43

6.9K 570 79
                                    

"Hey selamat pagi Lou." Aku mengecup pipi Louis selagi ia sarapan di meja makan. Ia hanya tersenyum untuk membalas ucapanku. "Maaf semalam aku mengganggu mu." Lanjutku.

Sungguh aku sadar aku mengganggu Louis. Aiden mengantar ku pulang jam satu pagi tadi. Dan bodohnya aku tidak membawa kunci rumah hingga harus membangunkan Louis. Untung saja Louis tidak marah padaku dan langsung menyuruhku untuk pergi tidur.

Tentang siapa yang mengantarkan ku pulang, memang bukan Zayn tetapi Aiden. Untung saja Aiden tidak ikut-ikutan mabuk walaupun Adam memaksanya semalam. Dan Zayn? Tentu dia mabuk, sangat mabuk kurasa.

Satu hal yang membuatku buru-buru mengajak Stella dan juga Aiden pergi dari situ adalah Lexa dan Zayn. Entah mereka berdua dalam keadaan mabuk atau memang masih saling mencintai, mereka berciuman didepanku. Tepat didepan wajahku ketika aku hendak berpamitan pada Zayn.

Ku akui, ada rasa cemburu ketika melihat Zayn berciuman dengan gadis lain. Apalagi gadis itu adalah mantan kekasihnya. Memang salahku menaruh hati pada Zayn. Ya walaupun mungkin hanya setengah hatiku untuknya. Tapi tetap saja aku merasa ini salah.

Ya kurasa aku mulai mencintainya. Entah kenapa aku melihat Zayn dari sisi yang berbeda kini. Dia tidak brengsek menurutku. Mungkin dia tau aku mencintai Harry dan dia mencintai ku. Wajar menurutku jika seseorang yang sedang jatuh cinta melakukan hal bodoh.

"Jangan melamun saja. Cepat habiskan sarapan mu." Perintah Louis menyadarkan ku bahwa sedari tadi aku mengulang kejadian semalam di otakku. Pun aku segera menghabiskan sereal yang sudah Louis siapkan untukku.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Louis segera membereskan semuanya dan segera menaiki tangga menuju kamar ku. Ya ibu memang sudah pergi ke Inggris, tapi Louis tetap saja tidur denganku. Dia tidak suka tidur di kamar ibu, kata Louis kamarku lebih nyaman dari kamar ibu.

Kadang aku suka jika Louis menemaniku tidur. Dia bisa memeluk ku, menghangatkan tubuh ku seperti selimut. Tapi aku juga bisa takut dengannya. Apalagi ketika dia menggodaku.

Jujur saja Louis adalah kakak yang otaknya mesum seperti Harry. Dia selalu menggoda ku. Apalagi jika dia sudah tidak bisa menahan nafsunya.

Belum lama ini Louis mengajakku untuk melakukan sex bersamanya. Tentu saja aku menolak. Dan sebagai gantinya, dia menjelajahi bibir, wajah dan leherku dengan bibir manisnya. Tidak hanya sampai situ, dia juga pernah mengarahkan tanganku untuk meremas miliknya. Dari luar celana, untung saja hanya dari luar.

Kenapa aku tak menolaknya? Entahlah rasanya sulit untuk menolak Louis. Dia terlalu menggairahkan walaupun tak se-menggairahkan Harry.

Aku jalang? Harus ku akui, iya. Aku sadar aku mungkin lebih buruk dari Lexa ataupun Jenny. Aku mau menyentuh kakak tiriku sendiri, aku pernah make out dengan sahabatku sendiri, dan aku pernah berciuman dengan orang asing sepertu Zayn. Apa aku jalang? Benar-benar jalang?

Tapi satu hal yang aku pertahankan, keperawanan ku. Sebisa mungkin aku menjaganya. Aku, aku hanya ingin Harry yang mengambilnya dari ku.

Jujur saja sejak Harry tidur dengan beberapa wanita, aku ingin menjadi salah satu wanita itu. Wanita yang akan menyentuh miliknya, memainkan miliknya yang besar, atau mungkin mencoba bagaimana rasanya ketika miliknya yang besar berada di mulut ku atau juga berada didalam milik ku.

Hanya saja satu yang tak kuingin. Aku tak ingin memohon pada Harry untuk meniduriku seperti para gadis itu yang memohon pada Harry. Aku ingin Harry memohon padaku untuk tidur dengannya.

Aku akan menunggu. Menunggu Harry yang memohon padaku. Dan saat itu datang, aku akan menyiksanya dengan penolakan ku hingga ia merasa frustasi.

"Abby, jemputan datang." Teriak Lou dari kamar atas yang sekali lagi merusak lamunan mesumku.

STYLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang