15

5.7K 402 57
                                    

Crezz begitu ramai siang ini, mungkin efek hari terakhir ujian jadi banyak anak-anak melepas lelah di sini. Termasuk Mishi yang sudah asyik melahap es krimnya bersama Mentari. Mereka hanya berdua karena Sky hanya mengantar.

Diam-diam Mishi memikirkan setiap perhatian yang Sky dan Bumi berikan. Mereka semua memiliki poin yang sama dalam ingatan Mishi. Sama-sama tak mencintai Mishi, tapi sekarang penuh perhatian.

"Mishi, kamu sebenernya suka siapa sih? Kak Sky atau kak Bumi?"

"Menurutmu siapa di antara mereka yang sayang aku?" tanya Mishi balik.

"Gimana sih malah nanya balik?"

"Habis aku bingung, aku nggak inget apapun. Sebenarnya aku marah sama diri aku sendiri. Aku nggak tahu harus gimana."

"Sabar ya, jangan terlalu dipaksakan. Nanti kamu sakit lagi."

"Aku ingin banget inget soal kak Bumi. Tapi aku takut kecewa kalau inget, takut banget rasanya."

"Kamu sayang banget ya sama kak Bumi?"

"Nggak tahu, bingung. Kak Sky juga berbeda sekarang, makin bingung."

"Makan aja es krimnya, soal mereka jangan dipikirkan dulu. Jalani aja, lagipula kami semua sayang kamu."

"Makasih ya...."

"Btw, Kak Bumi jadi jemput?" tanya Mentari setelah membuka ponselnya.

"Bilangnya baru keluar kelas. Paling setengah jam lagi baru sampai. Kamu udah buru-buru mau pulang ya?"

"Iya nih, Mama tiba-tiba kirim pesan buat cepetan pulang. Mau diajak ke tempat tante."

"Ya udah pulang duluan aja. Aku sendiri di sini nggak pa-pa kok."

"Tapi..."

"Nggak pa-pa beneran. Kan bentar lagi nyampe kak Bumi. Udah cepetan pulang, kasihan mamamu nunggu."

"Maaf ya?"

"It's ok, Say."

Sepeninggalan Mentari, Mishi duduk termenung menikmati minumannya. Sesekali dia memainkan ponselnya, lalu berhenti saat layar ponselnya menampakkan fotonya bersama Bumi. Senyumnya mengembang, setiap melihat atau bertemu Bumi dia selalu ingin tersenyum tapi ingatannya selalu mencegah perasaan bahagianya. Waktu untuk mengingat segalanya sangat dia nantikan. Agar dia tahu harus bagaimana bersikap. Ketika saat ini dia semakin nyaman dengan Bumi, dia takut akan sebuah rasa kecewa.

"Maaf, lama nunggu ya?"

"Enggak, baru aja Mentari pulang," jawab Mishi seraya menyendokkan es krimnya yang masih tersisa pada Bumi. Refleks dia melakukan itu dan Bumi menyambutnya dengan ekspresi bahagia.

"Aku merasa dejavu," ucap Mishi.

"Mengingat sesuatu?"

"Maaf ya Kak aku kasih sisaku, nggak tahu kenapa aku refleks aja tadi Kak."

"Dulu kamu memang sering melakukannya. Memaksaku makan es krimmu."

"Maksa?"

"Iya, tapi aku juga suka dipaksa. Mau pulang sekarang?"

"Aku nggak sabar ingin inget semua. Biar aku merasa dicintai."

"Hei, sekarang pun aku mencintaimu. Bagaimana bisa kamu nggak merasa dicintai?" seru Bumi, menyentil hidung Mishi.

"Tapi yang ada diingatanku Kak Bumi hanya pura-pura."

"Jadi kamu ingat sesuatu?"

Mishi mengangguk, tak lagi menyembunyikan ingatan yang sedikit dia ingat. Diamatinya ekspresi Bumi yang berubah. Jelas terlihat kaget tapi lalu tersenyum lebar.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jan 08, 2017 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

I'm SorryDonde viven las historias. Descúbrelo ahora