Dia menarik tangan sang istri dan memintanya agar duduk di sampingnya.

"Hm. Aku mengerti."

"Maaf, bukannya aku melarangmu bertemu dengan paman dan bibi. Aku hanya ingin kau selalu ada di sampingku."

"Aku tahu. Tidak perlu berkata seperti itu."

Hye Soo mendekatkan wajahnya dan mengecup pipi Kyuhyun. Membuat pria itu tersenyum lalu menariknya mendekat.

"Aku tahu suasana hatiku sedang tidak baik. Tapi kau terus bersikap baik-baik saja sedari tadi."

Posisi Hye Soo yang berada dalam pelukan Kyuhyun membuat wanita itu tidak bisa melihat wajahnya.

"Maksudmu?"

"Perasaanmu sedang tidak baik, bukan? Aku tahu itu."

"Tidak baik karena apa?"

Dia terus bergerak dan berusaha lepas dari pelukan Kyuhyun tapi pria itu justru semakin mengeratkan tangannya.

"Diamlah. Jangan mencoba melepas pelukanku."

"Tapi aku ingin tahu apa maksudmu. Kenapa aku harus merasa tidak baik-baik saja?"

"Sayang..."

"Kau pikir aku tidak menyadari ekspresimu saat datang ke kantor tadi siang?"

"Aku baik-baik saja saat datang kesana."

"Saat. Tapi kau tidak baik-baik saja setelah tiba disana."

Hye Soo menghindari tatapan Kyuhyun saat pria itu sudah melonggarkan kaitannya.

"Aku tidak memiliki alasan untuk itu."

"Kita bahkan bertengkar hebat saat kau bertanya tentang Cha Yuram dulu. Apa menurutmu aku akan percaya jika kau merasa biasa saja saat melihatnya di kantor ku tadi?"

Hye Soo terdiam, menyadari sang suami berhasil membaca pikirannya.

Tentu saja bohong jika ia mengatakan ia baik-baik saja setelah kembali dari kantor Kyuhyun.

Nyatanya dia gelisah dan terus bertanya bagaimana bisa secara kebetulan perusahaan Kyuhyun berkerjasama dengan perusahaan wanita itu.

Apakah Cha Yuram memiliki maksud lain dibalik kerjasama mereka? Pertanyaan yang sedari tadi berputar di kepalanya.

"Aku lelah. Aku ingin tidur sekarang."

Wanita itu bergerak maju dan mengecup sekilas pipi Kyuhyun yang kemudian terhenti pergerakannya karena ditahan oleh pria itu.

"Kau mengakuinya. Kau tidak ingin mengatakan sesuatu atau bertanya padaku?"

"Jangan memancingku."

"Aku hanya ingin kau mengatakannya. Aku tidak ingin kau menyimpan perasaan sedih atau marahmu itu dan mengacuhkanku nanti."

"Tidak akan. Kau justru aku membuatku melakukan itu jika terus memaksaku sekarang."

Dia berdiri dan berlalu memasuki kamar. Meninggalkan sang suami yang terdiam tanpa bisa melakukan apa-apa.

~

"Hye, bisa kau bantu aku?"

Ahra yang sibuk di meja kasir memalingkan kepalanya ke arah dapur untuk mencari keberadaan adik iparnya.

"Ya, eonni."

Wanita itu muncul dengan ponsel di tangan.

"Aku memesan sesuatu di cafe milik temanku. Bisa kau mengambilnya?"

Time Machine #EDITED#Donde viven las historias. Descúbrelo ahora