Bab 10 Teror

117 18 4
                                    

Langit yang awalnya cerah kini berubah menjadi gelap. Petir menyambar hampir ke segala penjuru. Para ksatria yang sedang berlatih segera menepi untuk menyaksikan fenomena ini. Tak ada hujan, hanya petir dan guntur yang memenuhi langit.

Kejadian tersebut hanya berlangsung sekejap, langit berubah menjadi cerah kembali. Burung-burung mulai terbang kembali mengitari langit. Para penghuni hanya dapat melongo melihat fenomena tadi. Beberapa waktu yang lalu mereka tampak ketakutan, dan kini mereka hanya bisa menampilkan ekspresi tak mengerti.

"OSTIUM!!!" Teriakan itu memecah keheningan. Seluruh pasang mata menoleh ke arah sumber suara, namun tatapan mereka langsung berubah paham.

Tampak di depan rumah kecil yang baru dibangun seadanya dengan menggunakan kayu itu, sosok Ductor mengedarkan tatapannya mencari Ostium.

Merasa dirinya dipanggil, Ostium lantas segera melangkah menghampiri Ductor dengan santai. Karena ia yakin, hari ini ia belum melakukan kesalahan sedikit pun. Kecuali jika sengaja mewarnai rumah baru Ductor khas anak kecil dengan cat air, dianggap kesalahan.

"Ada apa?" tanya Ostium begitu sudah sampai di hadapan Ductor.

"Ikut aku," ucap Ductor lantas segera melangkah masuk ke dalam rumahnya terlebih dahulu.

Begitu keduanya sudah duduk di kursi kayu milik Ductor, wajah mereka berubah serius. Ductor mengeluarkan kertas-kertas tua dan menunjukkannya kepada Ostium.

"Ini adalah kesimpulan yang berhasil aku dapatkan kemarin, aku tak sempat memberitahumu kemarin karena ada beberapa hal yang harus aku urus, dan saat itu aku terlalu asyik berbincang denganmu," ucap Ductor menjelaskan.

"Berbincang? Bukankah kau kemarin justru asyik mengomeliku," ucap Ostium tak terima.

Ductor mengibaskan tangannya mencoba tak ambil pusing. "Itu tidak penting, lebih baik kau baca saja."

Ostium berdecak sebal namun ia tetap menuruti perintah Ductor, dibaca kertas tua itu dengan teliti. Namun yang ia temukan justru sekumpulan kata singkat yang tak dipahaminya.

Cahaya hilang, maka kegelapan datang.

"Maksudnya apa ini? Aku tahu kalau cahaya tidak ada maka akan gelap." Ostium menyerahkan kertas tua itu kembali pada Ductor.

"Apa kau tak mengerti sama sekali? Kau lihat kejadian tadi? Itulah awal dari kalimat ini." Ductor menatap Ostium serius.

Ostium mengernyitkan dahinya. "Hah? Memangnya ada apa sih?"

"Akan ada bencana besar," jawab sebuah suara yang baru saja tiba.

"Bencana besar?" Ostium menolehkan kepalanya pada sosok yang baru saja duduk di sampingnya.

Sosok itu yang tak lain dan tak bukan adalah Jack, menganggukkan kepalanya. "Kau ingat kejadian tujuh puluh tahun lalu? Ketika dunia dalam keadaan yang kacau?"

Ostium berpikir sejenak lalu mengangguk. "Aku ingat pernah membacanya dan mendengarnya dari orang tuaku."

"Kira-kira kejadian tujuh puluh tahun yang lalu, akan terjadi tidak lama lagi," ucap Jack datar.

"Maksudmu Tenebris akan datang lagi?" tanya Ostium dengan wajah terkejut.

Ductor mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan Ostium. "Bukankah kau sudah tahu seperti katamu di ruang kesehatan saat itu?"

"Eh, saat itu aku hanya tahu bahwa sebab peristiwa itu adalah akibat dari sihir, tidak dengan pelakunya." Ostium mengatakannya sambil memasang wajah gusar.

The Pegasus Riders : The Hidden Secrets (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang