bab 5 >>Maksudnya Suka Like? Atau Suka Love?<<

2.8K 153 2
                                    

BAB 5

>>Maksudnya Suka Like? Atau Suka Love?<<

Sore itu hujan deras mengguyur desa.  Hampir seluruh warga memilih berteduh di rumahnya masing-masing. Apa lagi petir terus menggelegar dan angin bertiup sangat kencang, sehingga membuat warga merasa takut untuk keluar.

Sherry duduk di dekat jendela kamarnya yang berada di lantai dua rumahnya. Hari ini ia tidak pergi ke pos karena ia merasa kalau kondisinya kurang sehat. Yang ia lakukan hanya menatap awan yang sejak tadi terus  menurunkan hujan tanpa henti-hentinya.

“Tok…. Tok…. Tok….” Suara ketukan pintu itu membuyarkan lamunan Sherry.

“Siapa?” tanya Sherry sambil mendekati pintu. Entah mengapa tiba-tiba jantungnya berdebar. Ada rasa takut di dalam hatinya. “Bagaimana kalau itu Zero?” Sherry mencoba menebak siapa orang yang ada di balik pintu.

“Ini aku, Ikiru.” Jawab orang yang tadi mengetuk.

“Hah, syukurlah bukan Zero.” Gumam Sherry dalam hati sambil membuka pintu. “Ayo, masuk!” kata Sherry setelah pintu terbuka.

“Ini, kubawakan sedikit makanan untukmu.” Kata Ikiru sambil menyodorkan sebuah bungkusan berisi makanan pada Sherry.

Sherry mengambil bungkusan itu dari tangan Ikiru. “Terima kasih. Kebetulan saat ini aku juga merasa lapar.” Katanya sambil meletakkan bungkusan itu di meja yang ada di kamarnya.

“Kemana semua orang di rumahmu? Kelihatannya sepi sekali.” Tanya Ikiru.

“Oh, Ayah dan Ibu sedang keluar kota.” Jawab Sherry.

“Lalu Lily?”

“Dia sedang bermain bersama Anna di rumah Raven. Kau tahu, kan? Kedua anak kecil itu kalau sudah bertemu sulit untuk dipisahkan. Maklum, sejak kecil mereka sudah berteman baik. Aku selalu merasa kalau mereka sudah seperti permen karet.” Gumam Sherry.

“Hehehe, iya, ya. Kau benar. Mungkin jika suatu hari mereka dipisahkan, pasti mereka akan meminta untuk dipertemukan kembali satu sama lain.” Sahut Ikiru sambil tertawa. “Bagaimana keadaanmu?” tanya Ikiru setelah duduk di sebuah kursi.

“Entahlah, tapi aku rasa sudah mulai membaik.” Jawab Sherry.

“Maaf karena semalam aku meninggalkanmu.” Sesal Ikiru.

“Tenang saja, itu bukan salahmu, kok. Akulah yang salah karena berjalan terlalu lambat.” Jawab Sherry sambil tersenyum. “Oh, ya, terima kasih karena telah membawaku pulang.” Katanya.

“Iya, sama-sama.” Jawab Ikiru. “Ng… tadi malam vampire yang bernama Zero itu sempat mengatakan kalau kau adalah Aidennya. Apa itu benar?”  tanyanya sambil menatap Sherry.

Sherry menghela nafas. “Ya, itu benar. Dia sudah berhasil meminum darahku untuk yang kedua kalinya.” Jawab Sherry dengan wajah kusut.

“Begitu, ya.” Kata Ikiru. Ia mengalihkan pandangannya keluar jendela.

“Tapi sebenarnya aku tidak ingin menjadi Aidennya, karena itu, aku takut kalau sampai bertemu dengannya lagi.” Ujar Sherry.

“Tenang saja, aku akan melindungimu, kok.” Kata Ikiru sambil tersenyum pada Sherry.

Sherry menatap Ikiru. “Benarkah?” Sherry tampak senang. “Tapi kenapa kau mau melindungiku? Bukankah kau bisa berada dalam bahaya? Apa kau tidak merasa takut pada Zero?” tanya Sherry bingung.

“Tidak.” Jawab Ikiru singkat.

“Kenapa?” tanya Sherry penasaran.

Ikiru kembali menatap Sherry. “Karena aku tidak mau jika darah orang yang kusuka diminum oleh vampire seperti itu. Jika saja aku adalah seorang vampire, maka aku akan menjadikanmu Aidenku agar tidak ada vampire lain yang bisa menyentuh, bahkan meminum darahmu.” Jawab Ikiru.

“Deg…” Jantung Sherry tiba-tiba berdetak kencang. Ia  tersentak kaget mendengar jawaban Ikiru. Sherry merasa saat ini wajahnya mulai memerah. “Suka?” tanyanya dalam hati berusaha memastikan bahwa apa yang didengarnya itu tidaklah salah. “Apa maksudmu dengan….” Sherry tak melanjutkan pertanyaannya karena merasa ragu. Padahal yang sebenarnya ingin dia tanyakan adalah apa maksud Ikiru dengan kata ‘suka’ yang ia katakan tadi.

“Tidak, aku hanya bercanda, kok.” Ujar Ikiru seakan mengerti dengan pertanyaan yang akan ditanyakan Sherry. “Jangan dipikirkan, ya?” sambungnya.

“I-iya.” Jawab Sherry tergagap. Ia menundukkan wajahnya.

“Hm… sudah sore, nih. Aku harus kembali ke pos. Sebentar lagi aku harus menggantikan Greg untuk berjaga. Kulihat tadi dia sudah mulai mengantuk.” Ikiru mengalihkan pembicaraan.

“I-iya.” Sahut Sherry tanpa menatap Ikiru yang saat ini sedang berdiri di depannya.

“Kalau begitu aku pergi dulu. Beristirahatlah agar nanti kau bisa kembali berjaga di pos. jujur saja, sebenarnya aku kesepian saat kau tidak bertugas.” Kata Ikiru sambil mengacak-acak rambut Sherry.

Jantung Sherry berdetak semakin kencang saat mendengar ucapan Ikiru. Apa lagi saat tangan Ikiru ada di atas kepalanya, rasanya ia benar-benar gugup. “Baik.” Jawab Sherry sambil mengangkat kepalanya lalu menatap Ikiru.

“Hmph.” Ikiru berusaha menahan tawanya saat melihat wajah Sherry. Yang bisa ia lakukan hanya tersenyum.

“K-kenapa?” tanya Sherry yang bingung saat melihat reaksi Ikiru.

“Tidak. Tidak ada apa-apa.” Jawab Ikiru.

“Ada apa, ya? Apa ada yang salah?” tanya Sherry dalam hati.

 Ikiru beranjak meninggalkan Sherry dan berjalan menuju pintu. “Sampai jumpa.” Katanya sebelum pintu kamar Sherry tertutup.

Tiba-tiba pintu kembali terbuka, hingga membuat Sherry sedikit kaget.  “Maaf, ya? Tapi aku kembali karena ada suatu hal yang ingin aku katakan.” Kata orang yang telah membuka pintu tadi. Ternyata orang itu adalah Ikiru.

“A-apa?” tanya Sherry penasaran.

“Lebih baik kau jangan terlalu memikirkan ucapanku tadi. Lihat, tuh! Wajahmu sampai merah sekali.” Ujar Ikiru sambil tersenyum.

“Apa?” tanya Sherry yang terlihat sangat terkejut.

Ikiru hanya tertawa melihat reaksi Sherry. Tanpa menjawab pertanyaan Sherry, ia langsung menutup pintu. Sepertinya ia benar-benar telah pergi.

Sherry langsung bangkit dari tempat tidurnya. Ia berlari menuju sebuah cermin yang tergantung di dinding kamarnya.

“Ya, Tuhan! Wajahku benar-benar merah!” seru Sherry setelah mengetahui kalau saat ini wajahnya telah berubah menjadi sangat merah.

Sherry berlari menuju jendela. Ia melihat Ikiru telah keluar dari rumahnya dan saat ini sedang berjalan di bawah derasnya hujan tanpa memakai payung. Tapi bukan itu yang menjadi perhatiannya, melainkan Ikiru yang sedang tertawa terbahak-bahak. Sepertinya Ikiru sedang mentertawakan sikap Sherry barusan.

“Uh, malu sekali aku.” Gerutu Sherry. Pandangannya terus tertuju pada Ikiru sampai akhirnya Ikiru benar-benar menghilang dari pengelihatanannya. “Kenapa aku melakukan hal konyol seperti tadi?” Sherry terus meyalahkan dirinya sendiri.

Sherry meraba kepalanya, tempat dimana Ikiru mengacak-acak rambutnya tadi. “Tadi maksudnya suka itu apa ya? Hanya suka sekedar suka sebagai teman? Atau jangan-jangan arti dari suka yang Ikiru maksud itu cinta?” Sherry terus bertanya-tanya. “Ah, sudah-sudah! Untuk apa aku memikirkan hal seperti itu? Pokoknya aku harus melupakannya!” seru Sherry sambil memukul-mukul kepalanya.

Sherry beranjak ke tempat tidurnya. Ia membaringkan tubuhnya lalu memejamkan matanya. Ia berharap agar setelah terbangun nanti kata-kata yang diucapkan Ikiru akan lenyap dari pikirannya.

=*=Bab 5 Selesai=*=

The Hunter Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang