Bagain

70.3K 6.7K 4.1K
                                    




Bagain

Back and Again

Your name is the strongest

Positive and negative connotation in any language

It either lightens me up or leaves me aching for days

Where you are broken and they have left you

Do not question whether you were enough already or not

The problem was

You were so enough

They were not able to carry it

- Rupi Kaur

**

Trian.


"Kayaknya gue suka deh sama lo."

".... Apa?" saking kagetnya, muka Thea jadi keliatan pucat, dan saat itu gue cuma bisa senyum, nenangin dia. "Gak usah dipikirin. Gue belom nembak lo kok."

Gue melirik dia, masih memegang tangannya sambil nyengir, ketawa-ketawa gak jelas. "Tapi lo siap-siap aja..."

"Gue gak suka nyimpen-nyimpen sendiri soalnya, gak enak. Jadi minimal, gue mau lo tau aja, kalo gue suka sama lo."

"Oh....... Iya...."

Gue beneran ketawa karena ekspresi mukanya lucu banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue beneran ketawa karena ekspresi mukanya lucu banget. Shock dan gak tau harus ngomong apa selain ngeliatin gue ngangguk-ngangguk pelan kayak orang bloon.

"Lo gak ilfeel kan sama gue?" tanya gue. Takut ternyata memang dia gak suka sama gue, dan biasanya cewek bakal ngejauh dari cowok yang ngejar-ngejar dia. "Nanti lo ilfeel lagi, terus jauh-jauh dari gue."

"... Enggak kok..."

"Iya jangan. Gue itu orangnya.... Makin dijauhin, makin ngejar."

"...... Iya."

"Apa sih iya-iya doang," gue ketawa lagi karena reaksi dia emang selucu itu. "Ya abis gue harus ngomong apa?" dia paksain ketawa dan gue sangat menghargai cara dia cairin suasana. Karena biasanya, setelah ada pengakuan, timbul kecanggungan. Apaan sih, bahasa gue kok lama-lama baku gini kayak Buku Bahasa Indonesia SD.

Aduh gue deg-degan.

Deg-degannya pas abis ngomong.

Kayak, waktu ngomong itu biasa aja. Tapi pas selesai ngomong, isi otak gue langsung 'Anjing anjing, ini harus ngapain. Hm kenapa gue ngomong ya. Haduh. Ya Allah, mau boker. Duh tolongin gue.'

Gitu masa.

"Theaaaa! Mas Ian!" suara Bunda cempreng banget, bikin kita berdua kaget terus langsung berdiri gitu. Gue garuk leher gue sendiri, padahal gak gatel, cuma pengen garuk aja, abis gak tau harus ngapain. Thea jalan di depan gue, dan jantung gue masih dag dig dug gak jelas kayak tadi.

NonversationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang