Part 32

309 10 0
                                    

Happy Reading...keep vote ya..


Hari ini Andre berangkat ke kampus lebih pagi. Ia ingin menikmati suasana di kampusnya untuk terakhir kalinya. Karena setelah hari ini, ia tak akan datang ke kampus ini lagi. Ia duduk di kantin sambil menyeruput jus alpukat kesukaannya. Senyumnya terukir teringat pertama kali Kimmy marah padanya di kantin ini. Ia kembali menyeruput jusnya. Berusaha menyadarkan bahwa itu hanyalah kenangan.

Andre melirik jam yang melingkar di tangannya. Suasana kantin sudah agak ramai. Mahasiswa sudah banyak yang datang. Andre segera beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ruang kepala rektor. Ia benar-benar akan mengurus kepindahannya. Setelah sekitar 15 menit bertatap muka dengan rektornya, Andre langsung menuju kelasnya. Mengikuti mata kuliah di kampus ini untuk yang terakhir kalinya. Selama mata kuliah berlangsung, Andre tak melepaskan pandangannya dari Kimmy. Ia memandang Kimmy dari tempat duduknya, tepat dibelakang Kimmy. Tentu ia akan merindukan sosok gadis yang ada di depannya ini.

Andre duduk di pinggir lapangan dengan earphone terpasang di kedua telinganya. Saat ini jam kuliahnya sedang kosong. Jam kuliah selanjutnya akan dimulai 2 jam lagi. Tiba-tiba Dimas dan Rommy menghampirinya. Andre segera melepas earphonenya agar dapat mendengar apa yang dikatakan Dimas dan Rommy. 

"Lu ngapain disini Dre?". Rommy membuka obrolan. 

"Kebetulan lu berdua kesini". Andre tersenyum ke arah Dimas dan Rommy. 

"Emang ada apaan Dre?". Dimas mulai penasaran. 

"Gue enggak bisa gabung lagi sama art club. Sorry ya Dim, Rom". Andre menghela napas. Sangat jelas terlihat pancaran kekecewaan di wajah Dimas dan Rommy. 

"Kenapa Dre?". Tanya Dimas dan Rommy bersamaan. 

"Gue mau fokus belajar. Nilai gue turun". Andre berbohong dengan nada serius. 

"Makanya jangan mikirin Kimmy mulu". Rommy mencibir Andre. 

"Lu serius Dre?". Dimas mencoba meyakinkan keputusan Andre. 

"Gue enggak pernah bercanda kan?". Andre membalikkan pertanyaan Dimas. Dimas dan Rommy hanya mengangguk. Mereka tak bisa memaksa Andre agar tetap bergabung di art club. 

"Gue laper, lu mau ikut ke kantin gak Dre?". Dimas teringat tujuan utamanya sebelum bertemu Andre. 

"Iya nih, gue juga laper". Rommy sepakat dengan Andre. 

"Lu berdua aja. Gue enggak laper". Andre menolak ajakan Dimas. 

"Ya udah..ayo Rom". Dimas bangun dari duduknya dan meninggalkan Andre yang diikuti dengan Rommy.

Belum sempat ia memasang earphonenya kembali, handphonenya berdering menandakan ada panggilan masuk. Nama Tama muncul di layar handphonenya. 

"Dre lu masih di kampus?". Suara Tama terdengar dari balik layar handphonenya.

"Iya. kenapa Tam?". Andre balik bertanya. 

"Pulang kuliah gue tunggu di cafe biasa Dre". Suara Tama terdengar serius. 

"Oke". Andre langsung mengiyakan tanpa banyak tanya dan mengakhiri telepon dari Tama.

..................................................................

Jam kuliah terakhir telah usai. Namun Andre tidak langsung keluar kelas. Ia masih duduk di bangkunya. Matanya melihat ke arah Kimmy yang sedang mengikat rambut panjangnya. Begitu indah dan cantik walau sedang tidak tersenyum. Apakah ini terakhir kalinya juga ia bisa memandang Kimmy seperti ini?. Andre beranjak dari duduknya dan segera menahan tangan Kimmy yang sudah siap berjalan keluar kelas.

Kimmy menoleh untuk mencari tau siapa yang menahan tangan mungilnya itu. Mata mereka bertemu. Kimmy memandang Andre benci. Tak ada lagi pipi merah merona milik Kimmy. Bahkan tak ada lagi senyuman manis yang selalu ia tunjukkan pada Andre. 

"Lepasin tangan gue". Kimmy berusaha menarik tangannya kembali. Namun Andre tak memperdulikan kata-kata Kimmy. Ia malah menarik Kimmy ke dada bidangnya. Ia memeluk Kimmy erat sebelum benar-benar pergi meninggalkannya. 

"Andre lepasin gue. Gue benci sama lu". Kimmy berusaha melepaskan pelukan Andre. Namun pelukan Andre sangat erat. 

"Please My, biarkan seperti ini. Sebentar aja.". Andre berkata dengan nada sendu. Ia membayangkan bagaimana jika ini adalah benar-benar kali terakhir ia memeluk Kimmy. Kimmy menangis dalam pelukan Andre. Haruskah ia membiarkan Andre berkeliaran dalam hidupnya?.

Andre melepas pelukannya. Ia memandang Kimmy sambil menyeka airmata di pipi Kimmy. Ia mengambil sapu tangan di saku celananya. 

"Ternyata lu cengeng ya. Nih gosok airmata lu". Andre memberikan sapu tangannya pada Kimmy. 

Kimmy hanya diam dan tidak mengulurkan tangannya untuk mengambil sapu tangan itu. Andre menghela napas panjang. Ia mengambil tangan Kimmy dan meletakkan sapu tangan itu di tangan Kimmy. "Mungkin ini terakhir kalinya sapu tangan gue pindah ke rumah lu. Setelah ini gue akan berusaha buat enggak muncul lagi di hidup lu. Janji sama gue My, lu akan selalu ceria. Jangan nangis lagi ya". Andre tersenyum pada Kimmy. Ia berusaha menutupi rapuhnya. 

Mata Kimmy membulat mendengar ucapan Andre yang terakhir. Ia teringat ucapan terakhir Andri saat terakhir kali bertemu dengannya. Kenapa ucapannya sama?. 

"Enggak usah peduliin gue lagi. Bukan urusan lu kalo gue nangis. Dan gue harap lu benar-benar enggak muncul di hadapan gue lagi". Kimmy berbicara dengan nada ketus. 

"Maafin gue My". Andre kembali ke bangkunya dan memasukkan buku serta alat tulisnya ke dalam tas ranselnya. Ia segera bergegas keluar kelas, meninggalkan Kimmy yang masih diam terpaku.

Andre segera berjalan menuju parkiran. Setelah siap dengan helmnya, ia segera menancap gas motornya. Meskipun ia sedang kalut, namun ia tidak lupa dengan janjinya bertemu Tama. Tak butuh waktu lama untuk sampai di cafe yang dimaksud Tama. Andre memakirkan motornya dan langsung masuk ke dalam cafe. Tama melambaikan tangannya ke arah Andre seolah memberi tanda posisi meja yang ia duduki. Andre segera menghampiri Tama. Terlihat sudah ada kentang goreng di meja Tama. 

"Lama banget lu Dre". Tama berbicara sambil mengunyah kentang goreng miliknya. 

"Sorry deh. Emang ada apaan sih?". Andre ikut mencicipi kentang goreng milik Tama. 

"Kata bokap lu, lu setuju ikut ke Australia. Lu yakin Dre?". Wajah Tama berubah menjadi serius. Andre hanya mengangguk sambil terus mengunyah kentang goreng. 

"Alasannya?". Tama terus menginterogasi Andre. 

"Ya karena gue mau ikut". Andre manjawab dengan santai. 

"Gue serius Dre". Tama melempar sepotong kentang goreng ke wajah Andre. Sedangkan Andre hanya tertawa karena berhasil membuat Tama kesal. 

"Gue enggak punya alasan lagi buat tetap disini Tam". Andre menjawab kembali pertanyaan Tama. 

"Terus Kimmy?". Tama menyebut nama Kimmy dengan hati-hati agar Andre tidak tersinggung. 

"Ya dia di rumahnya". Andre terkekeh sendiri seperti orang yang frustasi. 

"Jangan menutupi rapuhnya diri lu ke gue. Gue udah kenal lu berabad-abad". Tama menghela napas panjang. 

Andre terdiam sejenak. "Gue enggak tau Tam. Tapi keputusan gue udah bulat". Andre menyandarkan punggungnya ke kursi. 

"Oke. Apapun keputusan lu, gue selalu dukung". Tama mencoba menghibur Andre sambil menyeruput ice cappucino yang sudah tidak dingin lagi.



Let Me Be Your EyesWhere stories live. Discover now