BAB 2

85 9 4
                                    

Haiii :) makasih untuk respons positif dari kalian di part sebelumnya. Aku bawa kelanjutannya nih, selamat membaca dan semoga suka dengan cerita abal-abalku yaaa... 😊

***

Aku mematut pantulan diriku di cermin. Setelah dirasa rapi, aku meraih ponsel dan tas yang tergeletak di kasur kemudian melangkah keluar kamar. Aku berjalan menuruni anak tangga dengan tangan yang memainkan ponsel.

"Kalau jalan jangan sambil main handphone! Nanti kalau jatuh siapa yang ribet?!"

Refleks, aku mengangkat kepala dan mendapati kak Mayang -kakak perempuanku- sedang duduk santai menonton televisi. Aku memutar kedua bola mataku jengah. "Emang siapa yang ribet?" tanyaku.

"Kakaklah! Kamu pikir kalau kamu sampai luka, siapa yang mau ngurus selain kakak?" Ia menatapku kesal. Kak Mayang memencet-mencet tombol remote hingga channel-nya berganti.

Aku menghela napas. "Sejak kapan kakak peduli sama aku?" kataku lirih, agar kak Mayang tak dapat mendengarnya. "Kakak nggak perlu repot-repot dateng ke sini setiap kali Mama pergi. Aku bisa jaga diri sendiri," ucapku yakin.

Ia menolehkan kepalanya untuk memandangku dengan tatapan yang... entahlah. Aku tidak tau apa yang ia pikirkan setelah mendengar perkataanku barusan.

"Kamu itu anak gadis. Terlalu berbahaya kalau di rumah sendirian."

Aku berdecak. "Aku udah besar, kak."

"Justru itu, kamu udah besar tapi tingkah dan pemikirannya masih seperti anak kecil."

"Semua ada prosesnya," sahutku sekenanya.

"Terserah yang penting kamu harus ingat untuk tetap menjaga nama baik keluarga."
Aku hanya berdehem menanggapinya lalu kembali melangkahkan kaki menuju garasi untuk mengeluarkan motor kemudian pergi ke sekolah.

***

Suasana sekolah masih tergolong sepi karena hari ini aku berangkat lebih pagi dari biasanya. Aku berjalan menyusuri koridor dengan langkah pelan. Tidak seperti biasanya yang berjalan dengan terburu-buru. Aku lebih menikmati perjalananku kali ini hingga seseorang menepuk bahuku dengan keras. Membuat tubuhku terhuyung dan nyaris jatuh jika aku tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhku.

"Delia!" teriakku kesal sekaligus kaget.

"Yah... ketahuan deh gue." Delia memasang tampang sedihnya karena aku berhasil menebak dengan benar siapa yang menepuk bahuku.

"Jail banget sih lo," ujarku. Dia hanya nyengir.

"Muka lo lebih fresh hari ini."

Aku mengerutkan dahi bingung. Fresh? Buah kali ya. "Fresh gimana? Perasaan biasa aja."

"Ish, lo tau kemarin muka lo kayak baju belum disetrika. Lecek."

"Oh."

Delia diam membisu setelah menerima respons tak enak dariku.

Aku membuka pintu kelas yang masih tertutup kemudian masuk ke dalam bersama Delia. Kami memilih duduk di barisan nomor dua dari depan. Begitu meletakkan tasnya, Delia pergi ke belakang. Sementara aku lebih memilih untuk duduk dan memainkan ponsel.

Arsakhavirendra : lo nggak mau nge-add back gue?

"Lo chat sama Sakha?"

Aku menoleh ke belakang. Sial, ternyata Delia mengintipku. Dia bertingkah menyebalkan lagi.

"Apa yang lo sembunyiin dari gue Vanesha?! Lo bilang lo lost contac sama Sakha, tapi sekarang gue lihat lo chat-an sama dia. Lo harus cerita sama gue!"

The Way Into YouWhere stories live. Discover now