2. Hari Pertama Yang Gila

146K 11.4K 605
                                    

Perhatian!
Cerita ini mengandung kata-kata kasar. Mohon jangan di masukin ke dalam pikiran. Apa sih gue? Pokoknya gitu deh jangan diikutin yak? Eh jan lupa vote+coment gils.

Gue menghidupkan motor sport Ragel. Setelah memasuki gigi gue menggantungkan rem lalu perlahan melepas kopling bersamaan dengan menggas motor.

"RACHEL SEMANGAT BUAT KITA!" teriak Ragel saat gue meninggalkan pelataran rumah.

Ah bahkan gue merasa tidak semangat lagi sejak menjadi Ragel. Apa semua ini akan baik-baik aja? Ntahlah mau mundur juga pasti gak akan bisa.

Lima belas menit kemudian gue sampai di parkiran sekolah Ragel. Tarik napas, lepaskan. Tarik napas, lepaskan. Semangat Rachel, lo pasti bisa jadi Ragel.

"Woi, Bro! Melamun aja lo. Mikirin apa lo pagi-pagi?"

Gue langsung menoleh ke samping kiri gue. "Ah ... ha? Woi. Biasa ...." Gue gelagapan, bingung harus ngomong apa.

"Keenakan ya tadi malam lo." Ia memaju mundurkan bokongnya, memperaktekkan sesuatu yang gak gue mengerti. "Sampe suara lo ilang gitu, btw kalo dapet yang enak bagi-bagi bisa kali. Jangan di embat sendiri."

Enak? Apa? Makanan kali ya.

"Hahaha, iya ntar gue anter ke rumah lo."

"Gila lo bawa ke rumah. Bisa dikapak mak gue ntar. Mau nyari mati apa bawa yang begituan ke rumah, bawa ketempat biasa aja."

"Ah, iya ... iya. Eh kekelas yok?"

"Lah, tumben amat lo mau ke kelas. Biasanya aja, nongkrong dulu di kantin. Tobat lo ya?" Ia berjalan terlebih dahulu dan gue pun mensejajari langkahnya. Pelan-pelan napa, gue ini cewek!!!

"Ada PR gak hari ini?" Gue sengaja tak mengindahkan ucapannya dan beralih menanyakan PR. Gue gak mau kena hukum, kalau Ragel sih peduli setan. Mau dia buat PR kek, enggak kek. Emang W pikirin. Tapi masalahnya gue lagi jadi Ragel, dan gue gak mau nyiksa diri karna kena hukuman.

Tiba-tiba ia berhenti dan menghadap ke arah gue. Ia memegang bahu gue lalu menatap gue dengan lekat.

Mampus gue, kalo sampe ketauan gimana?

"Ekhem ...." Gue mencoba melepaskan tangannya di bahu gue lalu mengalihkan pandangan. "Najis lo, gue normal, bangsat." Gue berpura-pura jijik kepadanya. Gue 'kan jadi Ragel, jadi gak ada yang boleh tau.

"Hahaha iya gue tau lo normal, kalo gak normal lo gak akan tiap malam indehoy, bego!"

Kanciang, jadi yang dikeceknyo dari tadi? Mati lo Ragel, gue adui mama, lo udah pernah na-ni-nu-ne-no-fa-so-la-si-do, Bocah gelo!

"Eh, si Franda tuh. Gak lo samperin?"

"Ngapain?" Gue mengikuti pandangan lelaki di samping gue, yang sampai sekarang gak gue ketahui namanya ini.

"Kan biasanya lo nyamperin dia. Putus lo? Udah gue bilang dia itu matre, gak percayaan sih lo." Ia malah menceramahi gue yang sebagai Ragel ini. Gak ada cewek matre kali, Mas. Yang ada cowok gak mampu, kayak lo! Kalo Ragel macarin dia berarti Ragel mampu dong, ah.

"Lagian cuma dia yang nerima gue apa adanya," jawab gue asal. Ya mana tau cuma cewek itu yang nerima kegilaannya Ragel. Gue berani bertaruh, gak ada perempuan lain yang mau nerima kegilaan Ragel selain dia, jadi dia pantas buat matre karna beban yang ditanggungnya berat.

"Yaelah Gel, jangan sok lupa deh. Lo malah lebih milih Franda yang notabennya cewek yang you know-lah, dari pada Sherin yang notabennya cewek baik-baik."

The Most Wanted Girl (Telah Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang