23

9.9K 691 76
                                    

"Apa maksud mu menginginkan
aku? Sekarang pulanglah Abby." Harry menarik tanganku supaya aku berdiri dari sofa dan ia segera mendorongku untuk keluar.

"Tapi dengarkan dulu. Ada yang harus kita bicarakan." Ucapku sambil menaiki tangga satu demi satu dengan sangat lambat.

"Dan kau harus tau, aku ingin tidur Abs. Kau tidak ingin tidur dengan ku kan? Pergilah bersama kekasih baru mu."

"Harry! Dia bukan kekasih ku!"

Aku dan Harry sama-sama berhenti didepan pintu. Aku dua tangga lebih tinggi darinya kini. Aku kesal dengannya yang terus-terusan menyebutkan Louis adalah kekasih ku.

"Apa maksudmu?" Tanyanya dengan tatapan yang tak bisa kuartikan. Bibirnya menarik garis lurus. Ia melihatku seperti ingin menerawang apakah ada kebohongan yang tampak pada mata ku.

"Ya dia bukan kekasih ku, dia---"

"Kau pasti bohong." Potongnya. Aku memutar bola mata ku. Memang sangat sulit mendapat kepercayaan Harry. Apalagi ini termasuk masalah rumit.

"Bisa kau lihat kebohongan dimata ku?" Tanyaku menantang.

"Tidak juga. Lantas kenapa tidak meminta hubungan yang jelas padanya? Kurasa kau harus mengerti apa itu cinta. Dan kurasa dia cocok untuk mengenalkannya pada mu." Ia berbicara panjang lebar yang kurasa sama sekali tak berarti.

"Ya ya ya, kurasa nanti aku akan meminta kepastian. Tapi sekarang aku ingin kau." Ucap ku. Aku menutup mulut ku setelah menyadari ucapan ku barusan. Aku tidak sungguh-sungguh menginginkan Harry. Aku juga tidak tahu aku menginginkan dia untuk hal apa.
"Ingin apa? Kau mabuk?" Tanyanya. Aku terdiam untuk beberapa menit. Sampai akhirnya Harry pergi menuruni tangga meninggalkan ku.

"Harry tunggu. Aku ingin kau yang mengajari ku tentang cinta. Bukan Louis atau siapapun. Ku pikir kau yang lebih berpengalaman." Jelas ku. Ia hanya berhenti tanpa menoleh kearah ku ketika aku memberi penjelasan. Entah kenapa ia lebih menjengkelkan daripada sebelumnya. Ia kembali menuruni anak tangga dengan lambat. "Harry!" Bentak ku karena ia sama sekali tak menggubris penjelasan ku. Aku mengejarnya dengan tergesa-gesa menuruni anak tangga.

Sampai akhirnya kakiku tergelincir dan membuatku terjatuh. Untung saja Harry dengan sigap menangkap ku ketika aku mulai menjerit karena jatuh.

"Kau baik saja?" Tanyanya khawatir. Ia langsung menggendong ku ala bridal style dan membawa ku ke sofa. Ia menyuruhku untuk tidur di sofa sedangkan ia memijat pergelangan kaki ku dengan pelan. "Bagaimana?" Tanyanya.

"Ya, sudah lumayan tidak sakit. Terimakasih." Jawabku. Harry masih memijat pergelangan kaki ku dengan lembut. Dan semakin naik ke atas. Sekarang ia memijat betis ku. Bukan memijat, tapi mengelus betis ku dan semakin naik.

"Harry sudah. Aku tak apa. Terimakasih sudah membantu." Aku mengubah posisiku dari yang tadinya berbaring menjadi duduk. Kaki ku masih ada di paha Harry. Aku mencoba untuk menurunkannya, tetapi Harry tetap memegangi kedua kakiku. "Uhm Harry tolong lepaskan. Sungguh aku baik-baik saja kini." Ucap ku mencoba melepaskan tangan Harry di kedua kakiku.

"Kau ingin aku yang mengajari mu? Benarkah?" Tanyanya. Ia mendorong pundak ku pelan. Membuatku berbaring seperti tadi.

"Ya tapi soal--- Harry!" Kini Harry berada diatas ku. Tepat mengambangi ku. Tangannya mengelus pipiku lembut. "Harry kau mau apa?" Tak ada jawaban darinya. Ia hanya memperlihatkan senyuman cabulnya.

Aku menepis tangan Harry di pipiku. Ku coba untuk mendorong pundaknya agar ia menjauh dari tubuhku. Ia memegang pergelangan tanganku dan menguncinya di bantalan sofa tepat di sebelah kepalaku.

STYLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang