BAB 2 : "AKU BERTEMU DIA (LAGI)"

33.1K 2.5K 14
                                    

3 Tahun Kemudian.....


Hari ini aku sudah resmi bekerja di sebuah perusahaan properti di daerah Jakarta. Perusaahan terkenal. Aku merasa beruntung karena belum lama aku lulus, aku sudah bisa kerja dan menghasilkan uang sendiri tanpa merepotkan orang tuaku lagi.

"Selamat pagi, saya mau memperkenalkan anak divisi pemasaran" kata Hardi, Supervisor di bagianku.

"Hai, nama aku Kaia Prabasari. Kalian bisa panggil aku Kaia. Semoga kita bisa bekerja sama ya" ucapku dengan semangat. Ada beberapa orang yang aku lihat mereka senang dan dapat menerima kehadiranku, namun ada beberapa yang seperti menolakku terang-terangan.

Setelah perkenalan, aku duduk dimejaku dan teman sebelah mejaku sudah tersenyum ingin berkenalan denganku.

"Hei Kaia, kenali aku Reina. Kita sedivisi kok. Jadi kalo ada apa-apa kamu bisa nanya aku" kata Reina dengan ramah.

"Hai Ren, makasih yaa. Aku bakal banyak belajar dari kamu" jawabku dengan membalas senyuman Reina.

Tiba-tiba saat perkenalanku dengan Reina selesai, datanglah para penyihir yang terlihat dengan dandanannya yang super menor dan membuatku muak. Kulihat namanya dan terlihat namanya "Celia Aryanti". Aku sudah merasakan persaaan yang sangat buruk sekarang.

"Gak usah sok kecantikan. Inget yah. Lo disini junior" ucap Celia pedas lalu pergi melewatiku begitu saja dengan gayanya yang sok dan aku hanya membalasnya dengan senyuman.

"Siapa dia?" tanyaku kepada Reina

"Oh itu, dedemitnya divisi pemasaran. She's like dracula and snake. Combination-lah" jawab Reina dengan menirukan ala drakula dan ular itu membuatku tertawa terbahak-bahak, dan sempat dilirik beberapa karyawan lainnya lalu aku dan Reina mulai mengerjakkan pekerjaan kita.


***

Makan siang dikantor sungguh berbeda. Makanannya lebih terjamin dan aman. Yaiyalah, secara ini kantor gede dengan lantai mencapai 30 dan memiliki beberapa cabang di Indonesia dan Luar negeri seperti Australia, Singapore, Korea, Paris, dan USA, gak mungkin lah kantinnya abal-abal.

"Gimana? enak?" tanya Reina dan aku hanya membalasnya dengan anggukan.

Tiba-tiba kantin menjadi sangat ramai dengan kerumunan karyawan cewek-cewek yang sudah mengerumini suatu hal seperti semut mengerumuni gula.

"Itu kenapa mereka?" tanyaku yang masih membiarkan nasi berada dimulutku

"Oh itu, biasa CEO perusahaan ini makan dikantin"

"Biasa?"

"Iya, udah biasa kalo Pak Erlangga masuk buat makan dikantin pasti cewek-cewek sok tebar pesona sama beliau. Makanya rame gitu" jelas Reina

Aku mulai berfikir ketika Reina menyebut nama "Erlangga" aku jadi teringat seseorang yang sangat aku benci ketika kuliah. Apa mungkin itu orangnya? Tapi mustahil. Dia lulus tiga tahun sebelum aku lulus, masa dia sudah menjadi CEO perusahaan besar. Itu mustahil.

Aku tetap melanjutkan makanku tanpa membahas tentang CEO bernama "Erlangga" itu lagi. Karena mendengar namanya saja sudah membuatku kesal dengan sikap dia beberapa tahun yang lalu.

"OMG PAK ERLANGGA ITU GAK ADA YANG NGALAHIN KHARISMANYA" teriak salah satu karyawan wanita yang lewat didepan meja makanku.

"Emang seganteng apasih dia sampai karyawan itu kayak gitu" tanyaku kepada Reina sambil memakan sup-ku

"Oh itu, kamu beneran mau tau seganteng apa dia? Nanti kamu jadi tergila-gila loh" goda Reina kepadaku.

"Cih. Gak mungkin lah, terus kenapa kamu gak tergila-gila sama dia kalo dia seganteng yang mereka bilang?" tanyaku karena penasaran dengan Reina yang terlihat biasa saja saat membicarakan CEO "ganteng" itu.

"Aku sudah bertunangan, Kaia. Dan sebentar lagi aku akan menikah. Mana mungkin aku melirik cowok lain dan mengkhianati tunanganku. Apalagi yang aku lirik bosku sendiri. Mau makan apa aku nanti" jelas Reina sambil tertawa.

Aku baru sadar ternyata Reina memang sudah bertunangan, terlihat dari cincin berlian yang melingkar di jari manisnya. Makanya aku bingung jika Reina tidak memiliki pacar, Reina cantik, cerdas, tinggi yang hampir sama denganku, masa tidak punya pacar, pikirku saat berkenalan dengannya tadi pagi.

"Kamu yakin nih mau lihat dia?" tanya Reina lagi membuyarkan lamunanku. Aku hanya mengangguk samar dan Reina melihat itu, ia hany tertawa kecil lalu menunjukkan seseorang yang sedari tadi kita bicarakan.

"Itu" tunjuknya pada bangku nomer 3 dari bangku-ku.

Aku yang melihat wajah cowok itu seketika menjadi tersedak oleh kol yang masuk kemulutku. Aku mengumpat kol itu karena membuat tenggorokanku sakit. 

"Itu.....orangnya? Ah kamu bercanda" tanyaku kepada Reina untuk meyakinkan kembali bahwa dia tidak salah orang.

"Enggak kok. Emang bener dia orangnya. Langit Erlangga" ucap Reina lebih detail dengan menyebutkan nama cowok itu.

Seketika aku merasa sedikit berkunang-kunang. Cowok yang aku benci karena dinginnya sikap dia. Sekarang dia ada dihadapanku dan lebih parahnya dia adalah bosku. "Apa ini neraka?" tanyaku dalam hati.

LANGIT DAN BUMI [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora