Illusioned Melody *13

Start from the beginning
                                    

"Aku dengar sendiri, barusan!" Emosiku melambung tinggi begitu saja. "Bahkan aku tahu, alasan mereka melakukannya! Demi perusahaan Ayah yang sedang krisis? Demi nama baik? Demi uang? Aku benar-benar muak!"

Aku bangkit dari dudukku dan menatap ke arah Hana-Nee yang kini mendongkak menatapku cemas. "...Mungkin kau salah dengar?"

"Telingaku masih sangat baik-baik."

...Aku muak.

"Kalau aku tak bisa menemukan koperku sampai besok, aku akan berangkat tanpanya."

Tatapan kasihan dari Hana-Nee...,

Membuatku makin muak.

Aku muak dengan semua hal yang terjadi padaku.

Dengan kesalnya aku menutup pintu kamar, mengunci pintu itu meski aku harus membukanya lagi karena kami bertiga berbagi kamar. Langsung saja aku membanting tubuhku di kasur dan memejamkan mataku.

Perasaanku kacau balau. Aku tak tahu arah. Aku benar-benar tersesat.

Saat membuka mata, hal pertama yang terlihat adalah semua benda dalam kamar melayang-layang tanpa kukendalikan. Aku menarik nafas panjang dan menyeka airmataku yang entah kapan telah terjatuh. Aku harus menenangkan diri, sebelum tanah dibawah rumah kami terbelah dan membuat kehancuran yang tak kuinginkan.

Semua barang yang melayang tadi terjatuh ke lantai dalam keadaan perlahan. Butuh setidaknya semenit bagiku untuk merenungkan nyata atau tidaknya sosok yang kulihat di luar jendela.

Sosok seseorang, menatapku dari luar jendela.

Bukan, aku bukan kaget karena ini adalah lantai dua atau karena kamarku sama sekali tidak memiliki balkon.

Tapi...,

"...Vampix?"

Saat aku mengedipkan mataku sekali lagi, sosok itu menghilang. Aku berlari menuju jendela, memanjat meja untuk melihat keadaan di luar.

Tidak ada.

Tidak ada kelelawar yang menggantung, atau Vampix yang terbang dengan sayapnya, atau apa-apa.

Ilusi-kah?

...Halusinasiku?

Aku menguatkan diriku. Baiklah, mungkin aku terlalu merindukannya. Aku harus segera ke Gakuen Sora.

Hari ini.

*

[Note : Akan ada lagu yang disisipkan, harap sesuaikan lirik dan suara yang terdengar, terima kasih.]

*

Piya's POV

Kayaka sempat bersikap aneh. Kalau saja tidak ada percakapan tadi, pasti aku akan ikut tertawa terbahak-bahak dengan Kayaka saat mendengar lelucon yang tengah dibicarakan.

Saat ini kami berada di pos-menunggu kedatangan yang lain-bersama dengan semua murid yang ada dalam akademi. Aku tidak tahu bagaimana ceritanya, tapi kata Odione, hari ini, esok dan lusa akan ramai karena banyak murid yang baru berdatangan.

"Aduh, perutku tidak tahan!" Satu tangan Kayaka memeluk bahuku, sedangkan yang satunya lagi memegang perutnya. "Bisa meledak, sepertinya."

Ryuko juga ikut tertawa karena lelucon itu. Aku berganti-gantian menatap Ryuko dan Kayaka, dan setelah kuperhatikan, keduanya tak tampak seperti sedang berselisih atau bermusuhan.

Aku sangat mengenal Kayaka. Dia tidak mungkin memiliki pikiran buruk secara tiba-tiba seperti itu. Tapi Ryuko juga terlihat baik-baik saja. Lalu apa yang sebenarnya terjadi?

The Sorcery : SKY Academy [Telah Diterbitkan]Where stories live. Discover now