Bab 7

4K 203 11
                                    

Aku melangkahkan kakiku keluar restoran dengan langkah yang dipenuhi amarah.

Aku segera menghentikan taksi, ingin rasanya aku berbaring di atas kasurku yang nyaman. Sebelum taksi  berjalan sempat kutolehkan kepalaku keluar kaca jendela dan melihat polisi gila itu yang tengah menatapku dibalik kaca restoran.

Itu sungguh tatapan yang mengerikan.

***

Aku keluar dari taksi dengan bingung. Kulihat kak irga sedang memasukkan koper dan tasku kedalam bagasi mobilnya.

Aku segera berlari menghampirinya. "Kak? Kenapa koperku dimasukkan dalam bagasi?". Tanyaku to the point.

Karena kaget, kak irga berjingkat dan terantuk pintu bagasi mobilnya sendiri. Dia mengaduh sambil mengusap kepalanya pelan.

"Kamu dateng udah kayak hantu, Nay".

Tapi itu bukan jawaban yang aku inginkan. Aku mendegar suara percakapan Ayah dengan pemilik rumah kost ini.

Segera kulangkahkan kakiku memasuki rumah dan melihat Ayah, ibu serta sang pemilik rumah ini. "Ayah, ibu ada apa dengan--"

"Dari manasaja kamu nak?". Tanya ibu disertai senyum ke ibuannya.

Aku mendekat dan duduk disamping ibu. "Bu kenapa semua barangku masuk ke bagasi?". Tanyaku tak sabar.

"Sudah saatnya kamu pulang nak". Aku mengerutkan keningku tak mengerti. Pulang? Maksudnya ke rumah? Yaiyalah.

Ayah berdiri dan bersalaman dengan ibu pemilik rumah kost ini. Mengucapkan terima kasih karena sudah menjagaku. Heih seharusnya Ayah tak perlu begitu, tak bisakah dia lihat kalau aku sudah mendapat gelar sarjana pagi tadi?

***

Setelah selesai memindahkan semua barangku kedalam kamarku sendiri. Aku menuruni anak tangga untuk menemui Ayah, ibu serta kak irga yang sedang bercengkrama di ruang keluarga.

Mendengar langkahku yang mendekat, ibu segera mengulurkan tangannya padaku. Aku menerimanya dengan senang hati, dan duduk disamping ibu sembari memeluknya.

"Alay ".

"Aduh". Keluhku sambil mengelus jidatku yang terkena lemparan kacang oleh siapa lagi kalau bukan kak irga. Kutatap tajam sang pelaku yang tetap mengunyah kacang dengan santai.

"Irga..". Ucap ibu memperingatkan.

Sedangkan kak irga hanya memasang tampang sok bingung. "Kenapa bu?". Ingin rasanya aku mencakar muka kak irga sekarang juga. Aku berdiri dengan gemas mengambil toples kacang dan melemparnya ke tubuh kak irga secara bertubi-tubi membuatnya mengaduh sambil berusaha menangkis serangan yang kuberikan.

Tak mau kalah kak irga kembali melemparkan kacang padaku.

Ayah tertawa melihat tingkah kami. "Sudahlah hentikan Nay. Kalian sudah besar tetap saja seperti anak kecil" kekeh Ayah.

"Dia yang memulai duluan!" Jawabku cemberut dan kembali duduk disamping ibu.

"Nay".

"Ya, Yah?".

"Kamu masih ingatkan perjanjian kita". Ucap ayah yang menurutku bukanlah pertanyaan melainkan sebuah pernyataan.

Aku meringis melihat Ayah. "Bisakah kita membuat perjanjian ulang yah?". Tanyaku sambil memaksakan tawaku.

Ayah meminum kopinya dengan tenang. Aku menarik nafasku pelan, Ayah diam berarti tak ada penawaran lagi untukku. "Iya, yah. Aku masih ingat perjanjiannya".

Aku melirik kak irga yang tersenyum senang di single sofa samping Ayah. Segera saja kulempar dia dengan kacang yang ada ditanganku. Dan tepat mengenai jidatnya. Kak irga mengaduh sambil menatapku tajam.

The POLiCE Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ