The Pursuit of Love - Chapter 1

3.7K 65 10
                                    


     Langkah kakiku berpacu dengan deraian hujan di awal februari ini, anak-anak sma yang baru pulang sekolah tampak berlari kecil sembari menutup kepala mereka dengan sebuah ransel hitam, dan kalau perkiraanku tidak salah, tas mereka adalah sebuah produk dimana logonya yang mirip dengan huruf E! Tiba-tiba kantung celanaku bergetar, ku perhatikan ada panggilang dari nomor tidak dikenal, karna hujan semakin deras aku pun tidak menggubris panggilan tersebut.

     Saat ini aku berencana akan makan siang sambil membahas pekerjaan dengan salah satu rekan kerja dari kantor pusat. Karna hujan aku terpaksa berteduh sejenak di area halte bus metro, ku perhatikan langit seakan enggan untuk berhenti menangis sehingga tanpa pikir panjang aku menghentikan sebuah taxi. "Pak tolong antarkan saya ke alamat ini" ucapku seraya menyerahkan secarik kertas kepada sang supir taxi, Jln. Diponegoro no. 34. Oiyah ngomong-ngomong aku tinggal di Kota Surabaya yang kata orang daerah lain Surabaya adalah kota pahlawan, dan disinilah sumber rezekiku berasal.

     Ngomong-ngomong aku adalah seorang jurnalis dan kantorku berada di Intand Tower. Aku menulis untuk salah satu rubrik mode di salah satu koran lokal. Aku telah sampai di alamat yang ku tuju, setelah menyelesaikan pembayaran aku segera berlari kecil menuju tempat pertemuan dengan Andra rekan kerja ku untuk membahas rencana kita menhadiri Jakarta Fashion And Food Festival 2015 bulan depan. "Udah lama nunggu Ndra?" sapaku, "Eh, Aldi baru nyampe lo? Naik apa tadi?" "iyah ini tadi gua naik taksi aja awalnya sih mo nebeng ama temen tapi ga mungkin dong orang lagi hujan juga." Jawabku.

     Setelah pembahasan banyak hal mengenai agenda kami bulan depan termasuk akomodasi, kami pun berjabat tangan dan mengakhiri pertemuan siang itu. Tiba-tiba nokia jadul pemberian nyokap kembali bergetar dengan nomor yang masih tidak diketahui, akhirnya aku penasaran dan mengangkat telpon tersebut, "Halo ini Aldi ya?" kata suara dari seberang, "Iyah ini saya, siapa ni and tau no hp saya dari mana?" jawabku ketus, "Ini aku Bima yang kemaren ini ngantarin kamu ke hotel setelah kamu mabok di Exodus".

     Aku kembali memutar memori sekitar tiga hari yang lalu saat main ke Jakarta, Kak Zendi teman lama semasa kuliah dulu memaksaku untuk melantai di Exodus dan dia bilang dia akan buka botol malam itu dan aku ngelantai hingga mabok parah, dan parahnya lagi aku sampe muntah dan mengenai kaki seseorang yang ku rasa adalah bartender di club khusus buat kaum conq ibu kota tersebut. Untungnya saat itu dia tidak marah malahan nolongin aku dan membopong tubuh telerku ke toilet, Sambil membersihkan dirinya si bartender juga membantu membersihkan tubuhku.
"Mas baru pertama kali yah ke sini" sapanya, "aaa? Eeeuu.. ga juga sih" jawabku setengah sadar. "Mas tinggal dimana? Biar saya anterin pulang kebetulan ini udah jam pulang kerja saya" dan saat itu aku hanya mengangguk saja. Setelah bersusah payah membopong tubuhku keluar dari club tersebut hingga masuk ke dalam taxi dan "Duuuukkk, aduuuhh" sungutku setelah jidatku mendarat dengan sukses di pintu masuk taxi. "Aduuh maaf mas saya ga sengaja," dengan sigap sang bartender yang belum aku ketahui namanya mengelus lembut keningku, Aku menghirup aroma body cologne yang bercampur keringat dia dan tanpa ku sadari "junior"ku mulai bereaksi, "anjrit sifat homo ku bangkit di saat-saat seperti ini." umpatku dalam hati.

     Sang supir taxi pun bertanya kemana tujuan kami, Dan aku cuma jawab "tolong antarkan saya ke hotel sekitar sini" selama perjalanan tidak ada percakapan diantara kami, namun kepalaku masih berada dipundak kokoh sang bartender. Sampai disebuah hotel yang cukup bagus kami turun dari taxi dan si bartender membayar dengan uangnya, dan aku berkata "nanti duit lo gua ganti" dan dia hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala "ga usah mas saya ikhlas kok" dan aku hanya mampu mengangkat alis seraya senyum simpul.

     Begitu sampai di meja resepsionis aku mengeluarkan dompet sambil merogoh credit card -ku, "tolong satu kamar dengan bed queen size" Kataku kepada seorang resepsionis yang tampak heran melihat kondisiku. Setelah melakukan pembayaran dan menerima kunci, si bartender kembali membopongku menuju kamar, begitu sampai dikamar "mas saya pamit yah" jawabnya. "eh tunggu dulu lo jangan pergi gitu aja, ntar kalo gua kenapa-kenapa gimana? Lo temenin gua disini oke!" dia masih terlihat ragu "udah ga usah mikir yang aneh-aneh gih sana mandi dulu bersihin tuh badan lu yang jorok kenak muntahan gua tadi" jawabku yang masih agak sedikit teler.

The Pursuit Of LoveWhere stories live. Discover now