02. Murid Pengemis Sakti

Start from the beginning
                                    

"Ha ha ha! Bapaknya naga, anaknya harimau! Kau sungguh gagah, tak kalah dengan ayahmu! He, Lie Ti, di mana bapakmu, tua bangka itu? Suruh dia keluar menjumpaiku, jangan bersembunyi seperti perempuan!"

"Kiu-thou-lomo! Kau telah membuang waktu dengan sia-sia. Kau telah bersusah payah dengan percuma. Kedatanganmu terlambat. Ayah telah meninggal dunia enam tahun yang lalu. Kau kurang cepat!"

"Gila!" Kakek gemuk pendek itu tendangkan kakinya ke arah wuwugan genteng hingga tembokan itu hancur lebur dan berhamburan ke bawah mengeluarkan suara bagaikan air hujan jatuh di atas genteng. Kemudian ia berkata lagi kepada Lie Ti, suaranya jelas menyatakan kedongkolan hatinya.

"Tidak apa, biar dia sudah mampus tapi anaknya masih hidup. Dia sudah tidak sanggup membayar hutang. Biarlah anaknya yang bayar! Lie Ti, dengarlah! Aku sengaja datang untuk menagih hutang ayahmu kepada kakakku. Kini kau harus gantikan ayahmu dan membayar hutangnya kepadaku. Hayo majulah dan bersedia mati!"

"Aku seorang laki-laki sejati. Soal mati hidup adalah soal kecil tak berarti. Tapi kau harus berlaku sebagai seorang hohan sejati pula. Kau bunuhlah aku kalau kau sanggup, tapi jangan kau ganggu rumah tanggaku. Mereka tidak mengerti apa-apa. Kita bikin habis perhitungan di antara kita sendiri."

Si iblis tua kepala sembilan berpikir sejenak lalu berkata dengan suara menyeramkan.

"Mana ada aturan begitu? Kalau aku hanya membunuh kau, tentu keluargamu dan anak-anakmu akan menaruh dendam kepadaku. Dan dibelakang hari mereka akan membikin susah saja. Membasmi pohon harus dengan akar-akarnya kata orang dulu. Aku juga takkan bekerja dengan kepalang tanggung. Kau dan anak-anakmu harus mati pada malam ini juga."

"Sungguh manusia iblis tak kenal perikemanusiaan. Sesuka hatimulah. Biar nanti sukmaku yang akan membalasmu jika kau ganggu anak istriku!"

Lie Ti lalu gerakkan pedangnya hendak menyerang. "Apakah kau akan maju bertiga?" serunya menyindir.

"Ha ha ha! Benar-benar aku harus kagumi keberanianmu. Dari gerakanmu aku tahu bahwa kau tidak pandai silat, tapi kau berani menghadapiku. Jangan penasaran, kedua orang muridku ini ku bawa hanya untuk menjadi saksi saja. Kita bertempur satu lawan satu. Hayo majulah Lie Ti, dan tunggulah arwah keluargamu di pintu neraka!"

"Kau iblis bermuka manusia!" Lie Ti berteriak marah dan loncat menusuk.

Sambil tertawa ha ha hi hi, kakek gemuk pendek itu berkelit dan sekali saut saja ia dapat merampas pedang Lie Ti dan sekali kakinya bergerak kedua kaki Lie-wangwe kena tersapu hingga hartawan itu roboh di atas genteng.

"Ha ha ha! Lie Ti, terimalah ajalmu!" Iblis tua itu menggunakan pedang yang dirampasnya menusuk ke arah tenggorokan Lie Ti yang telah memeramkan mata, terima binasa.

Ketika pedang itu telah menyambar dan hampir masuk menembus tenggorokan Lie Ti, tiba-tiba dari samping tampak berkelebat sebuah benda hitam yang menyambar pedang itu.

"Traaang!" dan pedang itu terpental lalu terlepas dari tangan kakek gemuk pendek itu.

"Hayaa...! Si iblis tua ini tidak tahunya hanya iblis kecil yang berlagak gagah di depan orang muda!" terdengar suara menyindir.

Kiu-thou-lomo terkejut sekali ketika pedang di tangannya tertangkis hingga tergetar dan terlepas dari pegangannya. Ia loncat mundur dan memandang kepada seorang pengemis tua yang telah berdiri di situ sambil memanggul tongkat bambu. Melihat pengemis itu ia menjadi kaget.

"Kang-lam Koay-hiap! Kenapa kau ikut mencampuri urusan orang lain?" tegurnya dengan tak senang.

"Kiu-thou-lomo! Kau sudah cukup tahu bahwa aku orang tua paling tidak suka melihat yang kuat menindas yang lemah. Mengapa kau hendak bunuh Lie-wangwe dan keluarganya?"

Pendekar Bermuka Buruk - ASKPHWhere stories live. Discover now