Carissa tidak pernah sejauh ini jika bermesraan dengan para kekasihnya yang dulu, hanya sekedar berpelukan dan mencium bibir saja dengan lembut. Namun dengan pria yang tidak ada hubungannya sama sekali Ia sudah membiarkan tubuhnya di permainkan dengan rasa yang belum pernah Ia rasakan.

"Mas ...!" Carissa berusaha mendorong Dewa yang sudah menindihnya dengan sempurna, terlebih lagi belahan dadanya sudah terlihat dengan bekas air liur yang menempel di sekitarnya. Kapan pria ini berhasil membuka kancing kemejanya?

"Carissa ..." Erang Dewa yang frustasi. Ia berusaha mengatur napasnya yang tidak beraturan.

"Ambilkan saya minum lagi." Pinta Dewa yang sudah berhasil sedikit mengatur gairahnya. "Cepatlah ... atau mau kita lanjut?"

Carissa mencelos.

Ada memang pria seperti ini?

Carissa kembali ke dapur untuk mengambil air. Ia sedikit bingung dengan apa yang sudah terjadi barusan. Di lamar dan hampir bercinta dengan pria yang tidak pernah terbayang sedikit pun. Ia kembali dari dapur dengan air yang sama namun dari gelas berbeda.

"Saya tidur di sini, besok pagi saya langsung ke bandara." Lagi-lagi Carissa terkejut dengan segala perkataannya. Apa pria ini sedang mabuk sampai tidak memikirkan kata-kata yang keluar dari mulutnya begitu saja? Kalau sampai benar Carissa merasa itu sebuah keberuntungan untuk tidak menganggap semuanya dengan serius.

"Mas Dewa, sebai-"

"Saya harus ke Singapur selama dua hari, sepulang dari sana saya langsung menemui kamu." Dewa menarik Carissa ke dalam pelukannya, menyandarkan tubuhnya.

"Mas Dewa jangan seperti ini." Pinta Carissa berusaha lepas dari pelukan Dewa.

"Iya kenapa, Carissa? Coba jelasin?" Tangtang Dewa semakin erat memeluk Carissa.

"Ka-karena ... kita tidak saling-"

"Cinta?" Potong Dewa. "Carissa, cinta bisa datang dengan sendiri nya jika kita punya niat untuk jatuh cinta. Lagian saya juga sudah menyukai kamu dari dulu ini akan lebih gampang buat kamu." Penjelasan Dewa mampu membuat Carissa diam dalam pelukan Dewa.

"Lalu apa lagi, Carissa?" Dewa mencium rambut Carissa.

"It-itu ... perbedaan umur ya-"

"Karena saya lebih tua ya? Saya jamin umur bukan penghalang buat saya untuk membuat kamu bahagia lahir batin." Sekali lagi Carissa tidak mampu untuk bergerak dalam pelukan Dewa.

"Mas Dewa, kita perlu wa-"

"Baiklah, saya mengerti kok. Kita jalan aja seperti dulu tapi kapasitas kita berubah lebih dekat dan tanpa ikut campur Mas Halim." Dewa melepas pelukan Carissa.

"Saya harus cepat tidur, ayo kita tidur bersama tanpa bercinta."

Carissa duduk mematung melihat Dewa berjalan ke kamar tidurnya. Lagi-lagi pria ini begitu seenaknya dalam hal apapun. Semua perkataannya adalah perintah secara halus yang buruknya tidak bisa di tolak dengan mudah.

"Carissa, cepat kemari." Panggil Dewa dari kamar. "Lama sekali, cepat kesini. Saya harus memeluk kamu agar aroma tubuh kamu terbawa sampai ke Singapur." Suara berat Dewa terdengar lagi.

Membuat Carissa memperlambat jalannya.
Carrisa menghembuskan napas dengan keras. Rasanya malam ini Ia tidak akan tidur dengan nyenyak seperti malam-malam sebelumnya. Ketenangan hidupnya berubah hanya dalam waktu malam ini saja.

*

"Pagi, Dok?" Sapa beberapa suster pada Carissa saat bertemu di sepanjang koridor rumah sakit. Carissa membalas setiap sapaan dengan senyuman yang terbilang ramah. Sebagai dokter yang terkenal dengan kecantikan dan kepintarannya, menjadikan Carissa sebagai dokter favorit di rumah sakit ini.

Mas DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang