3. Hari Pertama Yang Membosankan

141K 10.6K 1.1K
                                    

Ragel Pov

Gue berjalan di koridor sekolah Rachel. Ada beberapa hal yang buat gue dan Rachel gak disekolahin di sekolah yang sama dan itu perlahan nanti bakal terungkap.

Gue mengibaskan wig panjang ini ke balakang bahu. Beberapa orang menatap gue dengan terang-terangan. Ternyata, begini rasanya jadi Rachel "The Most Wanted Girl". Salah satu yang buat gue gak satu sekolah dengan Rachel ya ini. Gue gak mau Rachel merasa tersaingi, ntar bukan dia lagi yang jadi "The Most Wanted".

Wajah gue dan Rachel itu benar-benar kembar identik. Jadi gak masalah kalau gue sama Rachel bertukar peran, ini sangat menguntungkan. Mungkin bisa dicoba juga saat nanti, misalnya sewaktu Rachel mau malam pertama. Mungkin gue bisa gantiin dia kalau dia takut, ya 'kan? Berpura-pura menjadi dia itu mengasyikkan, contohnya ya sekarang.

Kayaknya Rachel benar-benar gak punya sahabat, karna dari tadi gak ada yang ngehampirin gue, sebagai Rachel.

"Rachel ...?"

Gue langsung berbalik kebelakang, dari suaranya yang terdengar di kuping gue bisa dipastiin kalau dia itu cowok. Cowok ini teman Rachel? Atau ...

"Lo potong rambut?"

Gue memperhatikan rambut gue dan langsung mengangguk. Wig ini memang gak sama persis dengan rambut asli Rachel. "Lo mau nganterin gue ke kelas?"

Dia terlihat sedikit terkejut lalu mengangguk. "Bukannya, Marco selalu nganterin lo ke kelas setiap pagi? Hari ini dia kemana?"

"Gue gak tau dia dimana."

Gue dan lelaki yang gue gak tau siapa namanya ini berjalan ntah menuju kemana. Asal dia gak bawa gue ke neraka sih gue oke aja.

"Lo suka coklatnya?"

"Coklat? Ng ... gue gak suka coklat." Tapi Rachel suka coklat kok, banget malah.

"Oh ya?" Dia sedikit terkejut. "Sorry gue kira semua cewek suka coklat." Yakali, semua cewek suka coklat.
Buktinya cewek gue gak suka coklat, tapi dia sukanya bunga ...
bunga bank.

"Lo mau kemana? Kelas lo 'kan ini." Ia menarik gue yang berjalan melewati sebuah kelas.

Gue pun langsung mundur perlahan. "Oh, ya. Gue terlampau asik ngobrol dengan lo."

Dia tersenyum. "Gue seneng dengernya. Gue ke kelas dulu, ya?" Setelah mengatakan itu ia meninggalkan gue, berjalan pergi ntah kemana.

"Rachel, Rachel?" Seorang perempuan cantik berlari kecil menghampiri gue. Mungkin ini temennya Rachel? Lumayan juga, jadiin selingkuhan. Kira-kira dia mau gak, ya? "Lo dianterin sama Marlo, si Marco mana?"

Oh jadi namanya Marlo. "Gak, gue pergi sekolah sendiri bawa mobil."

"Ya gue tau, maksutnya biasanya kan setiap pagi si Marco selalu nyamperin lo. Kok ini malah adeknya, si Marlo?"

Owh jadi Marlo ini adiknya Marco. Orang tuanya gak kreatif apa ya, ngasih nama cuma beda satu huruf c sama l doang. Liat Mama Papa gue, walau pun gue sama Rachel kembaran nama kami beda tiga huruf c, h dan g.

"Ya mana gue tau si Marco mana." Gue kan belum pernah ketemu dia.

"Eh kayaknya ada yang beda deh dengan lo?" Ia memajukan wajahnya meneliti gue. Dia kira gue prasasti apa harus di teliti. "Lo potong rambut? Terus suara lo kok juga beda, kek ngebass gitu."

Gue berdehem sejenak. "Lo pikir gue gitar, apa? Iya gue abis potong rambut, gue gak suka sama modelnya. Jadi ya gitu gue nangis yang berakibat suara gue jadi gini."

Dia langsung ber-oh ria sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Dasar bodoh, emang nangis bisa buat suara berubah? Cewek gue nangis berjam-jam gara-gara dompet gue ketinggalan pas nge-date gak sampe tuh suaranya berubah.

The Most Wanted Girl (Telah Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang