VI

30.5K 2.3K 25
                                    

Kini Athalia sudah merasa lebih baik. Ia masuk sekolah karena tidak bisa berlama-lama izin. Ia akan ketinggalan banyak materi pelajaran. Nilainya akan buruk dan beasiswanya bisa di cabut. Athalia tidak ingin jika hal itu sampai terjadi.

Saat berjalan sendiri di koridor sekolah, beberapa pasang siswa menatapnya sambil membicarakan hal-hal yang jelas sudah diketahui oleh Athalia.

Tapi gadis itu mencoba untuk tidak peduli, ia sengaja memasang earphone ditelinganya. Berharap tidak mendengar secara langsung apa yang dibicarakan oleh para siswa tersebut.

Di ujung koridor beberapa orang siswa yang Athalia ketahui dari kelas XII menghalangi jalannya. Salah seorang dari mereka mendorong Athalia ke dinding. Menarik earphone di telinga gadis itu. Athalia hanya diam, menunggu apa yang akan mereka lakukan padanya.

Percuma melawan orang-orang yang berkuasa seperti mereka, itu sama saja dengan mencari masalah. Dan hal yang lebih keji bisa saja mereka lakukan pada Athalia.

"Hei! Apa kamu memiliki perasaan dan rasa malu hah! Bisa-bisanya kamu menggoda kekasih Letisha, orang yang sudah baik hati mau menganggapmu adik yang hanya anak angkat dari pelayan rumahnya. Menjijikkan!"

"Jika aku jadi Letisha, mungkin aku sudah mengusirnya dari rumahku."

"Aku penasaran, apa yang kamu lakukan hingga laki-laki seperti Aaron tergoda."

"Mungkin saja ia menawarkan tubuhnya itu."

Athalia hanya diam mendengarkan apa yang di ucapkan oleh beberapa siswa yang mengelilinginya tubuhnya itu. Ia ingin bicara dan membantah semua yang mereka katakan.

Tapi tidak akan ada yang percaya dan membenarkan bantahannya. Itu hanya akan membuang-buang tenaga saja.

Lagipula semua yang mereka katakan itu tidak ada yang benar, jadi Athalia tidak perlu merasa takut.

Ia sendiri yang tahu kebenarannya. Ia tidak melakukan kesalahan apapun, dan ia tidak ingin peduli pada omongan-omongan orang lain yang sama sekali tidak tahu apa-apa.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN!" Teriak Letisha marah. Ia menerobos siswa-siswa yang mengelilingi Athalia.

"Jangan pernah berani bicara jika apa yang kalian ucapkan itu nggak ada yang benar! MINGGIR!" Letisha menarik tangan Athalia. Membawa gadis itu ke halaman belakang sekolah.

"Kenapa kamu nggak membela diri, kenapa hanya diam saja?" Letisha menatap kesal Athalia.

"Percuma kak, mereka nggak akan percaya pada apa yang akan aku katakan. Jadi lebih baik aku diam saja."

"Tapi tetap saja. Mereka jadi semena-mena padamu."

"Sudahlah kak, lupakan masalah itu. Hm? Aku juga mau minta maaf sama kakak." Athalia menggenggam kedua tangan Letisha. Ia menatap Letisha dengan pandangan bersalah. Letisha sendiri hanya mengangkat alisnya, bingung.

"Aku minta maaf karena aku, hubungan ka---"

"Hush! Kenapa harus minta maaf, aku malah harus berterimakasih sama kamu. Karena udah buat aku jauh dari laki-laki brengsek seperti dia."

"Tapi---"

"Udah Athalia, katanya mau lupain hal itu." Athalia menghela nafas, kemudian menganggukan kepalanya. Walau jujur, ia masih sangat merasa bersalah pada yang ada di hadapannya itu.

○○○

Athalia duduk diam di ruang Kepala Sekolah. Letisha benar-benar melaporkan kejadian itu pada guru. Hingga kini tidak hanya para siswa yang harus Athalia hadapi, tapi juga Guru.

ATHALIA [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang