Satu

32K 834 52
                                    

Hari pertama ulangan di Bulan September, hal ini mungkin menjadi tolak ukur Yusuf untuk kedepannya. Dirinya menerima nilai 8,9 dari usahanya mengisi jawaban matematika essay ataupun pilihan ganda. Dirinya belum puas karena lagi-lagi Adit sahabatnya di kelas mendapat nilai 9,5. Hanya bisa merasa iri yang Yusuf rasakan ketika Adit yang dipuji oleh wali kelas, bukankah ini adil dan seharus Yusuf juga merasa bangga karena dirinya mempunyai teman yang juga sama pintar. "Adit, selamat ya! Kamu memang pintar banget." Yusuf memberi selamat pada Adit, membuat sahabatnya itu tersenyum lalu menepuk pundaknya beberapa kali.

Adit melihat lembar hasil ulangan Yusuf yang ia rebut paksa. "Nilai lo juga bagus kok Suf. Cuman tinggal belajar dikit lagi supaya lo bisa ada di atas gue sekali-kali." ucapan Adit memang selalu begitu, membanggakan diri dan tanpa memperdulikan Yusuf yang mendengarnya berpikir apa, padahal memang Yusuf sempat berpikir kalau kesombongan bukanlah hal baik, tapi tetap saja Yusuf tidak bisa menyadarkan Adit soal itu.

Adit memang sedikit sombong, dulu pernah sekali dirinya dimusuhi oleh teman satu kelas karena sombong tidak memberi contekan. Tapi saat itulah Yusuf merasa bodoh karena semuanya jadi pindah mencontek padanya, pada akhirnya Adit iri dan kembali memberikan contekan gratis pada teman sekelas agar dirinya bisa memiliki teman lagi.

Kemudian Yusuf mulai sadar bahwa menjadi nomor dua bukanlah hal buruk, yang buruk adalah ketika kamu berpikir keras mencari jawaban tapi teman kamu seenaknya menyalin dan kamu memberinya cuma-cuma. Itu sama saja seperti Yusuf membiarkan temannya menjadi bodoh terus. Ngomongin soal menyontek atau dicontekin memang tidak akan ada habisnya, pasti setiap murid di sekolah manapun pernah merasakannya. Tapi sungguh Yusuf berani sumpah, dirinya tidak pernah berpikir samasekali untuk menyontek, Yusuf lebih memilih soal yang ia ketahui saat ia belajar daripada harus menyontek satu-satu pada temannya.

Kemudian saat pulang sekolah inilah waktu yang selalu Yusuf tunggu, tidak munafik juga bahwa dirinya lebih suka mendengar bel pulang sekolah ketimbang mendengarkan guru menjelaskan rumus matematika, manusiawi memang. Dengan segera Yusuf keluar sambil menggendong tas untuk menuju halte busway, butuh waktu sekitar beberapa menit perjalanan menggunakan busway untuk sampai ke rumah.

Entah siapa itu, tiba-tiba muncul seseorang dengan sebuah motor gede menggunakan helm di kepala yang berhenti dihadapan Yusuf. Ia pikir pria itu hanya mau jalan saja, tapi nyatanya pria yang dikenal Yusuf sebelumnya itu kembali dengan menawarkan tumpangan, "Yusuf, mau gue antar pulang nggak?"

"Kak Daniel," Yusuf mengenali sosok pria itu.

***
***
***

Matanya bosan memandang halaman sekolah yang cukup luas, di depan hanya ada satpam yang lalu-lalang menunggu bel sekolah berbunyi. Daniel baru saja selesai dari kantor dan ia sengaja pulang cepat karena mau melihat seorang sosok anak sekolah yang sangat ia idamkan. Namanya Yusuf, tinggi kurus dengan wajah manis tanpa celah jelek sedikitpun menurut Daniel. Entah kenapa dan sejak kapan Daniel menganggap kalau anak itulah yang sudah merebut hatinya, dari sekian banyak wanita dan pria tapi Daniel merasakan hal yang berbeda ketika dirinya mulai mengenal Yusuf yang hanya seorang anak sekolah SMA yang masih lugu.

Padahal di pesan BBM(blackberry messenger) pribadi Daniel banyak sekali wanita yang menyapanya, memberi PING!! atau bahkan sekedar ingin berkenalan. Tapi basi semuanya, Daniel lebih terpacu pada seorang anak SMA lugu saat ini, dengan logat santun dan agak kekampungan tapi Daniel sangat menyukai sosok Yusuf yang ada apanya itu.

Alis matanya hampir bertabrakan, matanya melebar segera ketika melihat sosok Yusuf yang baru saja keluar dari gedung sekolah. Lantas dengan cepat Daniel mengendarai motonya untuk menemui anak itu, tidak lupa sebuah helm terpasang rapi di kepalanya. Laju motornya diperlambat karena Daniel harus sadar kalau ini bukanlah tempat untuk dirinya belagak seperti anak geng motor.

Hampir saja mungkin Daniel menepis sisi tubuh Yusuf kalau tidak anak itu mundur sejenak. Ia muncul di hadapan anak itu dan segera turun untuk mendekatinya. "Yusuf, mau gue antar pulang nggak?" Tanyanya pada anak itu.

"Kak Daniel," jawab Yusuf yang mungkin saja anak itu terkejut. "Eh nggak usah repot-repot Kak, aku bisa naik busway kok." lanjut anak itu yang terdengar sebagai penolakan.

Daniel memegang tangan anak itu untuk menariknya mendekati motor. "Gue nggak mau lo kenapa-napa Suf." katanya.

Yusuf hampir menepis genggaman tangan Daniel saat ini, "Nggak usah Kak. Jangan bilang karena Kak Daniel suka sama aku deh. Aku nggak apa-apa kok." jawab Yusuf lagi.

Daniel keukeuh pada pendiriannya, "Iya, emang gue suka sama lo, kenapa? Dan lo nggak boleh nolak gue, karena di luar sana banyak yang ngantri buat jadi pacar gue." Daniel semakin erat menggenggam tangan Yusuf. Kemudian ia menarik tangan anak itu untuk duduk di jok motornya.

Yusuf kalah, ia juga tidak bisa melawan Daniel yang notabene posisinya lebih kuat ketimbang dirinya. "Terserah Kakak aja deh." pungkasnya ngedumel.

•••°°°•••

Yusuf

••••••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

••••••

Daniel

Daniel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Anugerah Cinta - BoyxboyWhere stories live. Discover now