02. Murid Pengemis Sakti

Start from the beginning
                                    

Kong Liak merasa kagum dan girang sekali melihat tempat persembunyian yang hebat dan dipasang dengan cerdik ini.

Dengan terus terang ia memuji kecerdikan hartawan itu.

"Aku bukan orang yang memiliki kepandaian silat tinggi, maka bagiku lebih aman kalau mengintai dan menjaga dari sini," katanya sambil tertawa.

Di tempat itu mereka dapat melanjutkan percakapan mereka dengan gembira sambil memandang ke arah mega-mega putih yang tersorot sinar bulan purnama. Dari jendela di atas itu mereka dapat memandang keadaan sekitar gedung hingga tak sukar bagi mereka untuk menjaga karena jika ada orang mendatangi gedung itu melalui jalan atas, pasti akan terlihat oleh mereka.

Lie Ti sengaja membawa arak dan pipa tembakau, hingga mereka bisa mengobrol sambil minum arak dan isap tembakau. Hawa malam itu dingin, memang selalu pada musim panas hawa malam sangat dingin.

Pada waktu peronda kota membunyikan tanda waktu yang kesebelas dan waktu hampir tengah malam, Lie Ti mulai mengantuk dan beberapa kali menguap perlahan.

"Wan-gwe, kalau lelah tidurlah dulu, biarlah aku menjaga sendiri di sini!" kata Kong Liak.

Lie Ti mengangguk. "Baik, aku memang sudah mengantuk sekali. Tapi kalau ada apa-apa terjadi, jangan lupa bangunkan aku, Kong-kauwsu!"

"Baiklah, Lie-wangwe!"

Tapi belum juga Lie Ti jatuh pulas, tiba-tiba Kong Liak berbisik.

Lie-wangwe, bangun!" dan guru silat itu cepat-cepat padamkan api lilin yang menyala di kamar kecil itu.

Lie Ti yang belum tidur segera bangun dan langsung mengintai dari balik jendela.

Kong Liak mengintai dari sebelah kirinya. Mereka melihat tiga bayangan yang gesit sekali gerakannya berlompatan dari jurusan barat melalui genteng-genteng rumah dan menuju ke arah mereka.

"Ah, kepandaian ginkang mereka tinggi sekali, terutama orang yang lari di tengah!" Kong Liak berbisik perlahan. Ketika ketiga bayangan itu telah menginjak genteng gedung keluarga Lie, mereka berhenti. Kini kedua pengintai dapat melihat jelas karena bulan kebetulan tak terhalang mega.

Ternyata yang di kanan kiri adalah dua orang muda berusia paling banyak tiga puluh tahun sedangkan yang di tengah adalah seorang tosu berusia kurang lebih lima puluh tahun dan bertubuh gemuk pendek.

Melihat kakek gemuk pendek itu, Kong Liak mengeluh perlahan.

"Celaka....... kalau tidak salah, yang datang itu adalah Kiu-thou-lomo!"

Mendengar julukan yang berarti Iblis tua kepala sembilan itu hampir saja Lie Ti berseru kaget. Tubuhnya menjadi gemetar dan ia merasa khawatir sekali.

"Kita harus keluar dan biarlah aku bertempur mati-matian!" hartawan itu berbisik. "Kau turunlah dan bawalah kedua puteraku menyingkir dari sini. Mungkin mereka berdua akan tertolong jiwanya.

Kong Liak mencegahnya. "Sabar, kau bukanlah tandingannya!"

"Aku tahu ... ia....... ia datang untuk binasakan aku sekeluarga...... tolonglah singkirkan anak-anakku......" dan hartawan itu dengan nekad membuka jendela dan loncat keluar dengan pedang di tangan.

"Kiu-thou-lomo! Kau orang tua ternyata masih hidup!" Lie Ti menegur dengan berani dan tabah.

Kakek pendek gemuk itu menatapnya dengan tajam, suaranya agak ragu-ragu ketika ia bertanya.

"Kau...... apakah kau Lie Ti?"

"Benar, aku adalah Lie Ti. Kehormatan apakah yang hendak kau berikan kepadaku?"

Pendekar Bermuka Buruk - ASKPHWhere stories live. Discover now