Sejak pindah ke Kishimoto High School distrik Konoha, Gaara selalu mencari keberadaan seseorang. Tapi ia tak pernah bisa menemukannya.

Hari ini Gaara bangun kesiangan. Maklum dia yang biasanya terbilang golongan sempurna dalam segala hal jugalah seorang manusia. Dikala jam waker tidak berfungsi baik akibat kelelahan yang melanda dan nikmatnya ruangan ber-ac serta empuknya bantal dan guling mengambil alih kesadaran.

Masuk kebarisan belakang di samping Naruto. Teman dan saingannya. Menjawab singkat pertanyaan Naruto dengan gumam tidak jelas. Ia masih lelah mengatur nafas, Naruto sudah mengintrogasinya.

Sedikit menyesal karena Naruto kena tegur kepala sekolah menyeramkan.

Semua mata mengarah pada mereka.

Jantung Gaara berdegub. Mata bulan itu. Rambut indigo yang telah memanjang. Hanya satu yang memilikinya.

Hinata-nya...

Tidak memikirkan lingkungan sekitar, kakinya bergerak maju. Tidak peduli lagi. Yang dia tau, ia ingin segera memeluk erat sosok itu.

Segera.

Jantungnya tidak tenang. Takut Hinata-nya lupa pada dirinya. Tapi semua pikiran itu sirna ketika Hinata mengangkat tangan mungilnya menyingkirkan helaian rambut merahnya. Menyentuh lembut tato yang tersemat sejak ia lahir dan menyebut namanya dengan lembut.

Bahkan teriakan tegas kepala sekolah tidak begitu menyeramkan baginya.

Flashback off.

...

Sasuke memandang keluar dinding kaca. Pemandangan dibawah sana yang membuatnya harus mengepal tangannya erat.

'Selalu bagini..." gumamnya dalam hati.

Kenapa harus ia yang lagi-lagi tidak berada di sisi Hinata?

Rasanya baru kali ini ia menyesal tidak mendapat hukuman.

Naruto tipe yang jujur dan terbuka. Setelah mengucapkan deklarasi bahwa ia juga jatuh cinta dengan Hinata, sahabatnya itu tanpa menunda waktu langsung berkunjung ke kamar rawat Hinata setelah ia pamit untuk pulang.

Ia yang melupakan kunci kamar harus berbalik lagi setelah pamit. Tapi ruang rawat Naruto yang baru sepuluh menit ditinggalkannya kosong. Membuatnya sedikit khawatir, takut jika Naruto jatuh di kamar mandi. Rasa syukur ketika tidak menemukan tubuh jatuh sahabatnya itu.

Tiba-tiba dada kirinya terasa nyeri. Teringat Naruto dan Hinata. Ia tidak ingin dinding antara mereka rubuh - egois memang.

Melangkah ke ruang rawat dimana pujaan hati berada. Dan semua prasangkanya benar. Ia tidak tau pembicaraan apa yang diucapkan keduanya. Tapi melihat senyum lega Hinata ketika di depannya Naruto berbicara sambil menggaruk belakang kepalanya dengan canggung membuatnya pesimis.

Sasuke menyenderkan tubuhnya di dinding kaca. Memejamkan mata.

Mencoba menenangkan hatinya yang ingin berteriak dan menyeret Hinata menjauh dari dua pemuda berambut terang.

"Hah~" menghela nafas berat.

"Gaara ya?" Gumamnya.

Tidak hanya Naruto rupanya orang yang harus dikalahkan. Gaara tiba-tiba datang di kehidupannya. Gelar rival memang sudah lama disandang. Tapi ia tidak menyangka saingan mereka berakhir tidak hanya seputar pelajaran.

"Hinata.. jatuh cinta itu menyakitkan..." gumamnya lirih masih menutup mata.

"Sasuke-kun! Pelajaran akan segera dimulai!" Sakura mendekati Sasuke.

Sasuke membuka mata.

"Sakura.." pangggilnya.

"Ya.." balas Sakura

"Maaf..." ujar Sasuke.

"Eh? Kenapa tiba-tiba? Dan maaf untuk apa?" Sakura jadi salah tingkah.

"Penolakkan ku.." ujar Sasuke mengingat ia pernah berkata sedikit tidak bersahabat ketika gadis di depannya ini mengutarakan perasaannya.

"Tidak masalah. Rasanya malah lega.." sakura terlihat lebih santai.

"Aku jadi tau kalau aku hanya mengagumi kesempurnaan mu." Ucap Sakura.

"Seharusnya aku yang minta maaf.." ujar Sakura.

Sasuke mengangkat kepalanya menunggu kelanjutan cerita Sakura.

"Saat itu memang terasa menyakitkan. Tapi tidak berlangsung lama. Aku malah mencari kelemahan mu. Dan aku menemukan.. bahwa kau juga berada di panti asuhan yang sama dengan Naruto."

"Aku... minta maaf. Karena menilai sebelah mata anak-anak yang tidak dari keluarga terpandang." Ucap Sakura tulus

Sasuke hanya diam.

"Sasuke! Untuk cinta mu pada gadis yang menyebabkan aku kau tolak, perjuangkan lah!" Ucap Sakura.

"Ku hajar kau jika tidak berhasil mendapatkannya." Ucap Sakura dengan mengepal tangannya.

"Hn" dibalas singkat.

Sasuke berlalu pergi.

"Ish! Dasar manusia dingin. Aku kasihan pada gadis yang kau suka. Bisa-bisa dia mati beku jika bersama mu!!" Protes Sakura sambil menghentakkan kaki menuju kelas.

Next chapter?

Sunny PlaceWhere stories live. Discover now