Side story

34 0 0
                                    

Seorang gadis remaja berumur 17 tahun itu menatap kedatangan ayahnya yang baru kembali dari dinas. Ayahnya masih mengenakan seragam pilot kebanggaannya. Tidak hanya ayahnya yang bangga, gadis itu pun juga ikut bangga. Bahkan ia menginginkan jika suatu saat dapat memiliki jodoh yang berprofesi sama seperti ayahnya.

"Assalamu'alaikum." Elang memasuki rumah dengan wajah tersenyum. Baginya rasa lelah akibat bekerja seberat apapun dapat hilang apabila kakinya sudah menginjak rumah. "Waalaikumsalam, ayah." Jawab gadis itu, ia segera menghampiri ayahnya dan mencium tangan ayahnya.

"Sini yah, Kirana bantu bawa kopernya." Tawar gadis bernama Kirana itu. Ayahnya tersenyum lalu menggeleng. "Nggak usah Ki, biar ayah saja. Oh ya Ki, Bunda dimana?" Tanya Elang pada putrinya. Kirana mengangkat bahu tanda tak tahu. "Kayaknya tadi pergi ke rumah Bu Elin, kan ada arisan." Jawabnya. Elang hanya membentuk huruf 'O' dimulutnya sambil melepas topi pilot yang dari tadi masih ia kenakan.

"Ki, hari ini mau ikut ayah ke tempat latihan menembak nggak? Ayah mau bantu Om Dhika disana. Sekalian refreshing, mumpung besok ayah libur." Tawar Elang, Kirana tampak berpikir sejenak. Masih tidak menjawab. "Disana juga ada Mas Arga, kamu ingat dia nggak? Teman kamu dulu waktu kecil. Sekarang dia lagi balik ke Jakarta." Lanjut Elang.

Kirana tampak berpikir lebih keras.

Ikut ke tempat menembak?

Mas Arga?

Teman kecil?

"Nggak tau, dan nggak ingat Yah." Jawabnya bingung. Elang mendecak heran dan menggeleng gelengkan kepalanya. Putrinya memang begini, pelupa.

***

Karena malas sendirian dirumah ketika kedua kakak laki laki dan satu adik perempuannya tidak ada dirumah, Kirana memutuskan untuk ikut pergi ke tempat berlatih menembak bersama ayahnya. Sebenarnya antara malas dan penasaran, malas ikut dan penasaran dengan yang namanya 'Mas Arga.'

"Kali aja yang namanya Mas Arga ternyata ganteng."

"Selamat sore, Om." Seorang anak laki laki berambut sedikit keriting dengan face Chinese tiba tiba menyapa ayah Kirana membuat Kirana menduga duga.

"Ini yang namanya Mas Arga? Kok biasa aja gitu mukanya?" Batin Kirana kecewa.

"Siang, Ga." Sapa ayah Kirana membalas. Mendengar patahan nama itu hati Kirana sedikit kecewa. "Kirana, kenalkan. Ini namanya Kak Ega. Dia putra nya Om Dhika, pemilik tempat latihan ini." Ujar ayahnya. Kirana tersenyum dan mengulurkan tangan dengan sopan.

"Kirana, kak."

"Ega."

"Kirana, kamu sama kak Ega ya. Ayah mau menemui Om Dhika dulu. Ega, om titip Kirana ya." Ega yang merasa diperintah mengangguk sopan. Kemudian anak laki laki yang tiga tahun lebih tua dari Kirana itu mengajaknya keliling tempat latihan yang menurut Kirana sangat luas dan keren.

"Sudah berapa lama kak, bisa olahraga menembak?" Tanya Kirana penasaran. Ega berpikir, mengira ngira. "Kurang lebih sudah 7 tahunan lah, Gue udah dari kecil latihan sama papa soalnya." Jawabnya santai. Kirana ingin bertanya soal yang bernama Mas Arga tapi dia malu. Takut dipikir suka.

"Kak Ega!" Seseorang tiba tiba menyapa kak Ega membuat Kirana ikut menatap ke sumber suara.

Seorang anak laki laki.

Tinggi.

Berpawakan tegap.

Tidak terlalu putih, namun tidak hitam.

Tam..pan.

"Apa kabar lo Ar? Gila, udah lama ya nggak ketemu. Gimana Magelang? Makin keras kah?" Tanya Ega, Kirana hanya menonton pembicaraan kedua anak laki laki itu, bingung.

"Ya gitu deh kak, Gue sih yang penting dapat pendidikan bagus dan bisa bangun masa depan cerah."

"Wow, ini cowok pemikirannya dewasa juga ya?" Batin Kirana.

"Oh ya Ar, kenalin. Ini Kirana anaknya om Elang. dan Kirana, ini Arga." Ega mengenalkan, Kirana mematung.

"Tuhan? Ini yang namanya Mas Arga? Kenapa aku nggak pernah ingat dia?" Batin Kirana.

"Kirana Syaninda Archandra? Anaknya om Elang Archandra? Teman kecil saya dulu?" Tanya Arga. Kirana mengangguk. "Mas Arga?"

"Eh eh.. Kok dia ngomong nya pakai saya sayaan sih? Jadi gugup." Batin Kirana.

"Loh kalian sudah saling kenal?" Ega memperhatikan keduanya. Arga tersenyum ramah. "Kirana ini dulu teman waktu kecil. Kamu pasti lupa ya sama saya?"

"Sedikit lupa, Mas."

"Ya sudah, kita jalan jalan deh sambil ngobrol. Biar kamu ingat."

***

Kirana sedikit gugup, berjalan hanya berdua dengan pria seperti Arga membuatnya tidak terbiasa. Bagaimana tidak? Arga pria yang tampan, dia cerdas, sopan, dan rupanya ia salah satu siswa pilihan di sekolah Taruna Nusantara. Kalian tahu kan? Taruna Nusantara itu sekolah menengah atas nomor satu di Indonesia. Sekolah bergengsi!

"Jadi, kakak sekolah di Taruna Nusantara? Wah, sekolah yang cukup berat juga ya." Sungguh, Kirana sangat kagum dengan laki laki yang menurut cerita ayahnya adalah teman kecilnya. Arga hanya tersenyum manis, sangat manis malah. Sambil menimpali dengan angkat bahu. "Saya memang udah niat, jadi ya.. Terasa ringan aja. Apalagi cita cita saya berhubungan dengan kemiliteran." Kirana melongo makin kagum. Ia menatap Arga dengan tatapan tidak percaya. "Kakak mau jadi apa?"

"Saya mau jadi Angkatan Darat."

***

Just a new weird story, but if you read this please give your vote and comment.

Thankyou!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(Not) A happily ever afterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang