2

116K 5.7K 50
                                    


 

Jakarta, Agustus 2010

Tespack ditangan Angela menunjukkan dua garis lurus. Angela mengingat penjelasan apoteker tadi bahwa jika dua garis artinya positif. Dia menangis tersedu-sedu. Sudah dua bulan Angela maupun Leo berusaha melupakan kejadian itu tapi disaat akan melupakan kenapa dia hadir. Kenapa sosok tak berdosa itu berada ditubuhnya? Angela mengambil handphone-nya menghubungi Leo untuk mengajak bertemu dan Leo menyetujuinya. Ketika dia ingin berpamitan kepada orang tua-nya, Angela menatap mereka lama.

"Ayah, bunda maafkan Angela," Angela berucap dalam hati.

Ini kesalahan-nya. Kejadian ini murni kesalahannya, jadi selain Leo dan dirinya sendiri, Angela tidak akan melibatkan siapapun. Itu janji Angela pada dirinya sendiri.

***

"Aku hamil."

"You what?"

"I'm Pregnant Leo," nada putus asa dan air mata yang ditahan Angela menyeruak begitu saja.

"No, Angel. I'm 20."

"So, what should I do? Ini tidak akan terjadi jika kau tidak mabuk."

"Kau menyalahkanku Angel?"

"Kamu mencintaiku kan?"

"Tentu, but untuk menjadi ayah diusia muda bukan sesuatu hal yang bisa dibanggakan. Angel, dengarkan aku, kau harus menggugurkannya. Umurmu masih muda, kita masih muda Angel."

Angela menggelengkan kepala kuat-kuat. Menjadi seorang ibu diusia semuda ini memang bukan hal yang patut dibanggakan apalagi karena accident. of course not but untuk menggugurkan bayi tak berdosa ini- dia tak bisa.

***

"Ayo Angel, ini demi kita," Leo menarik lembut tangan Angela dan menuntunnya memasuki rumah sakit.

Muka Angela begitu pucat, Dia tidak mau menggugurkan kandungan ini.

"Leo, aku tidak mau." Leo tak mengubris ucapan Angela, fikirannya kalut.

Di dudukan nya Angela dikursi ruang tunggu. Lalu Leo berjongkok didepan Angela.

"Please Angel, for me. Jika dia sampai hadir didunia maka masa depan kita berantakan. Sedikit lagi gelar sarjana kedokteran akan kuraih setelah itu akan kudapatkan gelar spesialist secepatnya. Lalu ketika semuanya sudah kucapai, kita bisa memilikinya,lagi."

Angela menatap Leo nanar, Angela pun sama, Dia ingin melanjutkan kuliah arsiteknya. Tapi dia tidak mau menjadi seorang pembunuh, apalagi membunuh darah dagingnya. Cukup dosa nya yang menyerahkan diri pada Leo, tidak dengan membunuh anaknya.

Tak lama setelah itu terdengar suara perawat yang memanggil namanya. Angela tersenyum tipis pada Leo lalu menganggukkan kepalanya.

"Akan kulakukan yang kau pinta Leo," ucap Angela bangkit dari duduknya yang dibalas dengan senyum sendu dari Leo.

"Mau aku temani kedalam?" Leo bertanya dan dijawab gelengan pelan dari Angela.

***

Setelah menunggu selama satu jam, Leo melihat Angela keluar dari ruangan dokter dengan kursi roda yang didorong oleh suster. Mata Angela dan Leo saling menatap, Leo memberikan senyuman penyemangat pada Angela lalu menggantikan suster untuk mendorong kursi roda Angela.

"you okay, Ngel?" bisik Leo pelan dan diangguki oleh Angel.

Suasana dalam mobil yang ditumpangi Leo dan Angela begitu hening. Tak ada satu pun dari mereka yang memulai percakapan. Angela menatap keluar jendela dan Leo yang fokus menatap jalanan. Mereka berdua membisu, tak tahu apa topik yang harus dibicarakan.

***

Sudah dua hari berlalu dan hubungannya dengan Leo semakin kaku, berjarak dan tak ada komunikasi setelahnya. Hari ini pula Angela memutuskan untuk tidak kuliah dan berada dirumah bersama mama dan papanya yang kebetulan juga mengamil jatah libur. Sebagai anak bungsu, Angela begitu manja kepada orang tuanya.

Hari ini juga Angela bertekad untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya dan setelah itu Angela akan pergi, jauh dari kota ini, meninggalkan Leo, orang tuanya dan kakak laki-laki yang dia sayangi serta sahabat-sahabatnya.

Angela harus pergi sebelum Leo menyadari bahwa selama dua hari ini, perempuan itu membohongi Leo.

Angela mengingat saat-saat dia memasuki ruangan dokter kandungan itu, dan dokter perempuan itu menatapnya ramah dengan senyum lebar sebelum bertanya tujuan dari Angela.

"Saya, ingin memeriksakan kandungan saya dokter."

Angela menjawab dengan ragu namun dokter itu tetap menatapnya dengan senyuman lebar.

"Ibu langsung tiduran saja diranjang, saya siapkan alat pemeriksaannya dulu ya?" lalu dengan segera Angela menuruti perkataan dokter tersebut.

Angela tersentak kaget saat dokter itu sudah berada disampingnya dan meminta ijin untuk membuka sebagian baju nya lalu mengoleskan sebuah gel dalam perutnya kemudian menempelkan sebuah alat.

"deg deg deg"

Suara jantung terdengar keras didalam ruangan, Angela menatap dokter perempuan tadi, Dokter tersebut menjelaskan bahwa itu adalaha suara jantung janin Angela, Dokter bilang karena sudah dua bulan embrio sudah berubah menjadi janin, kemudian dengan antusias kemudian menunjukkan sebuah titik hitam yang dokter bilang sebagai janin Angela,

"sudah mulai membesar," ucap dokter wanita tersebut.

Angela menangis keras, cukup sudah, dia tidak mungkin menggugurkan kandungannya, jika Leo tidak mau bertanggung jawab biarkan dia sendiri yang menanggungnya. Dokter tersebut yang tidak tahu apa-apa menatap Angela dengan bingung sebelum sempat bertanya Angela berucap

"Saya butuh bantuan dokter untuk menyelamatkan bayi ini, tolong saya dokter," Akhirnya Angela menceritakan segalanya dan dokter tersebut bersedia membantu Angela menipu Leo.

----

TBC...

selamat mebaca, jangan lupa VotMent nyaa ^^

Our FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang