BAB 11−Special Person

245 17 0
                                    

Vera masih melongo melihat siapa cowok yang duduk di kursi depannya, tangan Vera yang menyendok red velvet masih menggantung di depan muka. Cowok itu pun menyentuh tangan Vera dan mengarahkan sendok pada mulut Vera hingga potongan kue red velvet masuk sempurna ke mulut Vera.

Rasa khas kue red velvet miliknya membuatnya sadar, ia mengerjapkan matanya, menatap cowok di hadapannya yang kini malah sedang menyunggingkan senyuman miring khasnya dan itu membuat Vera harus meredam degupan jantungnya yang tiba-tiba saja bertalu-talu.

"Lo ngapain ke sini?" tanya Vera setelah menelan kuenya sambil melepas earphone pada telinganya.

"Minum," jawab cowok itu singkat. Ingin rasanya Vera mengganjal mulut cowok di hadapannya dengan novel Narnia-nya.

"Iya gue tahu, Rio." Ya, cowok itu Rio.

"Tapi kenapa harus duduk di sini? Tuh, masih banyak tempat yang kosong," kata Vera sambil jarinya menunjuk-tunjuk bangku-bangku yang masih kosong.

"Gue maunya di sini."

Boleh kan kalau Vera menggeplak Rio dengan sporthockern?

Vera menghembuskan napasnya, pasrah. "Serah deh serah." Akhirnya Vera meneruskan membaca novelnya sambil sesekali menyendokkan red velvet ke mulutnya.

Tapi konsentrasi Vera tak bertahan lama, karena apa? Vera tahu kalau Rio memandangnya secara intens. Lagu Demons milik Againts the Current yang mengaluni seisi kafe pun tak bisa Vera nikmati, penyebabnya ialah Rio. Akhirnya Vera mendongakkan kepalanya, memandang Rio.

"Ck! Gue nggak bisa konsen."

"Kenapa?"

Rio ini memang polos apa sok polos, sih? Polos-polos tai.

"Ya, itu karena elo, Yo."

"Terpesona ya?" Ucapan Rio sukses membuat Vera melototkan matanya, refleks tangan Vera mengambil sendok dan menyuapkan red velvet pada mulut Rio.

Rio terkesiap dengan perlakuan Vera yang mendadak.

"Makan tuh." Vera tertawa puas melihat muka Rio yang terlihat kesal.

"Lo nggak nyadar?"

Vera menghentikkan tawa dan menatap Rio dengan penuh tanya. "Nyadar apaan?"

"Lo tadi nyuapin gue kue dengan sendok yang sama lo pake."

"Terus?" tanya Vera yang masih tak mengerti arah pembicaraan Rio.

"It's mean, secara nggak langsung gue ciuman sama lo."

"Ngaco lo, itu kan kalo minum satu botol," kilah Vera yang mencoba tenang-tenang saja. Padahal jantungnya sudah berjumpalitan di balik dadanya.

"Serah sih ya," ucap Rio acuh tak acuh.

Terjadi hening di antara keduanya sejenak. Rio memilih mengalihkan pandangannya ke luar jendela dan Vera memilih menatap kue red velvet-nya tanpa ada niatan untuk menjamah.

Saat Vera hendak membuka pembicaraan, Vera merasakan tepukan pada bahunya. Lantas Vera menolehkan kepalanya ke belakang dan betapa terkejutnya saat ia mendapati Kaisar tersenyum padanya, senyum favoritnya.

Rio juga ikut menoleh, memandang bakteri yang membuatnya sakit mata seketika. Muka datar Rio pasang ketika matanya dan Kaisar bertubrukan.

"Lo kok bisa sama dia?" tanya Kaisar pada Vera.

Vera menoleh pada Rio sekilas lalu menatap Kaisar kembali. "Rio tiba-tiba aja dateng kayak jelangkung."

"Emang dia jelangkung," celetuk Kaisar menatap Rio sengit.

Rioters Veracious Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang