Part 6

457 17 0
                                    

Enjoy guys...


Keesokan harinya, Andri kembali datang ke taman itu untuk menemui Kimmy. Gadis itu sudah ada di taman itu. Duduk di bangku taman dengan senyuman kecil. Senyuman yang sebelumnya tidak ada. Dress selututnya yang berwarna putih begitu pas dengan rambutnya yang hitam terurai di punggungnya. Andri langsung menghampiri Kimmy dan langsung duduk di sampingnya tanpa mengeluarkan suara. Namun Kimmy mengetahui keberadaannya karena indera pendengaran dan penciumannya sekarang menjadi lebih tajam. 

"Gue kira lu enggak serius mau jadi temen gue Dri". Kimmy langsung membuka obrolan yang ditanggapi dengan ekspresi terkejut dari Andri. 

"Kok lu bisa tau gue ada disini? Gue kan enggak bersuara". Andri menggaruk belakang kepalanya yang padahal sama sekali tidak terasa gatal. 

"Gue emang buta. Tapi gue masih bisa denger suara rumput yang lu injak dan masih bisa mencium aroma parfum lu Dri. Lu mau kemana? Wangi bener..?". Kimmy tertawa kecil setelah berhasil meledek Andri. 

Wajah Andri langsung memerah mendengar ledekan Kimmy. Ia tak berani menjitak kepala gadis itu atau meninju lengannya seperti yang ia lakukan pada Andre jika Andre meledeknya. "Daripada bau My. Ntar lu enggak mau temenan sama gue". Andri ikut tertawa bersama Kimmy. Baru kali ini ia melihat Kimmy tertawa. 

"Apa sebelum kecelakaan itu, Kimmy adalah gadis ceria?. Jika benar begitu, betapa berdosanya gue udah bikin cerianya itu hilang". Andri bergumam sendiri. Namun ia masih tetap tertawa di depan Kimmy untuk menutupi rasa bersalahnya.

"Dri ikut gue yuk". Kimmy mencari tangan Andri. Dan Andri langsung mengulurkan tangannya ke arah tangan Kimmy yang sedang meraba-raba di udara. Andri tidak banyak tanya. Ia hanya mangikuti langkah gadis itu sampai tibalah ia di pemakaman umum. Kimmy sudah hafal betul jalan menuju blok makam orang tuanya. Pikiran Andri semakin kalut. Ia merasa belum siap menunjukkan wajahnya di depan makam orang tua Kimmy. Jika tidak ada Kimmy, ia mungkin akan lari dan pergi dari tempatnya berdiri sekarang. Di depan dua buah makam yang bertuliskan Thomas Simpson dan Emma Simpson.

"Ibu, Ayah, maaf ya..Kimmy baru bisa datang sekarang. Kimmy baru dapat keberanian untuk datang kesini hari ini. Kimmy ajak temen Kimmy nih. Namanya Andri. Tau enggak bu, Andri yang udah mengembalikan keberanian Kimmy untuk nyebrang di lampu merah itu. Andri baik yah. Sekarang Kimmy enggak kesepian lagi". Kimmy bercerita di depan nisan orang tuanya seolah-olah mereka sedang mendengarkan apa yang Kimmy katakan. 

Andri hanya terdiam dan menahan airmata yang sudah terbendung di pelupuk matanya. Dadanya semakin memberontak dan berkata "Ini semua karena gue". Andri tidak mengeluarkan kata apapun. Ia hanya diam dan mendengarkan.

"Tapi bu, sampai sekarang Kimmy enggak bisa lihat wajah Andri. Sedangkan Andri bisa lihat wajah Kimmy. Andri curang ya bu". 

Dada Andri semakin sakit mendengar perkataan Kimmy yang terakhir. Tak terasa, darah segar mengalir dari hidung Andri. Ia baru ingat, akhir-akhir ini ia jarang minum obat. Dan keadaannya semakin memburuk. Andri langsung mengambil sapu tangan yang selalu ia bawa di saku celana jeansnya. Andri langsung menyumbat darah di hidungnya. Untunglah disekitar makam orang tua Kimmy, hanya ada dia dan Kimmy. Dan untungnya juga Kimmy tak bisa melihat apa yang terjadi padanya. Andri tidak pernah bercerita kepada Kimmy tentang penyakitnya.

Andri menyumbat hidungnya sampai Kimmy selesai berziarah. Ia langsung menyuruh Kimmy pulang dengan alasan langit sudah mendung dan gelap. Sebagai tanda-tanda akan turun hujan.

 "Tapi Dri kayaknya kepala gue bisa merasakan panas matahari. Mana mungkin hujan". Kimmy membantah permintaan Andri. Memang saat ini langit benar-benar cerah. Tak ada tanda-tanda akan turun hujan. Ini hanya alasan Andri untuk pulang. Andri tidak mau penyakitnya itu membuatnya pingsan di tempat umum seperti ini. 

"Mungkin itu sinar matahari saat di pemakaman tadi My. Efek panasnya masih terasa di kepala lu. Kan tadi kita lumayan lama disana". Andri meyakinkan dengan nada yang mantap. Betapa susahnya membohongi gadis itu. Seperti biasa Andri meminta Pak Surya menjemputnya segera. 

"Tapi sebelum gue pulang, boleh kan gue pegang wajah lu dulu?". Andri menuruti permintaan Kimmy. Ia langsung menarik tangan Kimmy ke arah wajahnya. Untungnya darah segar sudah tidak mengalir lagi dari hidungnya. Kimmy meraba seluruh wajah Andri. Kening, mata, hidung, mulut, pipi bahkan alis Andri pun tak ketinggalan. Andri hanya diam dan menahan airmata sekaligus sakit yang ia rasa karena penyakitnya. 

"Lu pasti ganteng ya Dri". Kimmy melepas tangannya dari wajah Andri dan sambil mengembangkan senyuman indah di wajahnya.

"Lu juga cantik My. Janji ya sama gue, lu akan selalu ceria seperti Kimmy yang ada dihadapan gue sekarang". Hanya kalimat itu yang Andri ucapkan dengan mengukir senyuman indahnya juga. Kimmy mengangguk sambil tersenyum dan pipinya mulai memerah. 

"Gue pulang ya Dri. Bye". Kimmy berlalu pergi dengan senyuman masih di wajahnya dan lama-kelamaan punggung gadis itu sudah tak terlihat di pandangan Andri. Andri tak berkata apa-apa. Ia merasa ini adalah kali terakhirnya bertemu dengan gadis itu. Tak lama kemudian mobil berwarna putih datang dan Andri langsung masuk ke dalam mobil.

................................................

Sesampainya di depan pintu rumah, Andri langsung masuk dengan jalan tergopoh-gopoh sambil menutup hidungnya yang kembali mengeluarkan darah dengan sapu tangan yang sama dengan tadi siang di pemakaman. Andre yang sedang menonton tv di ruang keluarga dengan setoples keripik di tangannya, langsung berlari panik ke arah kembarannya itu. Keripiknya pun langsung berserakan di permadani berwarna merah cerah tersebut. 

"Dri, lu kenapa? Lu lupa minum obat lagi?". Andre langsung merangkul Andri dan membawanya ke arah kamar. Belum sampai pintu kamar, Andri sudah tidak sadarkan diri. Andre panik dan berteriak memanggil Pak Surya. Suaranya menggema di atap-atap rumah. Tak beberapa lama kemudian, Bi Imah dan Pak Surya datang dan menunjukkan ekspresi yang tak kalah paniknya.

"Pak Surya tolong bantu saya bawa Andri ke dalam mobil. Kita ke rumah sakit sekarang. Bi imah tolong kabarin bunda sama papa ya". 

Pak surya langsung sigap mengangkat tubuh kurus milik Andri yang begitu lemah dan pucat dibantu dengan Andre. Dan Bi Imah langsung berlari ke arah telepon di dekat ruang keluarga. Pak surya langsung menancap gas menuju rumah sakit. Selama perjalanan, Andre menangis pilu. Ia tak peduli bila ia dianggap cengeng seperti anak perempuan. 

"Dri, lu harus kuat. Gue masih mau main PS bareng lu". Perkataan konyol itu tiba-tiba meluncur dengan lancar dari bibir Andre. Pak Surya yang mendengarnya, langsung menangis namun masih tetap berusaha fokus menyetir.

Let Me Be Your EyesWhere stories live. Discover now