Bagian Sembilan - Significant Cause

124 13 16
                                    


"Kamu terlalu ceroboh, Ravine!"

Angin lembut menerpa wajah perempuan itu. Dengan dingin, dia melirik Keith lalu mendengus pelan. Sebuah komentar singkat bernada datar terdengar darinya, "Berisik." Dia mengalihkan kembali pandangannya pada lanskap yang terhampar di depan mata.

Pepohonan berdaun semerah jilatan api tengah menggugurkan daunnya dengan bantuan tangan angin. Di antara itu, sebuah gunung tampak menjulang di bagian barat. Gemericik air mewarnai kesunyian yang menggantung di udara—setidaknya sampai Keith Honovad belum berteriak di telinga Ie Oufth.

Mereka tengah berada di pelataran samping Mabes Pertahanan. Ravine Eire sudah berada di sana setelah merampungkan kedatangannya ke kantor tim Penyidik dan mendengarkan teori serta bukti-bukti terbaru dari TKP pembantaian ras Ovwerin. Keith Honovad menyusulnya tak lama kemudian dengan wajah ditekuk dan suram.

"'Berisik', katamu? Ravine, kamu harus sadar apa yang baru saja kamu lakukan!" seru Keith frustrasi. "Kamu baru saja menantang seorang Forrester yang membencimu! Dengan Sumpah Darah! SUMPAH DARAH! Dan kamu juga tidak memperinci perjanjiannya—kalau Scovier Dullayah-ryv sanggup memberikan bukti, sekalipun palsu, kamu bisa mati! Kamu harus ingat kalau kamu Ie Oufth, nyawamu itu bukan milikmu semata!"

"Diam!" hardik Ravine tajam. Di sebelahnya, lelaki itu berjengit. Ada kekejian mendalam di kedua mata Ie Oufth yang membuat Keith merasa tenaganya terserap entah ke mana. "Kau kira aku tak tahu apa itu Sumpah Darah? Jangan anggap aku bodoh." Sekejap, pandangan Ravine menggelap. Dengan suara yang lebih pelan, perempuan itu menyahut. "Lagi pula, kematian itu baik."

Keith bungkam karena paham. Ravine baru saja mengutarakan motif yang sebenarnya. Sumpah Darah adalah cara lain bagi perempuan itu untuk mengakhiri rindu yang tak akan pernah sembuh karena kehilangan orang tersayang.

Keith amat mengerti hal itu, tetapi nuraninya memberontak tak terima. "Kalau semua ini karena Farchen—" dia memulai, meski ragu.

"Tentu saja semua ini karena Farchen," potong Ravine dalam desisan. "Kau pikir kenapa aku mau menjabat menjadi Ie Oufth selama ini? Kenapa aku mau diangkat menjadi Ie Oufth? Kenapa aku tetap hidup?" nada suara perempuan itu mulai berubah menjadi geraman. "Ini semua karena dan untuk Farchen. Selalu."

Kemarahan yang tersulut dalam diri Keith seketika padam tanpa bekas. Kesedihan yang selama ini tersimpan di dalam diri Ravine tiba-tiba saja meloncat keluar dari balik topeng tanpa ekspresi itu. Sejak lama sudah Keith sadari, kewaspadaan perempuan itu, rasionalitasnya, bahkan ketidakacuhan serta sikap kasar—semua itu hanya untuk menutupi nestapa yang membelit jiwa perempuan itu. Mencekiknya bagaikan moster hingga dia tak bisa bernapas.

Meski begitu. Meski pun derita jiwa perempuan itu dapat Keith mengerti, dia merasa tetap harus angkat suara. Salah, batin lelaki muda itu sembari membenarkan kaca matanya yang merosot. Justru karena aku mengerti. "Ravine—"

Tetapi dia menghentikan kata-katanya karena gerakan mulus dari perempuan itu. Mereka sudah berada di lantai lantai delapan dan hampir mencapai kantor Ravine. Ie Oufth memberinya aba-aba berhenti yang seketika dia patuhi meski tak mengerti. Hanya dengusan yang terdengar dari Ravine.

Keith mengikuti arah pandang perempuan itu dan melongo. Pintu ruang kerja Ie Oufth tidak lagi memberikan pancaran energi seperti sebelumnya. "Kabur?" tanya Keith tak yakin.

"Tidak. Dia masih ada di dalam," sahut Ravine sembari melangkah mendekat dengan santai. Dari belakang, Keith mengikutinya meski tak yakin. Perempuan itu berhenti di ambang pintu dengan kedua tangan berada di ambang pintu. Menggunakan kakinya, Ravine mendorong pintu itu hingga terbuka. Ekspresi datar terpasang di wajahnya, "Pertunjukan bagus, bocah."

The Cursed's Tale #1: Keping Keabadian [Remake, Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang