I Love You

31.4K 766 24
                                    

"Mas Dewa?" Carissa terkejut melihat pria yang jauh lebih tua darinya berdiri di depan pintu Apartemennya. Ia tidak pernah menyangka bisa melihat pria ini di depan Apartemennya apalagi dengan membawa bunga kesukaannya.

"Ayo kita masuk dulu." Dewa mengambil kunci di genggaman Carissa yang masih mematung.

Carissa mengikuti Dewa dari belakang dengan banyak pertanyaan di kepalanya. Sedang dan mau apa pria ini secara tiba-tiba datang dan bersikap akrab pada dirinya? Bukannya selama ini mereka tidak pernah bicara panjang lebar dan pembicaraan mereka hanya sekedar bertegur sapa saja.

"Saya haus, tolong ambilkan minum." Pinta Dewa setelah menaruh bunga di atas meja. Ia langsung duduk di sofa berwarna cokelat tanpa permisi pada pemiliknya. Melihat itu, Carissa hanya bisa mendengus tanpa berani mengatakan keberatannya.

Carissa datang dengan membawa segelas air putih untuk tamunya yang tidak tahu malu, Ia segera duduk di depan Dewa setelah menyerahkan minumannya.

"Terima kasih." Carissa mengangguk.

"Jadi, Mas Dewa ada perlu apa?" Tanya Carissa. Ia ingin segera tidur setelah perkerjaannya sebagai seorang Dokter sudah menguras tenaganya seharian ini, tapi karena kedatangan seorang tamu aneh, Ia harus menunda waktu istirahatnya.

"Kita nikah yuk?" Ajak Dewa santai. Carissa sebagai lawan bicaranya hanya bisa membuka mulutnya tanpa bisa berkomentar lebih. Apa orang ini sedang bercanda?

"Saya bosan hidup sendiri, gimana mau tidak? Kalau iya, saya langsung lamar kamu ke orang tua kamu." Ini orang salah makan kali ya? Segampang itu ngomongnya. Mas, ini soal pernikahan lho ... hidup matinya seorang wanita.

"Mas Dewa, serius kan?" Tanya Carissa serius.

"Iya lah, saya serius!" Dewa berpindah duduk di sebelah Carrisa. "Masa saya bercanda hal begini." Lanjutnya.

Carissa merasa telinganya sedikit mendengung ketika mendengar penjelasan dari Dewa. Ia antara percaya dan tidak meskipun Ia tahu kalau seorang Dewangga Baranegara tidak akan pernah main-main dengan kata-katanya.

"Mas ... Aku-"

"Saya udah kenal kamu dari lahir apalagi dengan Mas Halim, ayah kamu sahabat saya juga."

Tapi Carissa tidak merasa mengenal Dewa secara dekat. Pertemuan mereka tidak banyak dan hanya sekedar bertegur sapa. Mungkin Dewa sudah merasa cukup dengan dekat dengan orang tuanya namun bagi Carissa itu tidaklah cukup untuk mengucap janji serius dalam pernikahan.

Carissa berpikir dalam suatu hubungan yang bernama pernikahan harus ada sesuatu yang paling utama, yaitu cinta besar dari kedua pasangan tersebut.

"Maaf Mas Dewa, aku tidak bisa menikah dengan Mas Dewa." Penuturan Carissa sedikit membuat Dewa menegang dalam duduknya. Tapi dengan cepat Ia kembali tenang.

"Kenapa?" Carissa merasa hembusan napas seseorang begitu dekat dengan telinganya, memberikan efek aneh dalam tubuhnya.

"Saya butuh penjelasan yang masuk akal dari kamu, Carissa Amelia Putri." Dewa menempelkan bibirnya begitu dekat dengan telinga Carissa, menunggu reaksi lain.

Carissa tidak berani menoleh ke samping ketika telinganya di hisap oleh sesuatu yang lembut. Ia mencoba menahan suara aneh yang ingin keluar dari mulutnya, apalagi bibirnya bergetar setiap kali telinganya di hisap dan di gigit cukup kuat oleh gigi dari pria yang lebih tua dua puluh tahun darinya.

"M-mas Dewa ... Hentikan!" Pinta Carissa saat mulut pria itu berpindah kelekukan lehernya. Tuhan, pria ini sudah membuatnya gila hanya dalam beberapa jam terakhir saja.

"Untuk?" Dewa mendorong tubuh Carissa untuk bersandar pada sofa. "Kita latihan dulu sebelum nikah." Sambungnya. Tangan dewa sudah berselancar di tubuh Carissa dengan lihainya, meremas dan mengusap dengan pelan. Tidak mau kalah dari tangannya, mulut Dewa beroperasi pada area rahang, dagu, dan lehernya untuk memberikan pelayanan pada Dokter cantik ini.

Mas DewaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang