Prolog

15.9K 541 89
                                    

"Kulitnya berkerut-kerut seperti jeruk."

Kening Yama berkerut mendengar ucapan Bayu, salah satu dari si kembar anak dari Om Tama dan tante Ella. Ya, dia berteman dengan si kembar, seperti juga dia berteman dengan Bumi, putra Om Elang dan Tante Maya. Juga Mikaela, Putri Om Jethro dan Tante Jenna. Mereka semua anak-anak dari teman teman orang tuanya. Mereka berkumpul di rumahnya karena hari ini, lebih tepatnya tadi siang, adik lelakinya yang lahir kemarin pagi, dibawa pulang ke rumah dari rumah sakit.

"Sama dengan Jared dulu," celetuk Bumi. Jared adalah sepupu Bumi, anak dari Om Pedro dan Tante Yumira.

"Sekarang dia sudah tidak berkerut-kerut lagi, tapi dia suka main ludah."

Yama, yang masih terdiam, melirik ke arah Bumi yang begidik ketika menceritakan tentang Jared kecil yang suka main ludah.

"Bayi memang jorok, mereka suka sekali pup."

Kali ini dengan kening berkerut Yama memandang Damar, kembaran Bayu.

"Darimana kamu tahu bayi suka sekali pup? Tidak ada bayi di rumah kalian," celetuk Yama.

"Oh, ada. Kami sering memiliki bayi. Miss T suka mempunyai bayi. Kata ayah Miss T sangat subur sekali."

Yama terdiam, mencoba mencerna ucapan Damar tentang Miss T, anjing Golden retriever milik keluarga si kembar. Akhirnya bocah berusia 7 tahun itu hanya manggut-manggut mengiyakan. Mungkin karena Mister Jek, anjing husky milik keluarganya jantan maka tidak pernah ada bayi anjing di rumahnya.

"Subur seperti tanah? Tanah yang subur," celetuk Bumi asal seraya mentowel dengan hati-hati pipi bayi yang terlelap.

"Siapa namanya?"

Yama menoleh, menatap Mikaela yang bertanya sambil menyentuh pipi bayi yang tertidur di box kayu.

"Kata Papa namanya Narayana Salim," jawab Yama Widura Salim seraya menatap bayi berwarna pink yang mukanya berkerut-kerut seperti kulit jeruk. Bayi yang dibawa-bawa mamanya di dalam perut dalam waktu lama. Bayi yang adalah adiknya.

~*~

Yama terbangun karena ingin pipis. Dan ketika kembali dari toilet, kening bocah itu berkerut ketika menyadari dia tidak menemukan Mister Jek yang biasanya tidur melungker di tempat tidurnya.

"Mister Jek??" Panggil Yama dengan suara berbisik. Bocah itu mencari di bawah meja belajar, nihil.

"Mister Jek??"

Di dalam lemari pakaian, nihil.

Pelan-pelan, tidak ingin membuat keributan, Yama keluar dari kamarnya seraya berbisik memanggil-manggil Mister Jek.

Di ruang tamu, nihil. Di ruang keluarga, tidak ada. Di dapur juga sama. Ruang makan juga tidak ada. Tidak mungkin Mister Jek ada di kamar orang tuanya. Kata ayahnya, Mister Jek akan dikurung di ruang bawah tanah rumah mereka kalau anjing itu nekat tidur di kamar orang tuanya. Bukan, bukan karena ayahnya tidak cinta Mister Jek, tapi karena ayahnya tidak ingin diganggu ketika berada di kamar bersama ibunya.

Yama berdiri di tengah ruang keluarga sambil berpikir. Tunggu, ada satu kamar lagi... Kamar adiknya. Mungkin kah Mister Jek ke kamar adiknya?

Berusaha sepelan mungkin Yama berjalan ke kamar bayi. Bocah itu membuka pintu dan masuk ke kamar yang disinari cahaya lembut. Dan seperti dugaannya, Mister Jek memang ada di sana. Anjing besar itu berbaring di kaki tempat tidur bayi.

"Mister Jek??"

Kepala berbulu itu mendongak ketika mendengar suara majikan kecilnya. Namun tidak seperti biasanya, Kali ini anjing itu tidak beranjak.

"Mister Jek??" Panggil Yama lagi.

Mister Jek belum juga bergerak.

Dengan berjingkat Yama akhirnya mendekati anjingnya dan dengan gemas menarik kalung kulit yang melingkari leher Mister Jek. Namun anjing itu tetap tidak bergerak.

"Mister Jek, bangun."

Tetap tidak beranjak. Setelah beberapa saat mencoba menarik, Yama akhirnya sadar, dia kalah tenaga dengan anjing besar yang dengan santai malah merebahkan kepalanya dan menutup matanya. Kesal, bocah lelaki itu berkacak pinggang dan melotot ke arah Mister Jek.

"Mister Jek, bangun atau aku tidak akan memberimu makanan ku lagi, selamanya," ancam Yama.

Tidak mempan. Anjing besar itu bahkan tidak mau repot-repot membuka membuka mata.

"Oh baiklah! Dasar pengkhianat!" Gerutu Yama yang akhirnya menyerah berusaha membujuk anjingnya. Dengan kesal bocah itu bersiap untuk keluar kamar. Namun langkahnya terhenti ketika ada suara rengekan kecil dari tempat tidur bayi. Bocah itu menoleh dan dengan ragu-ragu mendekati tempat tidur bayi di mana adiknya terbangun dan mulai merengek. Untuk sesaat Yama panik.

"Hush hush, jangan nangis ya..." bisik bocah itu pelan seraya menempelkan jari telunjuk ke mulutnya. Si bayi rupanya tidak mengerti maksud kakaknya dan tetap merengek. Masih dengan panik, Yama mengulurkan jarinya yang langsung digenggam oleh jemari mungil adiknya. Dan dengan suara lembut Yama mulai menyanyi pelan. Bocah itu menyanyikan twinkle twinkle Little Star. Membutuhkan 2 Kali lagu sampai akhirnya Narayana kecil kembali tertidur. Yama bernafas lega. Berusaha sepelan mungkin, bocah itu menarik jarinya dari genggaman adiknya lalu berjingkat keluar. Ketika melewati Mister Jek, Yama berbisik pelan dengan tajam,

"Pengkhianat!"

Bocah itu kembali ke kamarnya. Sama sekali tidak menyadari tatapan papanya. Dewa sudah terbangun sejak Yama keluar dari kamarnya. Ada layar monitor khusus di kamarnya yang memantau kamar anak-anaknya dan ruangan-ruangan lain di rumahnya. Dan dia langsung keluar kamar ketika Narayana mulai merengek. Dia memperhatikan anak sulungnya yang berusaha menenangkan adiknya dari ambang pintu kamar bayi. Dan buru-buru menjauh ketika Yama berjingkat keluar. Hatinya menghangat melihat Yama kecil bersenandung untuk adiknya. Dewa yakin, mereka berdua akan saling menjaga. Ya, mereka akan membangun ikatan yang kuat sebagai saudara, dia sendiri yang akan memastikan hal itu terjadi.

~*~

Cilebut, 13 Desember 2015.

Holla...

Bukan, ini bukan sekuel Timeless. Ini cuma cerita tentang kedua putra Dewabrata Salim dan Aryani Salim. Dan bukan, ini bukan cerita romance jadi ya jangan berharap ada adegan yang romantis-romantis yaaa.... oh ya, saya akan bilang dulu biar ga diprotes, ini sad ending ya :)

Enjoy!! Sorry for stupid typos.


AdikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang