tangan Seungcheol. "Lantas, apa kata rumah sakit? Bulan ini kau sudah control, bukan?"

"Iya, hasilnya baik-baik saja, kok.."

"YA! Choi Seungcheol ah! Kau membuatku gila.. kenapa mendadak kau sekarang ditanya jawabnya singkat-singkat begitu seperti tidak ada semangat hidup? Huh," Hansol memajukan bibirnya tak suka. Hening. Seungcheol tidak memberikan respon apapun. Merasa kesal karena didiamkan. Hansol memilih pergi meninggalkan kelas.

Terdengar suara bel istrihat makan siang berbunyi. Seungcheol dengan malas berdiri dari bangkunya. Beberapa menit yang lalu Chaerin meng-smsnya, meminta bertemu di taman belakang sekolah. Seungcheol berjalan lambat-lambat ke taman belakang sekolah. Dalam skau celananya terdapat dua tiket yang tadi diberikan oleh Hansol. Satu meter sebelum tiba di taman, Seungcheol dapat melihat seorang gadis perempuan dengan rambut yang dikuncir kuda. Wajahnya manis. Tapi bukan itu yang Seungcheol suka. Ia berdiri dengan ditemani dua orang temannya. Menyadari kedatangan Seungcheol, gadis itu segera meminta teman-temannya untuk pergi.

"Ada apa?" Tanya Seungcheol membuka percakapan. Gadis itu, Ahn Chaerin. Melipat kedua tangannya di depan dada. Mulutnya maju menahan kesal.

"Oppa! Kenapa akhir-akhir ini tidak pernah membalas sms atau mengangkat telepon dariku?" Chaerin segera bergelayut ke lengan Seungcheol. Entah mengapa Seungcheol tiba-tiba merasa muak dengan sikap manja Chaerin.

GraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang