Twins-05

1.4K 110 8
                                    

Aroma khas malam hari menyeruak kedalam indra penciumanku, terbawa oleh semilir angin malam.
Di depan balcon kamar yang tepat menghadap ke arah ruas jalanan komplek dengan menggenggam secangkir cokelat panas yang masih terlihat mengepulkan asap, samar-samar aku melihat sesosok orang mondar-mandir di depan gerbang rumahku.

Seketika aku terhenyak berasumsi bahwa orang itu merupakan seonggok maling yang sedang memata-matai rumahku. Wah wah .. Ada yang ga beres nih, mana dady sama uncle belom pulang lagi.. Gumamku dalam hati.

Aku langsung masuk kedalam rumah, mencari-cari alat untuk perlindungan diriku sendiri. Tapi seingatku dady bukan penggila golf ataupun bisball jadi mana mungkin aku menemukan benda itu seperti di film-film.

Aku mulai panik dan segera menuruni tangga dengan terburu-buru, aku mencari sesuatu di dapur.
"Pisau ... No gue ga mau jadi pembunuh" aku menyimpan kembali pisau ke tempat semula.

"Centong sayur ....." terdiam sejenak, "bolehlah.., ehh tapi gue harus punya tameng juga"

Aku kembali membongkar perlatan masak milik momy berharap aku bisa menemukan sesuatu untuk di jadikan tameng.

"Aha..." aku bersorak gembira setelah perlengkapan tempur yang aku cari terkumpul. "dear maling yang terhormat sepertinya aku siap bertempur denganmu" ujarku pada bayangan diriku di cermin.

Aku berjalan mengendap-endap dari arah dapur menuju pintu utama, sengaja lampu tidak aku nyalakan sekedar untuk mengelabui si maling. Tangan kananku menggenggam centong sayur, dan tangan kiriku mengenggam tutup panci.
Sebagai bentuk pertahanan diri, aku memakai panci untuk penutup kepala agar aman.

Oke stop! Cukup sudah membayangkan penampilanku seperti apa saat ini.

Di balik jendela, aku mengintip kearah luar rumahku. Dari sini terlihat cukup jelas orang itu berada tepat di depan gerbang rumahku.
Degup jantungku berdetak lebih kencang, desiran aliran darah sangat terasa mengalir hingga ke ubun-ubun.

"Buset, ini jantung kenapa dag dig dug serrr gini.. Berasa kek di tembak cowo" aku bergumam sendiri di balik layar gorden.

Mataku membelalak sempurna ketika melihat sesosok pria itu nekad menaiki gerbang rumahku, hal ini membuatku sangat yakin bahwa orang ini positiv berprofesi sebagai maling.

Aku memejamkan mata sejenak, Ya Tuhan maafin aku kalo selama ini aku belum bisa berbakti sama momy sama dady,, aku berharap di detik-detik terakhirku nanti aku bisa ketemu cowo misterius itu, cukup sekian do'a zoe malam ini semoga di kabulkan ya Tuhan.

Aku menggenggam erat centong sayur yang ada di tangan kananku, semakin sosok itu mendekati pintu rumah. Semakin deras peluh bercucuran di wajah dan tubuhku.

"Tenang zoe, dia mulai mendekat... Tarik nafaaaaaas..."

"Satu...... Dua......... Tigaaaaaaaaaaaaaaaaaa,"

BRAK!!!

TUNG .......

BRUK !!!

"Ouch.... My back!!!!" Pekik orang itu yang aku yakin berjenis kelamin laki-laki.

"Woy, maling looo ngapain dateng kesini hahhhh" sembari meneriaki orang itu yang sudah tersungkur aku masih dengan refleks memukuli punggung lelaki itu.

"Zoe.... Stop it !!! It's meeee"

"Ahhhhh gausah so soan pake bahasa asing segala"

DZIG!!!

Aku tepat mendaratkan bogem mentah itu di wajah lelaki yang aku pikir maling sampai ia tak sadarkan diri.

Hening.

"Yeaaaaaaay gue menang huhuhuy" aku bersorak gembira melihat lelaki itu tergeletak tak berdaya di tanah.
Tak lama setelah itu, aku mendengar suara gerbang terbuka dan aku yakin itu dady dan uncles. Aku melirik ke arah cahaya dari sorotan lampu mobil milik dady dan sontak berlari menghampiri mobil itu.

"Dadyyyyyyy" teriaku sembari berlari kecil menghampirinya.

"Ada apa zoe ? Kenapa kamu pake begianian" tanya dady heran, aku melirik uncle yang berusaha menahan tawanya melihat apa yang aku pakai.

"Ada maling dad, tuuuuuuh liat malingnya ko sama aku" ceritaku pada mereka berdua, tapi bukanya menanyakan keadaanku mereka hanya saling memandang satu sama lain dan keduanya kompak berlari mendekati lelaki yang tergeletak itu.

"Astagaaaaaaa zoe....." Teriak dady tak lama setelah menghampiri lelaki itu.

Karena aku merasa penasaran dengan teriakan dady, maka aku pun mendekat.

"Zoe, kamu ga kenal siapa dia ???" Tanya uncle geli padaku.

"Nah " jawabku polos.

"Ini zach, kaka kembarmu" ujar dady seraya melepaskan hoodie yang masih menutupi setengah wajah lelaki itu.

"What the......." Aku shock melihat saudara kembarku sendiri tergeletak akibat pukulan mautku tadi.

"Gausah nangis, ayo banti bawa zach kedalam" ujar uncle yang sudah bisa memprediksi apa yang akan aku lakukan selanjutnya.

Aku membawa semangkuk air hangat untuk membersihkan luka di wajah zach, kakak ku tercinta.

"Ouch...." Rintihnya ketika aku menempelkan handuk hangat di wajahnya.

"Zach... Akhirnya kamu sadar jugaaaa" ucap uncle.

Aku yang tertunduk sedih, hanya bisa memeras handuk air hangat untuk membersihkan luka di wajahnya. Saat aku ingin menempelkan handuk itu zach menghentikan pergerakan tanganku.

"It's me, your twins" ujarnya padaku.

Detik itu juga aku ambruk memeluknya, menangis sejadi-jadinya.

"Sorry, gue gak tau zachh... Huaaaaaaa"

Di balik isak tangisku, aku mendengar zach malah mentertawakanku.

"Sekian lama gue di jerman, masa gak bisa ngenalin gue sama sekali??"

"Abisnya elu pake acara manjat pager segala jadi gue kira maling" balasku jujur.

"It's oke, tadinya emang gue mau bikin surprize.. Tapi ini lebih dari pada surprize... Give me hug" pintanya dengan cengiran lebar khas zach.

Aku sangat merindukan makhluk berjenis kelamin pria ini yang pernah hidup bersama selama sembilan bulan dalam perut momy.

Kiss badagssss buatmu zach.


---- BERSAMBUNG ----

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 16, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TTs ( THE TWIN STORIES )Where stories live. Discover now