satu

9.1K 879 32
                                    

Suara ketukan high heels dilantai terdengar menggema dalam rumah itu, terus terdengar hingga akhirnya kaki yang menggunakan sepatu ber-hak tinggi itu sampai pada anak tangga terakhir.

Si pengguna sepatu itu merentangkan tangannya dengan bahagia. Senyumnya secerah matahari, membuat orang-orang yang ada diruang makan itu seolah tertular dan ikut tersenyum. "SELAMAT PAGI SEMUA!!!"

Teriakan itu sudah biasa terdengar, membuat siapapun yang sering mendengarnya menjadi terbiasa akan suara cempreng itu.

Cewek itu kemudian kembali melangkah, membuat suara high heels yang mengetuk lantai kembali terdengar. Prilly berjalan pelan kearah meja makan, dan duduk disalah satu kursi yang masih kosong. "Sarapan apa pagi ini ...?"

"Emang biasanya lo sarapan apaan? Pizza dipagi hari? Iya?"

Prilly menoleh pada seorang cewek yang satu tahun lebih tua darinya. Ia nyengir lebar pada Kakaknya. "Enggak, sih."

Adinda mencibir. "Ngapain nanya kalo gitu?" tanyanya sewot, kemudian menusuk roti yang ada dipiringnya dan memasukannya kedalam mulut.

Prilly cemberut, kemudian mengambil beberapa lembar roti dimeja, dan mengolesinya dengan selai kacang kesukaannya. Saat ia akan memasukan roti itu kedalam mulutnya, tatapan tajam milik Ayahnya mengintrupsi, membuat Prilly meringis, dan menyimpan rotinya dipiring. "Apa?!" sewotnya.

Ayahnya mengembuskan napas panjang. "Prilly Shagata, apa kamu kemarin malem mabuk lagi?"

Prilly menarik napas kaget dengan mata melotot. Kentara sekali jika ia ketahuan. "Kok Babeh tau????"

Ayah menggeleng sambil berdecak disela-sela gelegannya. "Kamu ini! Keliatan banget tau kalo kamu abis mabuk semalem! Liat tuh! Pipi kamu tambah tembem!"

Prilly menarik napas kaget makin berlebihan, dengan tangannya yang menggenggam kedua pipi tembamnya. "ASLI?????" tanyanya histeris.

Adinda terkekeh puas.

Ibunya ikut berdecak.

Ayahnya hanya menghela napas panjang.

Prilly masih melotot. Ia menggerakan tangannya yang ada dipipinya, dan benar saja, Prilly baru tahu bahkan pipinya segembul pipi boneka burung warna kuning yang ada dikamarnya.

Tapi, bukan itu masalahnya. Kunci mobil sudah ada ditangan Prilly, uang jajan juga. Dan ..., karna ia ketahuan ....

Wah gawat! Bisa ludes semuanya!

Pelan, Prilly mengerjapkan matanya dengan tenang. Bola mata cewek itu kemudian menatap pada segala arah. Setelah itu, ia membawa tangannya untuk menepuk keningnya yang tertutupi poni. "Waduh! Prilly lupa!!" ujarnya panik, kemudian berdiri dengan cepat. Ia mencium pipi Kakaknya, kemudian beralih pada Bundanya, dan terakhir pada Ayahnya. "Prilly lupa kalo Prilly harus cepet ke kampus!!" serunya, kemudian berlari kearah pintu utama.

"EMANG KENAPA?" bundanya berteriak saat Prilly sudah menekan remot mobilnya.

"PRILLY LUPA KALO PRILLY GAK KE KAMPUS SEKARANG, AYAH BAKAL NYITA MOBIL PRILLY!!"

***

Mobil itu terparkir dengan mulus di lahan kosong dalam parkiran kampusnya. Sang pemilik mobil membuka pintu pengemudi, dan langsung keluar dengan sepatu snikers putih miliknya yang memijak tanah terlebih dahulu.

Tubuh itu keluar bersamaan dengan sebelah kakinya yang ikut memijak tanah. Kaki itu kemudian melangkah dengan cepat mengelilingi mobil merah miliknya, dan membuka pintu disamping pintu pengemudi itu.

Kali ini, high heels dengan hak berukuran sedang yang memijaki tanah, dan langsung membawa penumpang mobil itu keluar dari sana. Diberikannya senyum cerah pada sang pacar sebagai ungkapan terima kasih.

Ali membalas senyuman itu sekilas, kemudian menutup pintu mobilnya. Tangannya kemudian mengadah, seolah meminta sesuatu.

Adinda terkekeh kecil, kemudian menggapai tangan Ali dan menggenggamnya. Mereka berjalan dengan bergandeng tangan dikoridor kampus. "Kamu udah sarapan?" tanyanya pada Ali.

"Belum."

Jawaban Ali sontak membuat langkah Adinda terhenti, begitu pun dengan langkah Ali.

Cowok itu menoleh pada sang pacar. Ia terkekeh kecil, kemudian mencubit hidung Adinda dengan sayang. "Aku nanti sarapan kok, sayang. Jangan khawatir, deh."

Adinda memutar bola matanya, kemudian melepaskan genggaman tangan Ali. Dengan langkah cepat, Adinda melangkah menjauh dari cowok itu, membuat Ali terkekeh dibuatnya. Cowok itu berdecak sambil masih ada sisa senyum diwajahnya. "Untung sayang," katanya, kemudian kembali melangkah, mencoba mengejar sang pacar yang sedang ngambek. "Sayang, aku udah kenyang, kok."

Adinda masih tidak menghentikan langkahnya. Cewek itu terus saja berjalan dengan cepat tanpa memperdulikan pacarnya yang mengejarnya itu.

Ali kembali terkekeh, dan langsung mencekal pergelangan tangan Adinda, membuat cewek itu menghempaskan tangannya dengan kasar, dan langung bersidekap dada tanpa menatap wajah Ali.

Ali lagi-lagi terkekeh. Ia membawa tangannya pada bahu Dinda, dan mengusapnya dengan sayang. "Adinda ..., sayangku, cintaku, aku kan udah bilang ..., aku udah kenyang."

"Kenyang dari mana sih, Li?!" sewot Dinda dengan kesal.

"Aku udah kenyang, beneran!"

"Kamu kan gak sarapan!"

"Tapi liat senyum manis kamu aku langsung gak lapar, sayang."

"Maksudnya? Kamu bosen liat aku? Iya?"

Ali kembali terkekeh. "Enggak, sayang. Aku tuh malah gak puas liat kamu. Cuma ..., maksud aku, ngeliat senyum kamu aja, aku udah kenyang ...," jeda, Ali kemudian tersenyum menawan. "... kenyang karna terlalu terpesona."

Wajah cemberut Adinda kini berganti dengan senyum malu-malu. "Apaan, sih, kamu?! Gombal, deh!"

Ali terkekeh senang, baru saja ia akan membuka mulut, suara disampingnya mengintrupsi.

"Gombal tapi seneng, kan?"

______________________________________

Hampura sekedik. Engke enjing Insya Allah diapdet deui ku abdi.

Doakeun weh nya?

JANGAN LUPA VOMMENTNYA GUYS!!!!









Instagram: nrshf.mara.s
Blogger: nurshifasf.blogspot.com
Yt channel: sf ling

BAM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang