Part 8

343K 6.8K 90
                                    


Author pov

Tiga bulan kemudian

Vanessa terbangun karena merasakan pergerakan di sebelahnya, matanya yang belum sepenuhnya terbuka melirik weker di atas meja di sampingnya, masih jam empat pagi. Gerakan yang sebelumnya ia rasakan, kini semakin jelas, ternyata gerakan itu berasal dari remasan tangan suaminya pada payudara telanjangnya. Di dalam selimut, tangan pria itu dengan asik meremas-remas lembut payudara wanita muda yang selama tiga bulan terakhir menyandang status sebagai istrinya.

"Drew," Vanessa bersuara. Tangannya mencoba menyingkirkan tangan suaminya dari atas gundukan payudaranya. Tapi bukannya menjauh, jari-jari laki-laki itu malah memilin puting mungil yang terasa semakin keras seiring sentuhan tangannya yang nakal. Bibir pria itu tidak bersuara, tapi Vanessa tahu kalau suaminya itu sudah bangun. Vanessa sangat tahu apa yang diinginkan suaminya, ia sudah sangat hapal gelagat-gelagat mesum pria bertato di lengan itu.

"Drew!" Vanessa kembali mencoba dan mendapatkan hasil yang sama. Vanessa bukannya tidak mau melayani gairah pria itu, tapi saat ini wanita bermata abu-abu gelap itu benar-benar sangat kelelahan. Bagaimana tidak kehabisan tenaga, dirinya terpaksa memenuhi hasrat suaminya, yang seakan tidak pernah cukup menyentuh setiap jengkal tubuhnya. Andrew dengan terang-terangan meminta jatahnya, pria itu, yang meski seharian berkutat dengan tumpukkan pekerjaan di kantor tapi tidak pernah kelelahan untuk bercinta dengan istrinya yang cantik saat malam tiba. Ia seakan memiliki pasokan tenaga khusus untuk hal yang satu itu. Selama tiga bulan terakhir ini, menjadi hari-hari paling menyenangkan dalam hidup pria itu, dimana setiap malam, saat lelah memenuhi wajah dan tubuhnya, ada wanita cantik yang sudah menunggunya di rumah, yang tidak pernah sekalipum menolaknya. Andrew bukannya tidak tahu kalau istrinya juga lelah saat tiba di kediaman mereka, tapi tidak ada yang bisa ia lakukan untuk memadamkan gairah juniornya. Seperti malam tadi, ia tidak tahu mereka melakukannya sampai berapa ronde, dan pagi ini ia sudah kembali menginginkan Vanessa. Miliknya menegang membutuhkan pelepasan. Dengan insting alami seorang pria, ia merayu istrinya. Melakukan segala macam rangsangan untuk membangkitan gairah wanita itu, dan ia selalu berhasil. Tidak bisa dipungkiri betapa Andrew sangat berterimakasih pada sang ibu, yang telah menjodohkannya dengan gadis cantik, yang meskipun terkadang bersikap manja tapi istrinya itu memiliki sifat yang baik. Tanpa diketahui sang istri, pria itu kerap memandanginya diam-diam, menikmati wajah elok nan manis. Bahkan saat bibirnya tersenyum, manisnya senyum itu mengalahkan manisnya gula maupun madu.

Akhir-akhir ini Vanessa disibukkan dengan job barunya, ia ditawari bermain film dan itu sangat menguras waktu serta tenaganya.

Meski sibuk dengan banyaknya aktifitas, Vanessa tetap melaksanakan kewajibannya sebagai istri. Sebisa mungkin wanita itu pulang tepat waktu, kalau akan pulang terlambat ia tidak pernah lupa mengabari suaminya. Dan bila ia ada pekerjaan di luar kota, Vanessa selalu meminta izin pada suaminya, jika pria tampan itu tidak mengizinkan, maka itulah yang akan terlaksana.

"Hhhmmm..." Andrew mengerang dan semakin merapatkan tubuh telanjangnya dengan tubuh telanjang istrinya, dadanya yang keras dan berotot bersentuhan dengan punggung Vanessa yang lembut. Mulutnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus terasa geli saat ia menciumi leher Vanessa, bau harum lekukan leher istrinya semakin menambah gairah laki-laki itu.

"Drew...aku capek...ahh," Vanessa mendesah, sekuat tenaga melawan dorongan nafsunya. Suaminya kalau dituruti akan membuatnya tidak bisa bergerak lagi. Andrew tidak pernah puas bercinta, dan Vanessa mengakui dia pun menjadi ketagihan juga.

Lidah Andrew menjilati leher istrinya, bergerak pelan dan membuatnya basah. Dengan lambat lidah itu turun ke bahu Vanessa, meninggalkan jejak basah yang terasa dingin saat terkena hembusan napas pria itu.

Bitter Sweet Life With You (Playstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang