BAB 17−Officially

255 17 16
                                    

Sudah satu bulan penuh Rio dan Vera berangkat bersama dan intensitas pertemuan mereka berdua pun meningkat. Sedikit demi sedikit ada yang berubah, seperti siang ini.

Vera kebetulan berpapasan dengan Rio yang tengah membawa tumpukan tinggi buku paket, sepertinya Rio sangat kesusahan. Vera langsung saja menyambar setengah tumpukan buku paket dari tangan Rio.

"Sini gue bantuin," ucap Vera lalu langsung berjalan di depan Rio.

"Thank's," balas Rio melihat siapa yang membantunya, kemudian Rio mengikuti langkah Vera dari belakang.

Sesampainya di perpustakaan keduanya menata kembali buku paket di tempatnya.

Saat Vera sedang membantu Rio, Rio pun berucap, "lo suka sama Kaisar kan?" Entah mengapa Rio ingin menanyakan kebenaran itu.

Ucapan Rio tanpa sadar membuat Vera menyenggol rak yang terbuat dari besi tipis di belakangnya. Rio langsung saja membuang buku paket yang ada di tangannya dan menarik pinggang Vera sebelum buku dari tumpukan teratas jatuh mengenai tubuh Vera.

"Lo bisa nggak sih kalo nggak ceroboh?!" bentak Rio tanpa sadar tepat di depan muka Vera yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Rio kelewat khawatir tadi hingga ia lepas kontrol.

Mata Vera berkaca-kaca dibuatnya.

Melihat itu Rio memejamkan matanya sejenak. "Sorry," ucap Rio penuh penyesalan, namun Vera memalingkan wajahnya. Rio mengangkat pinggang Vera dan berucap kembali, "Vera, sorry."

Ucapan Rio membuat Vera menitikkan air matanya. Rio memegang pipi Vera agar menatapnya. Mata Vera membuat Rio lemah seketika dan itu dimanfaatkan Vera secepat mungkin menginjak kaki Rio.

"Makan tuh sorry!" ucap Vera sambil menatap Rio garang.

Sontak Rio melepas Vera dan memegang kakinya yang berdenyut sakit. Ia memandang Vera tak percaya, kini cewek itu melenggang pergi meninggalkannya dengan buku paket yang bertebaran di lantai.

"Harusnya gue tahu kalo dia bohong," ringis Rio menahan perih pada kakinya.

Vera yang keluar dari perpustakaan langsung mengusap air mata di pipinya. Tadi ia benar-benar menangis bukan berbohong.

"Apa cuma gue yang ngerasaain sesuatu yang lebih selama ini?" gumam Vera sedih. "Kenapa selalu gue."

Vera bergumam sendiri di sepanjang jalan hingga ia tak melihat dan akhirnya menabrak Kaisar.

"Duh..," ringis Vera sambil memegang keningnya.

"Vera, lo ngelamun?" tanya Kaisar yang sedang mengusap pangkal hidungnya.

Vera menatap Kaisar terkejut. "Eh, nggak kok Kai, tadi cuma nggak liat aja," cengir Vera.

Dari kejauhan Rio yang melihat itu pun langsung menghampiri Vera dan Kaisar dengan langkah pincangnya.

"Itu yang disebut tanggung jawab?" Rio menarik telinga Vera pelan hingga membuat empunya terlonjak kaget. Kaisar yang melihat itu pun hanya bisa diam, ternyata tebakannya benar. Jika dua orang selalu berdekat dan pastinya akan timbul sesuatu lainnya.

"Eh ada abang Rio," cengir Vera berusaha santai. Rio menaikkan sebelah alisnya memandang Vera.

"Gue cabut," sela Kaisar langsung saja melenggang pergi.

"Gue ikut Kai!" seru Vera namun Rio tak akan membiarkannya.

"Lo harus obati kaki gue."

"Yah males."

"Nggak boleh males. Lo harus obatin."

"Huh! Iya!"

"Kenapa lo tadi injek kaki gue?" tanya Rio sembari berjalan menuju UKS.

Rioters Veracious Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang