Pidato

3.8K 558 52
                                    

Lagi-lagi, di sebuah siang yang terik di dalam kelas 12 tempat para iblis berkedok malaikat bersemayam, pelajaran bahasa dimulai. Jangan pernah sekalipun mencoba masuk ke dalam sini jika kau tidak mau mencium aroma keringat yang menguar. Sudah panas, tidak ada kipas lagi. Ugh.

Definisi panas disini ada dua.

Satu, panas yang benar-benar panas mengingat kipas angin mati dan mungkin baru akan diperbaiki setelah mereka lulus beberapa bulan lagi.

Dua, panas dalam hati karena di dalam kelas benar-benar terdapat banyak kompor.

Untuk informasi, sekarang mereka tengah harap-harap cemas menanti giliran maju untuk membaca pidato. Sang guru tidak memanggil secara urut absen ataupun acak tetapi memakai undian.

Yah, bisa dibilang, nasibmu tergantung pada secarik kertas putih yang terlipat kecil-kecil itu.

Jun dan Soonyoung sudah berkeringat dingin, sementara Jisoo ingin cepat-cepat maju.

Di depan bangku Soonyoung dan Jun, ada Seungcheol dan Wonwoo yang tampaknya tenang-tenang saja meski dalam hati mereka sudah misuh-misuh tidak jelas menanti giliran maju.

Tidak ada angin, tidak ada hujan tahu-tahu nomor urut Wonwoo disebut dan pemuda berkacamata itu maju ke depan. Tampak tangannya yang gemetar membolak-balik kertas di genggaman sesekali meremasnya. Jun, Soonyoung, dan Seungcheol memberi semangat sementara Jisoo merapalkan doa agar nomornya yang mendapat giliran.

Sementara Jihoon dan Jeonghan santai-santai saja mengingat dua manusia itu terlalu masa bodoh. Heh, padahal dalam hati sudah menangis.

"Salam sejahtera untuk kita semua. Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa-

-Demikian yang dapat saya sampaikan. Terimakasih. Selamat siang."

Sorak-sorai tepuk tangan mengiringi langkah ringan Wonwoo menuju ke bangkunya setelah sebelumnya mengambil undian dan mendapat nomor 10. Iseng, Soonyoung menepuk bahunya.

"Gimana rasanya?"

"Lega."

Sementara Jisoo kini terduduk lemas di lantai. Padahal sudah hapal isi pidatonya. Kenapa nomor urutnya tidak kunjung disebut?

Dan pelajaran bahasa hari ini berakhir dengan Jun yang blank saat berpidato, Soonyoung yang (tumben) bisa berpidato dengan lancar tanpa hambatan. Oh, jangan lupakan bagaimana raut bahagia terpatri di wajah Soonyoung serta tarian Cheer Up dari Twice setelah pidatonya usai.

Bagaimana dengan Jeonghan, Jisoo, Jihoon, dan Seungcheol?

Oh. Mereka dapat giliran pertemuan selanjutnya.

Doakan saja semoga mereka masih ingat dengan isi pidatonya.

FIN


MAAFKAN AKU TEMAN TEMAN BLSSR AKU TERLALU BANYAK MENISTAKAN KALIAN DI BUKU INI

Btwww, aku double update sebelum long hiatus nih wkwkw

/kemudian inget chara ask di buku sebelah belom selesai/

daily life of seventeen✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang