5. Tristan

128K 9.2K 324
                                    

Rachel Pov

"RAGELLLLLL?!"

Gue langsung berhenti tanpa menoleh. "Wazap, bro!" Rendy yang berteriak memanggil gue tadi, hendak menyalami gue seperti kemarin; saat ia menyalami Reon. Gue langsung menghindar.

Ia mengedikkan bahu acuh. Kami berdua pun berjalan beriringan menuju kelas. "Lo, liat grup gak semalem?"

"Grup? Gak tuh." Gue dan Ragel bersepakat, untuk ponsel, kami gak akan tukaran.

"Lo ikut kan, tawuran?"

Gue yang berjalan santai langsung berhenti. "T– tawuran? Gu– gue gak bisa."

Rendy ikut berhenti. Mengerinyit heran. "Biasanya lo ikut."

"Gue lagi gak enak badan."

"Hahaha." Rendy terbahak gak jelas. "Lo bilang, obat sakit lo cuma berantem. Are you kidding me?" Ia masih terkekeh. "Tawuran kan berantem. Ow– ow, gue tau. Lo pasti mau nge-date? Gak bisa! Lo gak malu apa sama Tristan?"

Tristan teh, saha?

"Gue pake baju. Ngapain gue malu."

Gue berjalan meninggalkan Rendy. Namun, ia masih tetap bercoleteh panjang. "Lo gak mau 'kan sampai kalah sama tuh senior songong. Buktiin kalo lo! Pantes gantiin dia, menjadi kepala preman sekolah kita, gimana?"

"Ya elah, gak penting banget."

"Wey, ada apa dengan Ragel? Haruskah di buat film supaya bisa nyaingin ada apa dengan cinta?"

Dengan malas gue memilih duduk di bangku dari pada meladenin Rendy yang udah kayak Mama gue. Bawelnya kayak slogan iklan snack pilus garuda; enaknya gak abis-abis. Kalo Mama gue, bawelnya gak abis-abis.

"Gue udah siapin parang, kapak, palu sama gergaji. Lo mau pilih yang mana?" bisiknya mendekat ke kuping gue.

Gue mendengus dan mendeliknya tajam. "Lo mau nukang atau mau tawuran? Bawa-bawa begituan. Gak sekalian lo bawa semen, pasir sama kerikil buatin mereka rumah?"

"Itu namanya, jaga-jaga. Lo payah ah, gak pernah mau bawa senjata. Mereka itu lebih parah kali—"

"Gue gak mau tawuran. Lo pergi aja sana sendiri, titik."

"Tapi, Gel—"

Drrrt ... drrrt

Ragel Calling

Gue langsung berjalan kesudut kelas. Menjauh dari Rendy untuk menjawab panggilan dari Ragel.

"Hmm?"

"Lo ikut tawuran, ya!"

"Ogah!"

"Acheeeel ... please lo ikut, ya? Gue malu kalo gak sampe ikut tauran. Ini penting Chel hidup dan mati gue."

"Hidup dan mati! Ya, lo hidup dan gue mati. Itu mau lo? Lo mau harta warisan jatuh ke tangan lo, begitu? Dasar kembaran licik!"

"Ck, orang tua kita masih hidup Chel dan gue gak berminat bunuh lo cuma untuk nguasain warisan. Kita lagi di dunia nyata! Bukan sinetron ratapan hati seorang kakak kandung!"

The Most Wanted Girl (Telah Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang