Secret Love on First Winter (Touken Ranbu: Otegine)

330 13 2
                                    

Warning: Mungkin ini sedikit sensitif bagi beberapa orang, tapi tolong. Sekali lagi, TOLONG! Ini, walaupun cerita ini sedikit offensive, tapi jangan salah sangka denganku. Aku bukan hentai, oke?
Sekali lagi, saia minta maaf kalo sifatnya enggak sesuai aslinya. Maaf kalo jelek, lagi enggak ada ide^^
-Ren

****************************************************


"Ote... tunggu!"

Aku memanggil seorang pria berbadan tinggi besar yang berjalan di depanku. Bajunya memang sedikut berbeda dengan yang lainnya; ia memakai tracksuit berwarna hijau dengan kaus berwarna merah di balik jaketnya. Siapa lagi yang memiliki badan yang lebih besar dari Otegine buat aku peluk? (Tidak tertarik dengan badan Tonbo atau Nihongo atau KAKAKA sih ^^)

"Ah, Aruji. Ada apa? Bukankah kau menyuruhku untuk mengurus Aso hari ini?" kata Otegine dengan ringan.

"Tidak, Ote. Aku..."

Aku tidak bisa berkata apa-apa. Satu citadel sudah tahu kalau aku sangat menyukai Otegine. Tapi, untungnya, mereka semua tidak bocor pada Ote kalau aku menyukainya.

"Yah, kalau begitu, aku duluan, Aruji. Jaga dirimu, ya!"

Otegine segera pergi ke depan, meninggalkanku di belakang dengan bertabur daun musim gugur. Aku masih berharap, walau ia mungkin tidak akan tahu tentang ini, aku akan terus berharap.

Terus... berharap...

Setelah Otegine sudah jauh, aku segera membalikkan badanku, dan pergi ke tempat dimana seseorang sudah menungguku. Saat aku sampai di sana, bau besi dan bakaran sudah tercium di ujung hidungku. Bau khas ini membawaku unntuk memberitahukan sesuatu pada seseorang. Untungnya, orang itu menyadari kehadiranku sebelum aku memanggilnya.

"Aruji! Baru saja aku ingin mencarimu," kata orang itu. Badannya penuh dengan keringat, hasil dari kerja kerasnya.

"Blacksmith-san! Bagaimana hasilnya?" kataku dengan senang.

Blacksmith itu menghela nafas panjang. "Belum dapat Sohaya atau Oodenta, seperti dugaanmu. Tapi, kau dapat ini!"

Ia menunjukkan pada toudan berbadan besar, yang entahlah ia memakai sarung putih atau semacamnya, aku tidak bisa mengatakannya. Tapi, rambut oranye, gigi tajam, sudah pasti itu Iwatooshi.

"Seperti dugaanku! Terima kasih, Blacksmith!"

Aku segera membawa Iwatooshi ke citadelku. Ia lalu disambut oleh banyak toudan di sana. Saat itulah, aku kabur dan pergi ke kamar para adik yang sedang bersantai. Terang saja, karena aku sangat menyukai adik-adik inilah aku sering ke sana (bukan karena paha mereka ya, karena aku sudah diingatkan oleh Ichi-nii).

"Ah, Aruji!" sambut Yagen ketika melihatku. Ia menaruh buku yang ia baca di lantai.

"Yagen. Mana yang lain?" kataku, sambil duduk di lantai.

"Tidak ada. Ia sedang bermain di rumah pohon yang baru-baru ini dibangun oleh satu citadel," kata Yagen.

"Apa? Senang mereka menyukainya," kataku, tersenyum.

Saat itulah, aku mendengar bunyi gaduh disertai tawa dan bentakan. Aku mungkin tahu asal suara itu dari mana, tapi kalau pemiliknya, itu mungkin si Tsurumaru yang sedang menjahili seseorang lagi.

Yagen dan aku segera memutuskan untuk pergi ke arah suara itu datang. Saat aku sampai di sana, aku kaget. Ternyata seperti yang kuduga, itu adalah suara Ichi yang sedang marah, karena berhasil diisengi oleh seekor bango bernama Tsurumaru.

"Ah, maaf, Ichi. Serius, ini tidak sengaja," kata Tsurumaru dengan panik.

"Saya tidak marah, kok. Saya hanya ingin memukul anda," kata Ichigo.

Aku tertawa ketika melihat mereka. Satu citadel memang sedang ramai hari ini. Mulai dari suara Iwatooshi disambut oleh Iwa no Tsurugi, hingga suara Ichigo memarahi Tsurumaru karena ia berhasil menggambar di muka Ichigo saat ia sedang tertidur.

Cur... kapan kamu tobat, kataku dalam hati sambil tertawa karena melihat mereka semua senang.

Tak terasa saat aku tertawa, Mitsutada dan Kuri memanggil kami semua untuk makan. Kami semua makan dengan senang, apalagi ketika citadel sedang ramai. Aku, seperti biasa, makan bersama adik-adik dan Ichi-nii. Setelah selesai, aku segera bersiap untuk tidur di kamarku, ketika sebuah toudan memelukku dari belakang. Bau ini...

"Ote! Kau kembali!" kataku, kaget. Aku segera menengok ke belakang. Seperti yang kuduga; Otegine sudah di belakangku, dengan cukup banyak goresan di badannya. Aku tahu bahwa itulah beban sebagai Yari.

"Ya, Aruji. Aku telah menjalankan tugasku dengan baik..."

Sebelum Otegine bahkan selesai berbicara, aku segera merebahkan badanku, membuat badan Ote yang besar dan berada di belakangku terjatuh di atas tatami. Setelah itu, aku segera membalikkan badanku, membuat badanku berada di atas Otegine, dan mencium mulutnya.

Aku tahu ini salah, tapi aku tidak bisa melawan rasa cinta yang membara di hatiku.

Otegine memang ingin menolak, tapi setelah aku selesai menciumnya, ia sadar bahwa aku mencintainya. Setelah itu, ia melihatku yang segera membungkus luka Otegine dengan perban dan memakaikan jaketnya. Aku lalu mengajaknya untuk melihat ke luar, karena aku tidak bisa tidur.

Saat ia sudah duduk di depan, di atas lantai kayu, aku segera tersenyum padanya. Malam itu dingin, dan sebentar lagi ada tanda-tanda musim dingin yang menggigit. Aku segera membaringkan kepalaku ke atas Otegine, ketika aku berbicara tentang hal-hal yang biasa saja. Tak lama kemudian, ia berbicara tentang tadi.

"Aruji, tentang yang tadi, kenapa kau seperti itu denganku?" kata Otegine dengan bingung.

Aku menghela nafas. "Ote, kau tahu kenapa?"

Angin berhembus ketika aku ingin berbicara, membunyikan suaraku di balik suara celentingan gantungan berbahan gelas itu. Bayangan boneka Teru Teru Bozu juga di sana, tersenyum ke arah cintaku dengannya.

"Aku mencintaimu. Makanya aku seperti ini," kataku dengan tenang.

Otegine kaget. Ia tidak tahu bahwa aku suka dengannya.

Saat itulah, sebuah titik embun yang dingin berjatuhan ke atas tubuh Otegine dan aku. Ah, jadi inilah yang Arujiku sendiri ingin katakan padaku, walau aku tidak sedang butuh penghiburan, kata Otegine dalam hati sambil memegang rambutku yang panjang dan lembut, menciumnya. Dengan awal musim dingin yang mengigit inilah ia memulai sebuah kata baru, yang tidak diketahui satu citadel, bahkan sampai hari ini...

World Of Random AnimeWhere stories live. Discover now