Chapter 18

9.3K 310 9
                                    

My Cousins VS My Boy Friends 

Chapter 18 

Di dalam ruangan sang Ketua Yayasan, kedua orang tersebut masih terdiam manatap sesosok tubuh lainnya yang terbujur kaku di lantai marmer ruangan tersebut, ya siapa lagi jika bukan sang ketua yayasan yang sedang pingsan akibat ulah anak didiknya, Osie. 

"Kita harus apa?" Tanya Osie masih terus menatap tubuh sang ketua yayasan. 

"..." Hanya gelengan kepala saja lah jawaban dari sang guru olah raga tersebut. 

"Apa kita harus meminta bantuan dari orang lain?" Tanya Osie lagi. 

"Yeah maybe." 

Mendengar jawaban yang diberikan oleh Mr.Williams, dengan segera Osie berlari keluar ruangan untuk mencari security yang memang biasanya sedang berkeliling sekolah jam segini. 

Osie terus berlari menelusuri lorong sekolah yang tampak sepi karena jam belajar yang belum usai, lama ia terus berlari ia pun melihat dua orang sosok laki-laki dengan postur tubuh yang tegap dan mengenakan seragam berwarna hitam, ya tidak salah lagi bahwa mereka adalah dua dari beberapa security yang bekerja di sekolah tersebut. 

Dengan suara lantang Osie berteriak memanggil kedua pria tersebut dengan tangan yang melambai-lambai. 

"Permisi Sir, Mr.Williams membutuhkan bantuan kalian di ruang ketua yayasan!" Ucap Osie dengan suara yang naik 1 oktaf dari biasanya disertai dengan nafas yang putus-putus. 

"Baiklah, kami akan segera kesana," ucap salah satu security tersebut yang berkulit hitam. 

"Yeah as soon as posible." Ujar Osie. 

Mendengar penyataan Osie tersebut, kedua security tersebut lekas berlari menuju ruang sang ketua yayasan yang kini sedang tak sadarkan diri. Melihat kedua security yang telah meninggalkannya, Osie pun segera berlari menuju lockernya. 

# # # 

"Haha, selamat ya buat yang terkena masalah lagi." Ledek Fabian dengan seraya menjulurkan lidahnya kepada Osie yang kini sedang menyantap bekal makan siangnnya di cafetaria sekolah. 

"Tidak usah meledekku seperti itu." Sewot Osie memakan bekalnya secara brutal. 

"Hei, mana ada anak gadis makannya seperti kuli angkut barang begitu." Ujar Aiden menautkan kedua alisnya heran. 

"Tidak peduli, memang kuli angkut barang saja yang boleh makan seperti ini." Balas Osie sengit masih memakan bekalnya secara brutal. 

"Hola guys!" Seru Rio dari pintu masuk cafetaria dan berjalan menuju meja yang telah ditempati oleh ketiga sahabat seperjuangannya tersebut. 

"Tumben kau telat makan siang, biasanya kau yang paling rajin kalau soal makan." Sindir Fabian disertai dengan kekehannya. 

"Aku habis memburu gossip terpanas hari ini, bro." Balas Rio dengan raut wajah serius. 

"Sejak kapan kau menggeser posisi Sachan si ketua infotaiment sekolah?" Tanya Osie menautkan kedua alisnya heran seraya membereskan peralatan makannya. 

"Ini tentang Andreas dan Vianca." Ucap Rio melirik Osie hati-hati. 

"Kenapa mereka? MBA?" Tanya Aiden tanpa pikir panjang, dan karena itu ia sukses mendapatkan satu pukulan dari Osie di lengannya yang kekar. 

"Tch, sembarangan saja kau kalau ngomong." Tegur Rio kesal. 

"Terus apa?" Kali ini Fabian lah yang bertannya. 

"Mereka mau pindah." Ucap Rio menggantungkan kalimatnya. 

"Pindah rumah seatap karena MBA?" Tanya Aiden yang lagi-lagi membahas soal MBA. 

The Sweetest Winter (completed ~ dalam revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang