47

3.7K 354 36
                                    

"Abby," Mendengar suara yang tak asing, akupun segera membalikkan badan ku. Dia tersenyum padaku. "Maaf membuat mu menunggu lama." Ucapnya lagi. Tanpa basa-basi aku segera berlari ke arahnya dan memeluknya.

Aku merindukannya. Begitu merindukan Harry. Beberapa hari tanpanya terasa begitu menyedihkan. Aku tau ini semua salahku. Salahku karena terlalu egois memikirkan diriku sendiri. Terlalu egois karena tak memikirkan bagaimana perasaan Harry.

"Aku merindukan mu." Suaraku terdengar begitu menyakitkan ditengah isak tangis ku. Ia semakin memeluk ku erat.

"Aku sangat merindukan mu." Balasnya. Ia mengecup puncak kepalaku tanpa melepaskan pelukannya.

Rasanya aku tidak ingin melepaskannya. Aku mau mendapat kutukan untuk memeluk Harry selamanya.

"Kenapa kau menghindar?" Di melontarkan pertanyaan yang seakan hal itu membuatnya merana.

"Maafkan aku Harry. Aku hanya tidak bisa. Aku mencintai mu, tapi aku juga mencintai orang lain." Jelasku. Aku tau ini menyakitkan. Aku tau kata-kata yang keluar dari mulutku pasti akan menyakiti Harry.

"Zayn?" Tanyanya. Sontak aku langsung mendongak kearahnya. Ia menatapku sambil tersenyum. Tapi Harry tidak akan pernah bisa menutupinya. Terlihat ada kegetiran di matanya.

Apa dia tau aku juga mencintai Zayn? Maksud ku ya aku sedikit mencintai pria berparas timur tengah itu setelah aku bersamanya untuk beberapa hari kemarin. Entah bagaimana aku bisa jatuh hati pada pria yang sudah melecehkan ku dan entah bagaimana pula aku bisa melupakan perasaan cintaku kepada Harry.

"Aku tau kau pasti mencintai nya. Tak usah terlalu kau fikirkan. Kerumah ku?" Tanyanya langsung ketika aku memutuskan untuk melepas pelukannya. Aku hanya mengangguk setelah menghapus airmata sialan ini.

Harry membawaku pergi kerumahnya. Dia menyuruhku untuk masuk terlebih dahulu karena dia harus mengurusi motornya di garasi. Aku duduk didepan televisi mencoba menemukan sesuatu yang menarik perhatianku dan membuatku berhenti memikirkan dilema yang ku alami.

Antara Zayn dan Harry. Jelas jika aku wanita yang berotak cerdas, aku akan memilih Harry karena jelas aku mengenalnya sejak kecil. Namun entahlah aku sedikit berat hati jika harus menolak Zayn. Dan bodohnya aku karena belum tentu Zayn juga akan mencintai ku.

Hampir empat belas menit aku duduk di sofa ini menunggu Harry yang tak kunjung datang untuk duduk menemani ku. Kuputuskan untuk mengambil air putih di dapur.

Tak kusangka aku akan menemukan pemandangan yang sangat memperlihatkan si pemilik rumah sedang frustasi. Aku tau orang tua Harry pergi lagi untuk bekerja, dan kekacauan ini pasti bukan perbuatan mereka.

Beberapa botol anggur dan berbagai macam minuman lain yang tak kukenali berada diatas meja dan juga berserakan di lantai. Beberapa botol menumpahkan sebagian isinya. Ada gelas dan juga botol anggur pecah di lantai. Ada noda merah di dinding berdekatan dengan pecahan gelas dan botol itu. Apa yang lelaki bodoh itu perbuat? Apa dia sangat frustasi atau hanya ingin membuang uangnya saja?

Aku memungut beberapa botol yang berantakan di lantai. Mencoba membereskan apa yang bisa kubereskan. Aku berharap semua ini terjadi karena dia memikirkan aku. Katakan saja aku egois, tapi sungguh aku tidak ingin dia melakukan kebodohan seperti ini untuk gadis lain.

Aku mencari kantong sampah untuk membuang pecahan gelas dan botol ini. Belum terlalu lama aku mencarinya, aku sudah mendengar suara keributan di luar. Kuputuskan untuk mengurungkan niat ku membereskan dapur ini dan segera menuju kedepan untuk mencari tau apa yang sedang terjadi.

STYLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang