1. Jeon Jungkook

4.4K 369 25
                                    

Diriku melangkah memasuki area lingkungan sekolahku yang bisa di bilang luasnya cukup lumayan seperti sebuah istana belum lagi pembagian kelasnya yang elit.
Cukup membahas sekolahku yang membosankan bagiku, tas yang sedari tadi ku papah kini ku letakkannya di meja ku dan beralih meninggalkan kelasku yang penuh dengan orang-orang yang menyebalkan bagiku.

Di dalam mataku tidak ada suatu hal yang baik jika berada di sekolah, semuanya orang busuk, penuh dengan kebohongan, keangkuhan dan lainnya. Itulah sebabnya aku benci yang namanya sekolah karena malas untuk bertemu orang-orang seperti mereka di bangunan ini.

Aku memasuki kamar mandi wanita dan mengunci diriku sendiri di dalamnya. Aku meraih ponselku di saku rokku dan banyaknya notifikasi bermunculan di layar ponselku.

Ibu: bagaimana kabarmu? Ayahmu baik-baik saja di sini, Ibu dan Ayah merindukanmu.

Bibi: Yein? Bagaimana dengan kondisi Ayahmu? Kami berencana untuk menjengguknya nanti, kami berada di Busan sekarang.

XXX: dasar jalang tidak tahu malu, akuilah hal itu. Pekerjaan yang kotor dan kau melakukannya.

XXX: kau itu HARAM!

XXX: dasar tidak tahu malu, PELACUR! Jeong Yein kau itu lebih busuk dari semua hal menjijikan di dunia ini.

Ibu: Yein kenapa kau tidak memberitahu Ibu jika Bibi di Busan dan kenapa kau tidak membalas pesannya? Apa kau baik-baik saja di sana?

Satu hari aku tidak membuka ponsel ternyata ada yang mencari diriku, terlebih pada si pengirim misterius XXX. Pengemar bak fanatik mencampuri kehidupanku, lucu juga di mata-matai oleh seseorang yang tidak ku ketahui dan seolah-olah aku ini adalah seorang idol yang paling di kejar dan paling ingin di ketahui para sasaeng fans.

Brak

Aku berhenti menatapi layar ponselku karena suara orang masuk mengembalikanku ke alam nyataku.

"Kau kenal Jeong Yein di kelas XI MIPA 2? Si malaikat tanpa sayap itu."

Bukannya aku berminat untuk menyombongkan diriku, tapi kenyataan berkata seperti itu entah kenapa mereka menyebutku dengan sebutan menjijikan itu. Konyol sekali.

"Ahh siapa yang tidak mengenalnya, dia sangat populer di sekolah kita apalagi dia kan anak yang jenius."

"Aku tahu itu tanpa kau harus memberitahuku, yang ingin ku bahas bukanlah kecantikannya, kepopulerannya ataupun kepintarannya tapi sesuatu hal yang menjijikan yang terjadi di hidupnya. Kau pasti tidak tahu."

Dasar penggosip, karena penasaran apa yang akan dia katakan tentang keburukanku sehingga aku menempelkan daun telingaku ke pintu mendengarkan mereka.

"Dia itu sebenarnya seorang pelacur, aku melihatnya keluar-masuk di sebuah bar yang ada di Gangnam bersama dengan lelaki yang umurnya sudah menikah."

"Hah? Kau yakin itu dia? Mungkin kau salah melihat, bisa saja orang itu kebetulan mirip dengan Yein."

"Kenapa kau membelanya? Dia itu cantik, jenius dan lainnya tapi sebenarnya dia itu tidak seperti itu. Dia itu menjalankan sebuah pekerjaan yang haram."

Cukup di sini saja.
Aku keluar dan melampiaskan amarahku dengan membanting kuat pintu toilet yang tidak bersalah itu.

Keempat mata yang tadinya sedang membicarakan keburukanku kini beralih menatap kehadiranku yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka tanpa di undang.
Aku menatap mata orang yang sedari awal menjelek-jelekkanku dan mendekatinya hingga aku membisikan suatu hal di telinga dengan kata-kata yang menusuk.

"Berbicaralah lagi mengenai keburukanku aku tidak akan segan-segan untuk melukaimu. Kau tidak tahu? Aku seorang psycho? Sebaiknya kau berhati-hati untuk tidak mencampuri urusanku."

Kemudian diriku melangkah pergi menjauhi tempat itu, murid-murid sekolahku mulai berdatangan dan dengan keramaian itu membuatku semakin ingin pergi dari sini sehingga aku pergi ke atap sekolah untuk merasakan kesendirian sembari menenangkan batinku untuk mengikuti pelajaran nanti.
Sesampainya aku di sini, bisa kurasakan angin yang menerpa kulit-kulit di seluruh tubuhku. Birunya langit serta cahaya matahari pagi yang menyehatkan kulitku walau menyilaukan mata sipitku.

Tempat favoritku selalu berada di sini setiap waktu, penuh dengan keyenangan dan kedamaian di sini bahkan aku rela untuk mati di tempat yang damai seperti ini tapi aku tidak akan sebodoh itu untuk mengakhiri hidupku yang belum tuntas ini.

Berdiri di ujung pagar-pagar besi dan melihat ke bawah bangunan dengan banyaknya murid-murid sekolah seperti semut yang ke sana dan kemari dengan sibuknya. Keributan seperti tawa dan teriakan mereka bahkan samar-samar dapat ku dengar di tempatku ini.

Apa yang membuat mereka begitu bahagia? Cinta? Keluarga? Kaya?
Kenapa aku tidak seperti dengan mereka semua? Rasanya akulah yang terburuk di sekolah jika soal kehidupan yang bahagia, keluarga yang damai serta lain sebagainya.

Mataku kini beralih menatap langitnya biru dan bergumam dengan tidak jelasnya.

"Hidup ini sungguh tidak adil bagiku."

"Hei! Jangan berpikiran bodoh!"

Suara lelaki?
Baru saja aku ingin menoleh tapi tiba-tiba saja sebuah tarikan yang kuat sekali membuatku lengah dan tubuhku kini sedang terbaring di lantai atap ini.

Jujur saja aku merasakan kesakitan si bagian punggung dan lenganku yang baru saja di tarik oleh seseorang yang tidak ku ketahui orangnya dan berani-beraninya menggangguku.

"Kau bodoh sekali, kenapa kau ingin mencoba untuk bunuh diri? Hidupmu masih panjang, cita-citamu masih belum terwujud bukan? Jadi jangan berpikiran pendek!"

Oke aku membuka mataku maksimal dan menatap sosok lelaki—jujur saja—ganteng yang kini posisinya sedang menimpa badanku.

"Siapa yang kau bilang bodoh? Dan siapa yang ingin mencoba untuk bunuh diri?" tanyaku kesal padanya.

"Kau!" balasnya membuatku sempat tertegun dengan keseriusan di dalam matanya.

"Konyol!" aku pun mendorong tubuhnya menjauh dari tubuhku kemudian bangkit berdiri.

Pada saat yang bertepatan bel pelajaran di mulai pun berbunyi, baguslah aku bisa meninggalkan lelaki bodoh ini tanpa harus banyak bicara dengannya.
Aku berbalik untuk meninggalkannya tapi kini lenganku yang sebelahnya di tariknya lagi dengan kuat beserta dengan cengkramannya.

"Kau belum berterima kasih padaku telah menolongmu." ucapnya membuatku ingin sekali menertawakannya terbahak-bahak seperti orang gila di depannya tapi tentu saja aku tidak akan berlakuan seperti itu.

"Jujur saja kau itu SKSD ya dengan orang asing yang bahkan kau tidak kenal namanya, bahkan kau dengan tidak sopannya mengataiku bodoh dan bunuh diri. Lucu sekali, biar ku perjelas! Aku tidak bunuh diri, lepaskan tanganmu, menjauhlah dariku."

Aku mencoba untuk melepaskan cengkramannya dari lenganku tapi kekuatannya kuat sekali. Tentu saja diakan lelaki.

"Maafkan perbuatan kasarku padamu dan membuatmu marah, aku murid pindahan di sini namaku Jeon Jungkook. Salam kenal Jeong Yein." ucapnya dan seulas senyum mengembang di wajah tampannya.

Orang yang seperti ini memang wajib harus ku hindari jauh-jauh sebelum dia mencoba untuk lebih mendekatiku lagi. Aku benci jenis-jenis orang seperti dia ini.
Tatapan kami berlangsung beberapa menit dan akhirnya aku pun menghentakkan tangannya sehingga lepas dari lenganku dan benar-benar pergi meninggalkannya di sana.

"Jeon Jungkook? Siapa yang peduli dengan namanya? Hah, lucu."



Chapt.1 sudah di revisi, agak beda dengan yang dulu punya karena penggunaan sudut pandang tapi tetapi berkaitan kok dengan yang versi lama. So dont worry😊

✔Just You [S1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang