Part 3.

4.9K 485 135
                                    

Hari ini, petang nanti tepatnya, akan ada acara di rumah keluarga Dewabrata Salim. Pesta barbeque di halaman belakang rumah mereka yag cukup luas. Seperti biasa, Dewabrata mengundang sahabat dan para sepupunya serta beberapa kolega.

Dan karena hal itu, Jared yang satu sekolah dengan Nara lebih memilih langsung pulang ke rumah Nara alih-alih ke rumahnya sendiri karena toh kalaupun dia pulang ke rumahnya, petang nanti dia akan dibawa juga oleh orang tuanya ke rumah Nara.

"Dia pasti datang," ucap Nara penuh keyakinan, "kita harus menyembunyikan Mister Jek, segera."

Jared, kepada siapa Nara berbicara, mengangguk-angguk mendukung. Dia juga yakin seyakin-yakinnnya si dia yang dimaksud oleh sepupunya itu akan datang. Tapi kemudian dahi bocah itu berkerut.

"Masalahnya, kita akan menyembunyikan dia ke mana? Mister Jek itu besar, belom lagi dia makin lambat. Aaah belum lagi dia itu mudah digoda."

Nara mengangguk setuju dengan perkataan Jared.

"Betul, bisa-bisanya dia menurut saja ketika makluk itu menyeretnya dan melakukan perbuatan hina itu padanya tanpa perlawanan sedikit pun. Terkadang aku tidak yakin kalau Miser Jek itu benar-benar jantan."

"Hah? Jadi Mister Jek betina? Waah, berarti dia harus ganti nama jadi Madame Jek." Jared menyahut asal-asalan. Latief yang bertugas mengantar mereka tertawa tanpa suara di balik kemudi. Mereka sedang di mobil dalam perjalanan ke rumah.

"Ck, bukan begitu, aku cuma heran kalau Mister Jek itu memang jantan, kenapa dia diam saja, pasrah diperlakukan begitu tanpa melawan."

"Mungkin karena Mister Jek sudah terlalu tua. Kalau manusia dia sudah uzur dan bau tanah."

Kening Nara berkerut mendengar jawaban Jared. Tiba-tiba bayangan Mister Jek akan segera meninggal melintas di benaknya dan dia tidak suka.

"Dia hanya malas, Jared. Dia belum setua itu."

"Umph, Mas Yama pernah bilang Mister Jek itu sudah hampir 15 tahun. Itu tua untuk seekor anjing, Nara."

"Jangan memakai teori 7 tahun, Jared, aku pernah membaca itu sudah tidak berlaku."

"Tidak. Aku bertanya pada om Raditya. Dia menjelaskan yang namanya teori LeBeau. Ada rumusnya tapi aku lupa. Pokoknya, kalau umur Mister jek 15 tahun, itu kira-kira setara dengan 75 tahunan umur manusia."

"Itu belum tua. Opa Har malah lebih tua tapi dia masih sehat dan suka berolah raga bahkan masih sering jalan-jalan ke luar negeri dengan Oma Kartika," jawab Nara. Opa Har dan Oma Kartika adalah orang tua ayahnya yang sekarang tinggal di Yogyakarta.

Kali ini gantian Jared yang terdiam. Karena opanya sendiri Opa Dodo, yang juga tinggal di Yogyakarta bersama Oma Kus, juga sudah berumur setua Opa Har tapi masih tampak sehat-sehat. Jadi mungkin Nara benar, Mister Jek belum terlalu tua, dia hanya terlalu malas.

"Yang penting sekarang adalah bagaimana caranya menyembunyikan Mister Jek agar tidak ditemukan oleh makluk itu," lanjut Nara yang ditanggapi Jared dengan anggukan.

"Rumah pohon?" Tanya Jared, memberi usulan.

Nara mengerutkan kening. Usulan bagus sih, lagian memanjat ke atas rumah pohon bukanlah masalah buat Mister Jek yang memang sudah terlatih untuk mengikuti mereka berdua ke bangunan dari kayu yang terletak di pohon besar di salah satu sudut halaman rumahnya.

"Kamu yakin makluk itu tidak akan ikut memanjat naik?" Tanya Nara ragu-ragu.

"Memangnya dia bisa memanjat?" Jared balik bertanya.

"Mana ku tahu. Dia kan agak-agak beda," jawab Nara.

Keduanya lalu terdiam sampai akhirnya mobil memasuki gerbang rumah keluarga Salim.

AdikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang