Chapter SevenTeen

10.1K 1K 63
                                    

☆Sherry Kim☆
-YJsKim-


“Merasa lebih baik?” Lengan Yunho merengkuh tubuh Jaejoong yang bergelung di sisinya. Wajah kekasihnya itu masih lesu serta telihat sembab khas bangun tidur.

Kala manik mata yang selalu Yunho puja itu terbuka, ia meringis mendapati kedua mata pemuda itu bengkak parah akibat menangis sepanjang hari sebelum kekasihnya itu terlelap karena lelah.

“Aku lapar.” Suara serak itu membuat tawa Yunho meluncur mulus keluar dari tenggorokan. Suara Jaejoong terdengar seperti katak bernyanyi. Namun ia cukup bijak untuk tidak mengatakannya atau kekasihnya itu akan mengamuk andai Jaejoong tahu Yunho menjuluki suaranya mirip katak.

Yunho hanya berkata. “Sudah aku duga. Bangunlah untuk sarapan, aku sudah bersusah payah bangun pagi-pagi sekali hanya untuk keluar membelikanmu sarapan.” ujar Yunho lembut.

Jaejoong menggeliat sambil mengucek kedua matanya dengan punggung tangan. Yunho senang kekasihnya itu mengatakan ia lapar setelah sepanjang hari kemarin ia tidak makan banyak. Yunho menghawatirkan Jaejoong karena itu sampai sekarang. Setidaknya Jaejoong masih cukup waras untuk merasa kelaparan pagi ini.

“Terima kasih.” Dengan malas Jaejoong menyurukan wajah ke tubuh kekasihnya. Ia menyukai aroma khas kekasihnya itu, kehangatan serta aroma ranjang Yunho selalu membuatnya tenang, tak terkecuali saat ini. “Apa aku tidur lama?”

“Tidak.” Sanggahnya. Jaejoong merasakan jemari Yunho mengusap rambutnya, menata rambut berantakan yang ia yakini kusut. “Bangunlah. Kau perlu mengisi ulang tenagamu sebelum Changmin datang. Aku tidak yakin dia akan menyisakan sedikit saja sarapan untukmu nanti.”

Kepala dengan rambut hitam yang ada di pangkuan Yunho itu mendongak cepat. Pemuda itu mengawasi sekeliling kamar dengan mata sayu serta bengkak. “Sudah pagi?”

“Aku tadi mengatakan sarapan, sayangku. Jika kau sadar apa maksudku.”

“Aku tidur sepanjang sore dan malam?” Jaejoong tak mempercayai pendengarannya. Bagaimana bisa ia tidur selama itu.

“Tidak apa. Aku senang kau bisa tidur.” Bangkit dari ranjang, Yunho bangkit bersama tubuh Jaejoong dalam dekapan lengannya, membawa pemuda itu ke kamar mandi.

“Butuh bantuan?” godanya.

“Tidak!” jawab Jaejoong cepat.

Kekehan Yunho hanya membuat dengusan Jaejoong semakin keras. Ia merasakan dinginnya meja washtafel saat bokong telanjangnya di dudukan di atasnya. Ia berjengit kaget, hal itu hanya membuat Yunho terkekeh gemas sebelum mencium bibir menggoda Jaejoong.

“Baiklah. Aku akan menghangatkan susu untukmu. Atau kau ingin minum yang lain?”

Jaejoong menggeleng. “Susu saja sudah cukup.”

“Syukurlah. Karena hanya kopi yang aku milikki selain Susu.” Yunho menyalakan kran untuk mengisi bak mandi. Lalu kembali menghampiri Jaejoong. “Changmin akan datang sebentar lagi. Sahabat nakalmu itu menelfon, dia menghawatirkanmu. Jika bukan karena ancamanku, aku yakin anak nakal itu sudah berada di sini dan mengganggu kencan kita semalam.”

“Kencan tidak di dalam rumah.” sanggah Jaejoong.

Alis Yunho berjenggit nakal. “Oh ya. Setahuku kencan bisa di lakukan di manapun juga. Atau aku perlu mengulangi ciuman kita semalam, mencumbumu lagi agar otakmu bisa mengingat apa saja yang sudah kita lakukan.”

Jaejoong khawatir wajahnya sudah semerah buah tomat, ia juga takut sebentar lagi kepalanya akan menggeluarkan asap karena menahan malu mendengar ucapan frontal kekasihnya ini. “Keluar!” pekiknya. “Aku butuh mandi.” ia mendorong dada Yunho, namun dorongan itu hanya membuat Yunho menghimpit tubuhnya ke dinding kaca.

Catch MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang