1

15.6K 1.1K 92
                                    


Jika ingin menyalahkan waktu, maka sekarang bukanlah saat yang tepat. Jika pun Kevan bisa memutar waktu, dia tidak akan pernah bisa mengembalikkan perasaannya seperti dulu saat sebelum bersama dengan Dion.
Kevan terlanjur jatuh hati pada Dion, kekasihnya sekaligus temannya di sekolah. Bagi Kevan Dion adalah segalanya. Dion adalah hal terindah yang pernah Kevan dapatkan. Kevan tidak pernah menyangka jika rasa terpendamnya akan terbalas.

Semua terasa indah, seperti dongeng yang menjadi nyata. Saling mencintai, saling memiliki satu sama lain. Sampai pada akhirnya semua kenyataan indah itu menjadi buruk ketika Lunar datang.

Kalau dia tahu mencintai Dion sesakit ini, mungkin dia akan lebih memilih untuk memendamnya saja sejak dulu.

"Besok aku mau pergi cari buku, kamu bisa gak temenin aku?" Kevan berharap kali ini Dion akan menjawab iya, sebab ia sudah lelah dengan segala penolakan dan alasan yang selalu Dion berikan.

"Aku ada janji dengan teman-teman basketku. Kamu bisa gak oergi sendiri atau kamu bisa pergi sama Kian, dia pasti mau temenin kamu."

Tentu Kevan bisa pergi sendiri, namun bukan itu yang Kevan inginkan. Tidak bisakah Kevan menghabiskan waktu berdua dengan Dion? Ingin Kevan berucap,
Tapi saat itu juga Kevan akan selalu memahami, menuruti apa yang Dion katakan. Buta? ya! mungkin hati dan mata Kevan sudah buta dengan segala perasaannya terhadap Dion. Kevan lebih memilih diam dan melupakannya begitu saja. Bersikap seolah tidak ada apa-apa.

Sekarang ini menghabiskan waktu berdua bersama Dion adalah hal yang paling sulit Kevan dapatkan. Ada saja yang harus Dion lakukan. Ada saja penghalangnya.

Terkadang Kevan ingin memberontak, namun satu kata maaf saja yang keluar dari mulut Dion, mampu membuat Kevan luluh seketika itu juga.

* * *

"Sendiri lagi? Kenapa gak minta temenin Dion? Dia gak bisa lagi? " Kian tahu kalau temannya itu pasti di tolak lagi oleh pacarnya.

Kevan hanya terdiam, tidak ada lagi kata yang bisa dia ucapkan lagi untuk Kian. Dia sudah kehabisan jurus untuk membela Dion di hadapan Kian.

"Apalagi sekarang alasannya?"

"Dion pergi bareng teman-temannya, kemarin tim basket sekolahkan baru menang tanding!" Kembali Kevan menutupi semua penolakkan kekasih hatinya itu.
Mengerti, Kevan akan  slalu mencoba mengerti dan berpikiran positif atas semua alasan yang Dion ungkapkan.

"Bener?"

Kevan memgangguk mencoba tersenyum meski di dalam hatinya ia merasa dia bukan prioritas lagi bagi Dion.

"Van, itu bukan Dion?"

Baru saja Kevan tersenyum pahit, kini pahit kenyataan harus dia telan lagi.

"Kenapa ada Lunar juga disitu?" Kian menunjuk kearah gerombolan anak-anak remaja ynag ada di sebrang tempat mereka duduk.

Kevan mengikuti arah tunjuk Kian, benar! Dion memang bersama teman-temannya tapi di sana juga ada Lunar. Kevan tahu Lunar hanyalah sahabat Dion, namun dimata Kevan, Lunar menganggap Dion lebih dari sekedar teman.

Dan kenapa sekarang malah Lunar yang ada di samping Dion? Bukankah akan terlihat wajar jika Kevan yang ada di sana menemani Dion? Tertawa bersama teman-temannya karena Kevanlah kekasih Dion bukan Lunar.

Yang Tak di AnggapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang