Final ADSC

1.5K 107 17
                                    

"Bertahanlah kinal. Sebentar lagi kamu akan bahagia" Lirih ve.

Ve kembali harus melihat ruangan serba putih dan bau obat ini.

Kali ini ve benar benar tak mau meninggalkan kinal. Dokter tersebut paham dan akhirnya merawat luka ve di ruangan kinal.

"Saya akan mengurus kinal. Ia koma. Saya tau ketakutanmu. Saya tak akan mengusirmu. Tapi tolong duduk di sofa pojok sana. Biarkan kami bekerja dengan mudah" Ucap dokter tersebut pada ve.

"Saya tak ingin melepas genggaman saya" Lirih ve.

Dokter itu menghela napas kasar.

"Apa yang mau kamu lihat? Kesembuhan kinal atau kepergian kinal?" Tanya dokter tersebut.

Tangis ve kembali pecah mendengar pertanyaan dokter tersebut.

"Saya tau jawabanmu. Duduklah di sofa dengan tenang. Saya akan berusaha menyembuhkan kinal" Ucap dokter tersebut.

Ve mengangguk lalu berjalan dan duduk di sofa. Melihat kinal yang begitu banyak dipasangi berbagai macam alat.

Hati ve terasa begitu pedih melihatnya. Bagaimanapun juga saat itu yang bisa dilakukan ve hanya menggenggam erat tangan kinal.

"Tak apa. Bukan salahmu. Semua sudah berjuang keras untuknya. Membahagiakannya." Ucap pak kepala sekolah yang sudah tiba dan langsung menghampiri ve.

Ve melirik kepala sekolah lalu tersenyum lirih.

"Kamu anak yang kuat. Takkan ada yang meninggalkanmu lagi. Setidaknya dalam waktu dekat ini" Lanjut pak kepala sekolah.

*****

Beberapa hari kemudian.

Seorang gadis berdiri di atas rooftop rumah sakit. Dihadapannya ada gadis lain yang terduduk di kursi roda.

"Beruntungnya aku masih bisa merasakan kebahagiaan di hidupku lagi"Lirih gadis yang terduduk di kursi roda.

"Aku bahagia kamu tak meninggalkanku nal" Balas ve.

Keduanya sama sama mengumbar senyum. Menatap langit yang semakin menuju kesenjaan.

"Ve" Panggil kinal.

"Iya nal?" Ve menjawab panggilan kinal walau ia masih terus menangis.

"Kamu tau darimana Arah Datang Sang Cinta?" Tanya kinal

Ve mengernyitkan dahinya.

"Dari mata turun ke hati kan?" Jawab ve.

Kinal lalu mendengus sebal.

"Ah jawaban klasik" Ucap kinal.

"Lalu apa?" kini gantian ve yang bertanya.

"Dari makam ibuku. Aku tau dia tak pernah meninggalkanku sendiri dalam kesengsaraan." Ucap kinal tertatih.

Ve tertegun mendengarnya lalu tersenyum menatap langit senja.

"Buktinya, ia mengirimkan bidadari untukku. Bidadari yang menghiburku dan membantuku keluar dari masalahku." Lanjut kinal tersenyum.

"Ibumu diatas sana pasti bahagia melihatmu bisa bahagia seperti ini." Ucap ve.

"Bagaimana tidak? Aku sakit tapi kamu bisa tetap membuatku gendut seperti ini ve" Ledek kinal.

"Ah kamu mulai lagi menyalahkanku. Siapa yang duluan ketagihan martabak hah?" Balas ve.

"Ve, bisakah kamu berdiri dihadapanku yang lemah ini? Yang hanya bisa duduk di kursi roda?" Pinta kinal.

"Yak terus saja kamu bersikap lemah. Bagaimana bisa orang lemah menghabiskan dua kotak martabak hah?" Sindir ve tapi tetap mengikuti pinta kinal.

"Oh ayolah ve. Kita bisa membahas martabak nanti" Rengek kinal

"Sedikitlah menunduk ve" Pinta kinal lagi.

Lalu ve menunduk dan mendekatkan wajahnya ke kinal.

Dibawah sinar mentari senja yang mulai menenggelamkan diri.

Kinal mencuri cium pada pipi ve.

TAMAT


Salam,

NaDhi~❤

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 05, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Arah Datang Sang Cinta ✔Where stories live. Discover now