Part 5 [Feel something]

16.6K 1.1K 12
                                    

*Flashback*

Chicago, 1888.

Aku berlari tergesa pulang menuju rumah. Aku harus memberitahu keluargaku kalau tinggal di kota ini sudah tidak aman lagi. Aku akan membawa mereka semua pergi dari sini, pergi sejauh mungkin.

Aku masih sulit mempercayai kalau Safira adalah vampir. Dia cantik, anggun, putri bangsawan, sikapnya juga seperti manusia pada umumnya. Aku berpikir sejenak, jadi selama ini beberapa penduduk desa yang menghilang dan dikabarkan diserang binatang buas itu tidak benar? Apa mungkin Safira yang melakukannya? Tidak tidak, pasti ada banyak vampir lain yang tinggal di kota ini. Kota ini sudah tidak aman, aku harus meyakinkan keluargaku untuk pergi dari sini.

Aku memasuki rumah dengan wajah panik, takut...

"Ayah! Ibu! Cara!" Panggilku. Rumah ini terasa sepi dan sunyi, tidak seperti biasanya...

Saat aku berlari keruang tengah, aku menemukan keluargaku sudah tergeletak tak berdaya dan bersimbah darah.

Aku berlari tergesa menghampiri Ayah ibu dan adikku yang terkapar
dilantai.

Aku menghampiri ayahku, "ayah bangun... Ayah harus kuat, ayah kumohon jangan pejamkan matamu! Kau mengajariku untuk kuat kan ayah? Ayah kumohon bukalah matamu!" Aku mengguncang badan ayahku yang sudah tidak bergerak. Aku menunduk dalam dalam, dia sudah pergi... Ayahku meninggalkanku.

Setelah itu aku menghampiri adikku berharap dia masih bernafas.
Tubuhnya penuh darah, hatiku seakan teriris melihat adik yang ku sayangi dan ku jaga mengalami kondisi seperti ini.

"Cara, buka matamu sayang maafkan kakak yang tidak becus menjagamu, Cara, kakak mohon buka matamu kakak sangat menyayangimu.'' Aku memeluk tubuh adikku yang sudah tak bernyawa.

"Geo..." Panggil seseorang yang aku sangat kenal betul suaranya.

Aku melepaskan tubuh Cara dan menengok kearah sumber yang memanggilku.

"Ibuuu!"

Aku menghampiri ibuku lalu meletakkan kepalanya di pahaku.

"Bertahanlah bu, aku akan membawa ibu ke dokter."

"Ti-- tidak usah n-- nak." Ucap ibuku terbata.

"Tapi kenapa bu? Apa ibu juga ingin meninggalkanku sendiri seperti ayah dan Cara?" Tanyaku lirih.

"Ti-- tidak Geo... Percuma saja kau membawa ib-- ibu ke dokter, ibu tidak akan bertahan selama itu nak.." ucapnya lirih.

"Ibu kumohon jangan katakan hal itu, apa gunanya aku hidup jika keluargaku meninggalkanku?" Cairan bening dari mataku yang sudah kutahan sejak tadi akhirnya terjatuh juga.

"Jangan berkata seperti itu nak, ini semua sudah takdir. kita tidak bisa merubah takdir, sang pencipta sudah mengaturnya. Sek--karang ibu mohon pergilah sejauh mungkin. Tinggalkan kota ini nak." Setelah mengatakan itu ibu menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuanku.

"Ibu! Kumohon bangunlah! Jangan tinggalkan aku sendirian! Mengapa kalian tega meninggalkanku sendiri?"

Aku menangis sambil memeluk ibuku.

Aku memejamkan mata dalam, tanganku terkepal erat.

"Maafkan aku ayah, ibu, Cara... Aku harus pergi, aku tidak bisa membiarkan iblis itu mendapatkanku dengan mudah. Aku tidak bisa membiarkannya menang!"

Aku meletakkan kepala ibuku dengan hati-hati. Lalu mulai berlari sekuat tenaga menuju pelabuhan. Dari yang kudengar hari ini kapal di kota kami akan bergerak ke New Orleans untuk mengirim barang.

I LOVE MR VAMPIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang