empat

6.6K 832 19
                                    

Cewek itu memasukan keripik kentang kedalam mulutnya, kemudian meloncat dari sofa saat mulutnya masih mengunyah dan tangannya yang membawa bungkusan keripik. Ia kemudian duduk dikarpet bersama Kakak perempuannya. "Gue mau kencan, Kak," katanya sambil menyimpan kemasan keripik kentang didepan mereka berdua.

Adinda mematung disana. Perlahan, ia menoleh pada Adiknya yang nyengir lebar. Mata Adinda mengerjap. "Kencan? Sama siapa?"

Prilly masih nyengir saat membenarkan duduknya. "Ada, lah. Lo gak akan kenal."

Adinda hanya mengangguk, kemudian kembali memfokuskan pandangannya ke tv. "Semoga sukses, deh."

Prilly nyengir-nyengir saja mendengarnya. "Makasih Kakakku sayang."

"Eh, emang kapan kencannya?"

"Hari ini. Jam sepuluhan."

"Oohh, pulang jamber?"

"Gatau deh. Sampe selesainya aja."

"Lo dijemput?"

"Iya, lah! Masa gue yang nyamperin cowoknya? Kan gak lucu."

"Bagus, bagus. Tau diri juga lo."

Prilly memutar kedua bola matanya, kemudian merebahkan kepalanya di paha Kakaknya yang bersila. "Udah lama gak manja-manjaan sama lo."

Adinda berdecak. Ia menoyor kepala Prilly yang berada dipangkuannya dengan pelan, membuat Adiknya itu sedikit mengaduh. "Lo kan udah gede. Masa iya lo masih manja-manjaan?"

"Gapapa dong, Kak. Kalo udah keriputan dan punya banyak anak, gue baru gak boleh kayak begini."

"Boleh-boleh aja, sih."

"Aslian boleh?"

"Boleh kalo lo enggak punya malu."

Prilly cemberut. "Gue kan emang gak punya malu, Kak."

"Oh iya, gue lupa."

"Berarti boleh?"

"Gak ah. Urat malu gue bakal terus ada sampe gue tua nanti. Jadi, buang jauh-jauh pikiran buat manja-manjaan sama gue."

Adiknya itu mendengus. "Etdah," Prilly menggerutu pelan. Ia berdecak. "Jam berapa ini?"

"Jam delapan. Gak mau siap-siap?"

"Mager. Jam sembilan aja deh gue mandinya."

"Alhamdulillah Adek gue mandi di hari libur."

"Iya. Alahamdulillah sesuatu. Biasanya kan gue gak pernah mandi kalo hari libur."

***

Prilly tersenyum lebar saat meloncat dari mobil tersebut. Ia menoleh pada lelaki yang menutup pintu mobil itu, kemudian tersenyum manis. "Makasih."

Andre, cowok yang kini membalas senyum Prilly itu mengangguk. "Sama-sama," balasnya, dan menggaruk tengkuknya dengan gugup. "Emm, Prill?"

"Ya?"

Andre mengalihkan pandangannya pada kap mobilnya. "Emm ..., aku seneng kencan sama kamu."

Prilly terkekeh pelan. "Aku juga, Kok. Seneng banget udah jalan bareng kamu. Gratisan, lagi."

Andre kembali terkekeh. Cowok yang berkerja sebagai karyawan diperusahaan Ayah Prilly itu tersenyum dengan gugup. "Boleh gak nanti ..., kita kencan lagi?"

Prilly terdiam dengan senyum manis diwajahnya. "Maaf, aku gak bisa." katanya.

Bukannya Prilly jual mahal atau memandang kasta laki-laki itu terlebih dahulu. Cewek itu akan kencan dengan siapa saja asalkan yang mengajaknya adalah cowok. Selama masih single dan banyak job baginya, kenapa enggak?

BAM✔Where stories live. Discover now