2 - (Penyelamdunia)

648 52 2
                                    

Veranda berjalan luntang-lantung tanpa arah di jalanan ibu kota, pikirannya terasa kosong. Sudah lama ia hanya berjalan tak menentu. Sejak kejadian di rumah sakit itu, gadis primadona ini mempelajari beberapa hal.

Yang pertama, orang-orang tidak bisa melihatnya.

Yang kedua, orang-orang hanya berjalan menembusnya, dan ia tidak bisa menyentuh mereka juga.

Yang ketiga, ia masih bisa menyentuh benda.

Yang keempat, hewan-hewan bisa melihatnya.

Dan yang terakhir, bahwa ia bukan satu-satunya makhluk yang dalam keadaan seperti ini.

Veranda mempelajari hal-hal tersebut melalui berbagai macam peristiwa, mulai dari terjebak di kerumunan orang, berusaha menyapa pejalan kaki, tersandung kucing liar, atau iseng menakuti orang dengan menggerakkan benda di udara. Tetapi Veranda masih saja bingung, mengapa ia berada disini? Mengapa ia hanya bisa mengingat namanya?

Mengenai hal yang terakhir Veranda pelajari, hal itu sedikit mengerikan. Pada suatu malam yang gelap gulita, Veranda melihat gerombolan orang yang tampak tidak bernyawa dan tidak berperasaan, hanya diliputi kekosongan dan perasaan hampa, orang-orang di sekitarnya juga hanya tertembus oleh mereka. Veranda tahu bahwa gerombolan yang penuh aura kelam itu bisa melihatnya, pandangan mereka bertemu dan sedikit bertabrakan bahu, tapi ia terlalu takut untuk menyapa mereka. Perasaan panik menjalar di tubuhnya ketika mereka lewat begitu dekat. Ia tidak berani sama sekali.

Satu hal yang pasti, ia tahu bahwa dirinya sudah mati. Tetapi, siapa dirinya ketika masih hidup? Veranda terus berusaha mencari jawaban dari pertanyaan tersebut, yaitu dengan berjalan tanpa arah di jalanan. Siang menjelang sore pada pukul setengah 4 hari ini menunjukkan awan tebal dan gelap, dengan sedikit tetesan air yang meneteskan menandakan gerimis. Veranda merasa aneh karena dirinya tidak merasa begitu dingin ketika air hujan mengenai kulitnya.

Orang-orang mulai mengeluarkan payung mereka dan membukanya, membuat jalanan dipenuhi berbagai macam gradasi warna. Bidadari itu hanya mengikuti arah kemana orang-orang berjalan, sudah berhari-hari seperti itu, rutinitas ini dimulai lima hari setelah ia tiba-tiba berada di rumah sakit, yang berarti sejak tiga minggu yang lalu. Setelah lama mengikuti arus orang-orang yang berjalan, Veranda memutuskan untuk berhenti sejenak, memilih untuk memerhatikan pejalan kaki yang lewat.

Para pejalan kaki bervariasi, mulai dari karyawan kantor, mahasiswa yang terlihat habis begadang, anak-anak SMP atau SMA, ibu rumah tangga yang membawa belanjaan, hingga seorang perempuan dengan rambut sebahu yang berjalan agak pincang. Bidadari itu menatap perempuan berambut sebahu tersebut lama, matanya memerhatikan segala gerakannya. Betapa kagetnya Veranda ketika tatapannya bertemu dengan orang itu.

D-dia, barusan melihat ke arahku kan? Batinnya berteriak lantang. Tanpa pikir panjang lagi, Veranda langsung berlari mengejar siluet orang yang mulai ditelan kerumunan tersebut. Tangannya ia gapai jauh. Perempuan tersebut kaget setengah mati ketika sebuah tangan mengenai bahunya yang langsung terasa dingin. Hanya ada satu penjelasan dari rasa dingin di bahunya, ada sebuah jiwa yang tertinggal di dunia baru saja menepuk bahunya.

Oh astaga, jangan bilang 'mereka' lagi. Perempuan tersebut membatin lalu mengalihkan pandangannya ke Veranda.

"P-permisi...." ucap Veranda pelan, "A-anda barusan melihatku kan?"

Perempuan itu mulai panik dan cepat-cepat kabur dari Veranda, meskipun kakinya masih terpincang-pincang. Bidadari tersebut kaget dan mulai mengejar orang itu, sedikit lebih cepat karena dirinya hanya menembus orang-orang lain. Perempuan dengan jaket biru itu semakin panik ketika melihat Veranda mengejar dirinya.

"Apa yang kau mau?!" teriaknya sambil terus berlari menembus kerumunan orang. "Jangan kabur dariku!'"

Di sisi lain, Veranda merasa lega karena ia berhasil menyentuh dan bertatapan dengan orang normal, tidak seperti gerombolan kemarin. Namun ia bingung kenapa justru orang itu berlari darinya? Memangnya ia menakutkan? Veranda semakin bingung. Kejar-kejaran terjadi hingga akhirnya mereka berdua terhenti di sebuah gang buntu. Perempuan itu merapat ke dinding dan menahan nafasnya ketika Veranda semakin mendekat ke arahnya. Kedua manusia itu saling bertatap-tatapan satu sama lain, menelusuri niat masing-masing lewat pancaran ekspresi dari kedua bola mata mereka sendiri.

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang