BAB 22 >>Kemampuan Seorang Vampire<<

1.8K 108 15
                                    

Matahari telah terbenam dan malam pun telah tiba. Dinginnya udara malam mulai memenuhi kamar Sherry dari jendela yang terus terbuka. Rasa dingin itu terasa menusuk tulang, hingga membuat Sherry terpaksa dari tidur lelapnya. Ia mengusap-usap matanya yang terasa berkunang-kunang dengan jari tangannya. Setelah melakukan hal itu, pandangannya mulai normal kembali dan Sherry bisa melihat dengan jelas.

Dari dalam kamar, Sherry dapat mendengar dengan jelas keributan yang terjadi tak jauh dari rumahnya. Dengan perut yang masih terasa sakit, Sherry segera bangkit dan menuju pintu untuk mengambil dan mengambil jaket kulit berwarna cokelat tua yang tergantung di belakang pintu. Ia memeriksa sebuah tas kecil yang tergantung di bagian bawah jaketnya. "Syukurlah, ternyata masih ada," batin Sherry ketika ia menemukan dua buah pistol dan amunisinya yang tak lain adalah silverbullet yang jumlahnya masih lumayan banyak.

Setelah selesai mengenakan jaketnya, Sherry langsung berjalan menuju ke pinggir jendela kamarnya. Dengan gerakan yang sangat hati-hati ia mengintip ke luar rumah. Tidak ada tanda-tanda adanya bahaya. Yang ada hanya suara tembakan yang terdengar dari kejauhan.

"Apakah pertempurannya sudah dimulai?" Tanya Sherry.

Sherry berbalik dan berjalan kembali menuju pintu dengan niat meninggalkan rumah untuk menyusul teman-temannya. Namun tiba-tiba Sherry menghentikan langkahnya. Ia merasakan sesuatu yang aneh. Seperti ada yang datang dan mendekatinya. Sesuatu yang terasa sangat berbahaya dan akan membunuhnya.

"Perasaan apa ini?" Tanya Sherry yang mulai gelisah.

Keringat dingin mulai bercucuran dan membasahi keningnya. Baru pertama kalinya ia merasa gelisah seperti ini. Sherry menekan-nekan dadanya untuk menahan perasaan itu. Jantungnya berpacu sangat cepat dan nafasnya pun terasa sesak. Perasaan itu seakan mengendalikan tubuhnya hingga membuat Sherry bergerak cepat untuk menjauhi jendela. Dan tiba-tiba.....

"Pryaaaaannggggggggg......." Kaca jendela kamar Sherry langsung pecah setelah seekor lycan dengan tubuh penuh luka sayatan dan penuh tanah menerobos masuk ke dalam kamar Sherry.

"Sial!" umpat Sherry. Ia langsung membuka pintu kamarnya dan berlari keluar.

Lycan itu langsung mengejarnya. Namun Sherry merasa sedikit aneh karena gerakan lycan itu tak secepat lycan-lycan lain yang pernah ia temui. Selain itu, dia juga merasa sangat bingung dengan kecepatannya yang sepertinya meningkat.

"Deg,,," jantung Sherry tiba-tiba bergerak sangat keras. Tiba-tiba kakinya langsung bergerak, hingga membuat Sherry langsung melompat ke lantai dasar ketika ia sedang menuruni tangga. Dan anehnya, tubuh Sherry tidak merasakan sakit sedikit pun. Padahal jarak antara lantai dua dan lantai dasar lumayan tinggi.

Saat itu juga, ternyata lycan tadi sedang berusaha menyerang Sherry, tapi meleset karena Sherry telah sampai di lantai dasar dengan sangat cepat. Akibatnya, lycan itu malah menghancurkan pagar kayu di lantai dua yang berfungsi sebagai pembatas.

Lycan itu tampak geram. Dengan wajah yang tampak sangat marah ia menatap Sherry. Tatapan lycan itu seakan ingin menerkam dan membunuh Sherry. Melihat hal itu, Sherry langsung mengambil pistol di tas kecilnya. Dalam posisi siap menembak, Sherry terus mengamati lycan itu agar ia bisa langsung menembak lycan itu saat lycan itu mulai bergerak menyerangnya.

Tanpa membuang banyak waktu, lycan itu langsung lompat dan bergerak turun tepat di atas Sherry. Cepat-cepat Sherry melepaskan tembakannya. Pelurunya tepat mengenai jantungnya hingga membuat lycan itu mendarat beberapa meter di samping kanannya.

Kini lycan itu tak bergerak. Sepertinya dia sudah mati. Dengan perasaan tenang Sherry langsung menghela napas. Ia tak ingin membuang waktu lebih lama lagi. Dengan langkah cepat Sherry berjalan menuju pintu keluar agar ia bisa pergi menuju lading. Namun sebelum itu ia sempat mengambil sebuah pedang yang diletakkan di dekat pintu.

Saat akan membuka pintu, tiba-tiba Sherry kembali merasakan perasaan yang sama seperti ketika ia berada di kamarnya tadi. Dengan perasaan sedikit takut, Sherry membuka sarung pedangnya dan memutar tubuhnya. Matanya langsung terbelalak ketika ia melihat lycan yang menyerangnya tadi telah bangkit dan bergerak cepat menuju ke arahnya. Cakar-cakarnya yang terlihat jelas membuat Sherry sangat takut. Sherry langsung mengangkat pedangnya dan saat lycan itu telah berada di depannya, tanpa sadar Sherry langsung melompat dan melayang di atas lycan itu. Saat akan mendarat, Sherry langsung menebas leher lycan itu dengan pedangnya, hingga membuat kepala lycan itu langsung terpisah dari tubuhnya. Beberapa detik kemudian, Sherry mendarat di belakang lycan itu bersamaan dengan kepala lycan yang telah ia lepas tadi. Saat Sherry berbalik, ia melihat tubuh lycan tadi roboh secara perlahan dan kemudian mengeluarkan banyak darah yang mulai mengalir di atas lantai kayu rumah Sherry.

Sherry mengamati lycan itu untuk memastikan bahwa lycan itu telah benar-benar mati. Setelah benar-benar yakin, Sherry langsung memasukkan pedangnya ke dalam sarungnya. Setelah itu, ia mulai berjalan ke arah pintu dan membukanya.

Saat pintu terbuka, Sherry merasakan hembusan angin yang sejuk. Ia pun menghela napas dan tersenyum. Tiba-tiba ia memikirkan tentang hal-hal yang baru saja ia alami. Sherry mulai menyadari bahwa ada banyak hal yang tiba-tiba muncul dalam dirinya, yaitu instingnya yang bertambah tajam, ketahanan tubuhnya yang meningkat dan gerakannya yang bertambah cepat.

"Mungkinkah,,," pikir Sherry yang tiba-tiba teringat pada Zero. "Mungkinkah ini adalah kemampuan yang kudapatkan setelah aku menjadi vampire?" Tanya Sherry yang mulai menduga-duga.

Tiba-tiba Sherry merasa pusing. Ia mulai mencium bau darah dan suara-suara orang-orang yang seakan berteriak dan mengerang kesakitan. Padahal di sekitar rumahnya tidak terlihat apa-apa.

"Mungkinkah indra penciuman dan pendengaranku kini bertambah tajam?" Tanya Sherry. Kini ia mulai yakin bahwa kemampuan sebagai vampire kini telah muncul dalam dirinya.

"Mungkinkah yang kudengar tadi menandakan bahwa ada pertarungan yang sedang terjadi?" pikirnya. "Kalau memang benar begitu aku tak boleh diam saja. Aku harus segera meninggalkan tempat ini!" kata Sherry. Ia pun segera berlari dengan sangat cepat untuk menuju ke ladang.

=*=Bab 22 Selesai=*=

The Hunter Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang