2. Selamat Datang Laura

203 10 3
                                    


"ugghh" Laura melenguh dan menggeliat pelan. Gaya gravitasi kasurnya sangat kuat hingga ia tak sanggup untuk bangun dari tempat tidurnya. Sekolah? hah untuk apa? Toh mulai besok ia akan masuk ke sekolah asrama pilihan orangtuanya. Entah pihak sekolah akan betah dengannya atau tidak. Pasalnya sudah 2x Laura masuk ke sekolah berasrama dan sudah 2x pula ia dikeluarkan sebelum satu semester berhasil ia lalui. Alhasil ia dipindahkan ke sekolah swasta, dan hasilnya masih sama saja, ia selalu membuat masalah bahkan sampai terjadwal. Yaitu setiap hari senin dan kamis. Hmm, setidaknya itu lebih baik daripada membuat masalah setiap hari, itu pikir Laura.

Drrt ponselnya berbunyi menandakan sebuah pesan masuk

Pasti Claudia batin Laura. Ia pun meraih ponselnya. Ternyata dugaannya salah, bukan dari Claudia, melainkan dari Mamanya. Dengan malas, dibacanya pesan singkat dari ibunya

Mama : hari ini kamu gak usah sekolah, mama udah ngurus surat-surat kepindahan kamu. Kamu kemasin aja barang-barangmu. Nanti malam kita berangkat ke Bandung, baru besok pagi kta ke sekolah kamu. Sekolah kamu bukan di Bandung, tapi masih daerah Jawa Barat juga, agak ke pelosok. Mama udah siapin nasi goreng udang sama telur ceplok setengah matang kesukaan kamu di meja makan, jangan lupa sarapan.

Whattt??!!! Agak ke pelosokk?!! Oh My... jangan bilang disana gak ada sinyal handphone, jangan bilang disana kalau mau mandi harus nimba air dulu, jangan bilang disana kalau mau minum susu harus perah sendiri susu dari sapi, dan jangan bilang apa-apa disana masih dilakukan secara tradisional. Ewwhhhh triple ewwh. Ewhh, ewhh, ewhh. Batin Laura kegelian, membayangkan bagaimana kolotnya sekolahnya nanti. Ia pun membalas pesan dari mamanya dengan lebih singkat lagi

Laura : Ma, jangan bilang kalau sekolahnya di pelosok banget, gak ada sinyal, gak ada listrik, kalau mau mandi harus nimba dulu di sumur, kalau mau minum susu harus perah langsung dari sapinya. Please ma, mama mau bunuh anaknya sendiri ya?

Mama : sekolahnya gak kayak gitu kok. Ooh atau kamu mau sekolah yang kayak gitu? Ada kok lebih ke pelosok lagi, harus naik kuda baru bisa nyampe. mau kamu?

Laura : gak ma. Oke cukup. Aku ngalah, aku nurut aja sama mama.

Mama : gitu dong baru namanya anak mama

Laura : terus selama ini aku anak siapa?

Mama : anak tetangga

Laura : Mama! Seriusannn

Mama : ya serius, rumah kita kan dampingan, rumah sebelah kanan mama yang beli, sebelah kiri papa yang beli. Jadi papa tetangga kita

Laura : tapi papa masih serumah sama kita ma

Mama : ya udah berarti kamu anak papa

Laura : -___- whtvr lah ma

Mama : udah, mama lanjut kerja dulu

Entah kenapa rasa marah dan kesalnya semalam menguap seketika begitu ia bangun tidur. Laura memang begitu, jika ia sedang marah dengan seseorang maka jika ia bangun tidur rasa marahnya akan hilang dan menguap seketika

Tak lama kemudian, ponselnya kembali bergetar. Kali ini pesan yang masuk benar dari Claudia

Claudia : ra, lo gak masuk sekolah? kata anak-anak lo pindah ke sekolah asrama. Bener?

Laura : iya bener, ntar malem berangkat

Claudia : yah gue duduk sendiri lagi dong

Laura : sabar yah sistah, yang tabah. Gue aja tabah, masa lo nggak?

Claudia : hmm, eh nggak ada acara perpisahan atau apa kek gitu sama anak-anak yang lain?

YOUWhere stories live. Discover now