1

5.1K 733 236
                                    

"Nanti pulang bareng, ya?" tanya Calum setelah dia habisin nasi uduknya. Seinget gue sih selama lima bulan kita pacaran, ini pertama kalinya Calum ngajakin gue pulang bareng. Biasanya gue duluan yang minta atau ngajakin pulang.

"Iya," jawab gue tanpa ngeliat ke Calum.

"Seneng, ya, yang baru aja dianggep pacar sama pacarnya sendiri." kata seseorang yang langsung membuat gue mendongak.

Kalian tau siapa dia?

Dia mantan pacar Calum. Siapa lagi kalau bukan Maddy.

Gue cuma diem. Nggak tau kenapa gue agak kesel setelah Maddy ngomong tadi yang kedengerannya kaya ngejek gue. Gue bisa liat Maddy duduk di sebelah Calum tanpa seizin dari gue ataupun Calum. Gue berharap Calum ngomong sesuatu yang bersifat ngebela gue. Tapi, kenyataannya dia malah ngomong, "Lo ini Mad, ga boleh gitu, ah."

Padahal gue berharap dia ngomong, "Lo ngomong apaan, sih, Mad? Dia itu pacar gue sekarang. Lo ga berhak ngomong kaya gitu. Gue putus sama lo karena lo ga sebaik yang gue pikirin selama ini."

Tapi, ya, harapan memang terkadang ga sesuai sama realita.

Gue kadang mikir kenapa Calum biasa-biasa aja saat Maddy ada dideketnya? Padahal setau gue, Calum putus sama Maddy karena memang kesalahan Maddy. Gue juga kadang bertanya-tanya apa Calum masih ada rasa sama Maddy?

"Eh, Cal, di hidung lo ada nasi tuh." kata Maddy tiba-tiba.

Calum mengerutkan alisnya. "Mana?"

Gue ngeliat ke hidung Calum, tapi hidungnya bersih, ga ada nasi satu butir pun.

Gue bisa liat Maddy mencolek hidung Calum. "Tapi, bohong."

Calum memutar bola matanya dan tertawa kecil. Dia kemudian mencolek balik hidung Maddy. "Emang lo, ya, suka ngerjain gue."

Kok, udaranya jadi panas, ya?

Gue yang ngeliat mereka bercanda begitu merasa panas dan kesel. Ini sebenernya Calum pacaran sama gue atau Maddy?

Tanpa sadar, gue udah ngegenggam erat botol air minum di atas meja. Gue ngebuka tutupnya dan langsung menyiram seluruh isinya ke muka Calum. Gue bisa ngerasain kalau orang-orang di kantin ngeliat ke arah gue. Tapi, bodo amat anjir. Gue udah kesel banget.

Calum keliatan kaget setelah gue siram dia tadi, begitu juga Maddy. Dia mengelap mukanya, lalu natap gue. "Lo kenapa nyiram gue, Na?"

Saat Calum nanya tadi, gue ga menemukan sedikitpun nada marah. Inilah yang gue suka dari dia. Walaupun dia kaya es batu, tapi dia orangnya sabar.

Gue ketawa sinis. "Aku tanya kamu sekarang yang jadi pacar kamu itu aku atau Maddy, sih? Kalo kamu masih suka sama dia, ngapain kamu jadian sama aku?"

Gue ngelirik Maddy yang daritadi diem dan kaya yang ga peduli. Gue lalu ngelempar botol air minum tadi ke Maddy. "Lo juga gatel banget sih jadi cewe. Makan tuh botol."

Gue langsung pergi ke kelas dan ninggalin mereka dan orang-orang di kantin yang keliatan bingung. Gue duduk di bangku gue dengan perasaan yang masih campur aduk. Gue kadang ga ngerti sama Calum. Dia itu beneran cinta ga sih sama gue?

***

Setelah bel sekolah berbunyi, gue langsung masukin buku-buku gue ke dalem tas dengan cepat. Gue masih mikirin kejadian tadi di kantin, dan itu membuat gue terus-terusan merasa kesel selama pelajaran berlangsung tadi.

"Lo pulang bareng Calum?" tanya Michael, sahabat gue, yang duduk di depan bangku gue.

Demi apapun. Gue lagi males denger nama Calum. Untung yang nyebut tadi sahabat gue yang ganteng. Coba kalau bukan. Udah gue lempar ke rawa-rawa biar dimakan buaya.

"Ga. Males gue." jawab gue sambil menutup tas.

Michael menaikkan satu alisnya. "Tapi, siapa yang punya rambut item yang di jendela itu kalau bukan Calum?"

Gue langsung menoleh ke arah jendela setelah Michael ngomong tadi. Gue bisa liat Calum senyum tipis ke gue dan mengangguk mengisyaratkan, ayo pulang sekarang.

"Gue duluan kalau gitu, ya, Na." kata Michael sambil pake tasnya dan berjalan keluar kelas.

"Maik, gue pulang sama elu." Gue langsung ngegandeng tangan Michael dan sedikit 'ngegeret' dia keluar kelas.

"Loh Na, katanya pulang sama gue?" Tanya Calum begitu dia ngeliat gue ngegandeng tangan Michael.

"Lu pulang aja sama Maddy gih, tuh kasian dia kepanasan!" Gue nunjuk Maddy yang lagi neduh dibawah pohon sambil kipas-kipas pake telapak tangannya dengan dagu gue. Dan masih dengan jurus jutek abal-abal gue yang kalo dibandingin sama Calum, gue kalah juteknya.

"Kok sama Maddy sih, kan lo yang gue ajakin tadi." Kata Calum dengan suara yang masih lembut.

"Udah, Na. Pulang sama Calum aja sana." Bisik Michael.

"Lo pulang sendiri aja gih." Ucap gue ke Calum. Calum langsung natap gue dengan muka bingungnya, "Gue capek cal dengan seluruh sikap lo."

Calum cuma diem, lalu beberapa detik kemudian, jaket yang sedari dia pegang itu ngebungkus gue dan dia dorong gue ke parkiran mobil. Gue langsung berontak dan minta pertolongan dari Michael, tapi dia malah dadah-dadah dan ngebiarin Calum ngebawa gue.

"Pergi lo hush hush," kata gue ke Calum.

Saat sampai di mobilnya, dia ngekunci gue dengan dua lengannya yang ia tempel di body mobil dan posisi gue yang nempel ke body mobil, "Tolong, Na. Terima gue apa adanya, karena gue bakal terima seluruh kekurangan dan kelebihan lo. Karena gue ga pernah ngerasa sesayang gini ke cewe."

Gue ketawa miris, "Lo bilang sayang tadi?" Gue ngedorong badan Calum biar jauh dari gue. "Kalo sayang, ga nyakitin sob."

To be continued..

Kuper : Calum HoodWhere stories live. Discover now